Raffael yang suasana hatinya tidak baik karena rasa cemburu melihat Natasya digandeng pria lainnya. Ia memasang wajah dingin. Gurat-gurat kemarahan terlihat di wajah dan matanya. “Sungguh kau tidak tertolong lagi! Tidak hanya lelaki tua saja, kau juga mencari pria muda.”Natasya merasakan dadanya sesak menerima penghinaan dari Marsya dan sekarang ditambah Raffael. Pria yang masih ia cintai sepenuh hati.“Kita sudah tidak ada urusan lagi apa pun yang terjadi dalam hidupku bukanlah urusan kalian berdua! Jalan kita sudah bersimpangan semoga ini adalah pertemuan terakhir kita,” sahut Natasya.Ia menoleh ke arah Sandoro yang terlihat senang melihat apa yang terjadi. Ia memandang Raffael dengan kening yang dikerutkan dan mata dipicingkan. Ia mengangkat pundak menerima ajakan Natasya untuk segera masuk mobil.Seakan ingin membuat pria yang memandangnya dengan tatapan penuh kebencian menjadi cemburu. Ia menarik Natasya merapat ke sisi tubuhnya. Dengan sengaja ia mendekatkan wajah ke telinga N
Mata Natasya membulat menatap papinya tidak percaya. “Saya tidak akan tertarik dengan anak dari Pratama! Pria itu arogan dan selalu merendahkan diriku.”Terdengar suara helaan napas berat dari bibir papinya Pria itu melihat Natasya dengan perasaan bersalah. Seandainya ia tidak mengalami kecelakaan, putrinya tidak akan menikah.“Papi percaya kepadamu, tetapi tidak dengan pria muda itu!” Setelah mengatakan hal itu, papi Natasya keluar dari kamar tersebut.Natasya memandangi punggung papinya sampai menghilang dari balik pintu. Ia terduduk di pinggir ranjang dengan wajah datar. ‘Aku harus mencari pekerjaan agar tidak tergantung kepada Pratama. Karena aku tidak boleh menjadi beban terlebih lagi dengan adanya Sandoro,’ batin Natasya.Dibaringkan badan di atas ranjang, ia merasa terlalu letih tidak hanya fisik, tetapi juga pikirannya. Dicoba untuk memejamkan mata sejenak, sebelum realita kembali harus dihadapi.***Raffael menjalankan mobil menuju jalanan dengan rahang mengetat dan tatapan m
Natasya memberilkan pelototan kepada Sandoro, digigitnya lengan pria itu hingga mengaduh. “Menjauh dariku! Atau aku akan melaporkan apa yang kau lakukan kepada ayahmu!”Ia berjalan menjauh dari tempat tersebut dan suatu keberuntungan bagianya karena suamianya terlihat mendekat.“Ada apa ini? Apakah kalian berdua bertengkar?” Tanya Pratama melihat kepada Natasya dan Sandoro secara bergantian.Marsya melirik Sandoro yang berdiri tak jauh di belakangnya. Sikap pria itu terlihat tenang dan penuh percaya diri. Hal itu membuar Natasya marah karena ia benci melihat sikapnya itu.“Silakan, kau tanyakan kepada putramu itu!” Natasya berjalan melewati Pratama.Pratama mengalihkan tatapan dari Marsya kepada Sandoro meminta penjelasan dari putranya itu.“Apakah Ayah akan percaya kalau kukatakan istrimu yang masih muda itu mencoba untuk merayuku? Lihatlah caranya berpakaian!” sahut Sandoro dengan enteng.Natasya menatap Pratama sambil menggelengkan kepala, ia tidak mau suaminya itu percaya dengan a
Pratama menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan kasar, ia menahan umpatan yang hendak terlontar dari mulutnya. “Jadilah lelaki dewasa yang bisa bertanggung jawab dan jangan bertingkah konyol!”Rahang Sandoro mengeras kedua tangan mengepal di samping tubuh, ia membuang puntung rokok yang masih tersisa separuh ke lantai lalu diinjak menggunakan sol sepatu.“Apakah Ayah pikir aku ini bocah kemarin sore yang akan bersikap kekanakan? Ayah lihat kalau aku akan menyelamatkan perusahaan dari wanita mata duitan itu! Ayah dibutakan dengan sikap lugu dan kecantikan wajah Natasya hingga tidak bisa berpikir dengan jernih,” tegas Sandoro.Natasya yang berjalan menuju pintu keluar menjadi tertegun, langkahnya terhenti. Ia mengepalkan kedua tangan hingga kuku-kuku jemari terasa menusuk ke daging.Dengan suara yang tercekat ia berkata, “Maaf, mengganggu kalian! Akan tetapi, aku tidak mau kehadiranku menjadi hubungan antara ayah dan anak retak. Mungkin lebih baik kami pergi dari sini.”Sand
Raffael terbangun dari tidurnya, dengan kepala yang berdenyut nyeri, karena pusing. Disibaknya selimut yang membungkus badannya. Sontak saja mata Raffael membelalak. “Mengapa saya tidur tanpa pakaian?”Ia merasakan kasur di sebelahnya bergerak, Raffael pun menoleh dan ia menjadi terkejut melihat, kalau di sampingnya ada seorang wanita dilihat dari rambutnya yang panjang menutupi punggungnya.Wanita itu membalikkan badan, karena ia merasa diamati. “Raffa! Mengapa kita berada di tempat tidur yang sama?”Tidak mempedulikan ketelanjangannya Ray mencari celana pendek miliknya yang tergeletak di lantai, kemudian dengan cepat ia memakainya.Selesai memakai celana pendeknya Raffael membalikkan badan. Ditatapnya Marsya, sahabat tunangannya yang berada di tempat tidur yang sama dengannya.“Sekarang saya ingat, kalau kau yang memberikan minuman kepadaku. Pasti kau sudah menaruh sesuatu kepadaku, sehingga saya menjadi mabuk dan berakhir dengan tidur di sini bersamamu!” tuduh Raffael emosi.Marsya
Marsya bangun dari atas tempat tidur, dipungutinya pakaian yang berserakan di lantai, kemudian ia pakai. ‘Saya harus bisa meyakinkan Raffa, kalau bayi yang sedang kukandung adalah anaknya. Hidupku akan menjadi nyaman, dengan menikahi Raffa,’ gumam Marsya.Marsya wanita muda yang baru berusia 22 tahun berasal dari keluarga sederhana. Ia beruntung mendapatkan sahabat sebaik Natsya yang tidak memandang harta dalam berteman. Namun, jauh di dalam hati Marsya merasa iri, karena kekayaan dan kekasih yang dimiliki oleh sahabatnya, Natasya.Selesai berpakaian Marsya mengeluarkan tempat bedak dari dalam tas. Dibubuhkannya bedak tipis di wajah cantiknya, kemudian ia menggunakan lipstick berwarna merah di bibirnya.Dengan langkah anggun gaya berjalan yang ditiru Marsya dari Natasya. Ia pun keluar dari kamar hotel tersebut menuju bagian depan hotel.Sesampainya di depan sudah ada taksi online menunggunya. Marsya langsung masuk dan duduk dengan nyaman. ‘Satu minggu lagi, diriku akan melakukan tes d
“Ibu! Mengapa Ibu tidak mengetuk pintu dahulu, sebelum masuk?” Tanya Raffael dengan nada gusar.Wanita yang dipanggil Ibu oleh Raffael berjalan menuju meja kerja putranya. Ia terlihat terkejut, ketika melihat siapa wanita yang mengaku hamil kepada Raffael. “Bukankah kamu sahabat dari tunangan putraku?” Tanyanya kepada Marsya, dengan kening dikerutkan.Marsya menelan ludah dengan sukar, karena mendadak tenggorokannya terasa kering. Ia tidak mengharapkan akan bertemu dengan Ibu dari Raffael.“Iya, saya memang sahabat dari Natasya,” sahut Marsya.Ibu Raffael mengambil catatan kehamilan yang ada di atas meja. Ia, kemudian melihat ke arah Raffael dan Marsya secara bergantian. Dengan suara yang tegas ia meminta kepada Raffael untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.Raffael memejamkan mata, ia tidak suka, kalau Ibunya ikut campur dalam urusan pribadinya. “Saya tidak sengaja tidur dengan Marsya dan sekarang ia hamil.” Raffael bangun dari duduknya, lalu berjalan menuju jendela kaca di r
Raffael terdiam, ia sama sekali melupakan tentang orang tua Natasya. Dan pertanyaan dari Ayahnya membuat ia tertegun. “Saya belum memikirkannya.”Ayah Raffael menarik napas mendengar jawaban dari putranya itu. “Kau harus memberitahukannya, mereka berhak untuk mengetahui hal itu.”Setelah mengatakan hal itu Ayah Raffael keluar dari ruang kerja putranya. Ia membiarkan Raffael merenungkan apa yang dikatakan olehnya tadi.Begitu pintu sudah di tutup dan Raffael kembali sendiri di ruangannya. Ia duduk dengan punggung bersandar pada sandaran kursi, sambil memejamkan mata.Niatnya untuk makan siang sudah terlupakan, karena perutnya tidak lagi merasa lapar, setelah kunjungan dari Ayahnya.Dirinya tidak mungkin mengatakan rencana pernikahannya, melalui telepon kepada orang tua Natasya, tetapi ia juga tidak tega mengatakan hal itu kepada orang tua Natasya.‘Biarkan mereka mengetahuinya, melalui orang lain dan membenci diriku, karena saya tidak dapat melakukannya langsung,’ gumam Raffael.Raffae