Home / Romansa / CINTA yang TERSAKITI / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of CINTA yang TERSAKITI: Chapter 31 - Chapter 40

47 Chapters

Sandoro yang Selalu Mengganggu

“Terima kasih, Tuan! Urusan saya di sini sudah selesai. Sekarang saya ingin pulang.” Natasya berjalan kembali menuju pintu keluar dari gedung yang menjadi kantor untuk pabrik garmen.Natasya bisa bernapas lega karena dirinya bisa keluar dari ruangan tersebut. Sesampainya di luar ia disambut oleh pria yang pernah menjemputnya di rumah sakit.“Apakah Anda sudah selesai, Nyonya? Saya akan mengantarkan Anda pulang,” ucap pria itu.“Terima kasih, tetapi saya ingin berjalan-jalan dahulu. Nanti saya akan pulang naik angkot saja,” sahut Natasya.“Hmm, mau kemana kamu siang-siang di tengah panas matahari seperti ini? Apa kamu hendak bertemu dengan lelaki itu?” Bisik Sandoro tiba-tiba.Sontak saja Natasya menjadi terkejut, ia sama sekali tidak menyadari kedatangan Sandoro di belakangnya. “Kau mengejutkanku! Apa yang kulakukan bukanlah urusanmu, Nak! Aku hanya memiliki kewajiban bercerita kepada suamiku tidak kepadamu.”Sandoro memberikan lambaian tangan kepada sopir itu untuk menjauh. Satu tang
Read more

Marsya Hendak Melahirkan

Pratama batuk kecil mendengar pertanyaan yang diajukan Natasya. “Kenapa kau bertanya seperti itu? Aku juga tidak mengerti mengapa ia bisa menjadi bosmu. Mungkin saja dirinya berteman dengan pemilik pabrik itu hingga ia bisa dengan mudah memperoleh jabatan tinggi.”Natasya mengerutkan kening mengamati wajah Pratama seksama. Entah mengapa ia merasa kalau suaminya itu berbohong. Jelas ada sesuatu yang dirahasiakan, tetapi tidak mengetahui alasannya.Hari demi hari berlalu berganti bulan. Hubungan antara Natasya dan Pratama berjalan platonic. Pria itu tidak pernah menyentuh Natasya layaknya seorang suami kepada istri.Sementara hubungan antara Natasya dan Sandoro diwarnai dengan pertengkaran yang kerap terjadi. Terkadang Natasya merasa risih dan takut dengan tatapan yang dilayangkan pria itu kepadanya.‘Kenapa Sandoro akhir-akhir ini sering sekali mencuri pandang kepadaku dengan tatapan yang sulit dimengerti?’ batin Natasya.***Usia kehamilan Marsya sudah menginjak sembilan bulan dan hub
Read more

Marsya Meninggal Dunia

“Tolong selamatkan nyawa keduanya.” ucap Raffael.Ia pun hanya bisa memandangi saja brankar Marsya didorong masuk ruang gawat darurat. Pandangannya tertuju pada pintu yang tertutup rapat. Ia berdiri menyender pada dinding dengan hati tidak tenang.Waktu terasa lama bagi Raffael sesekali ia melihat jam tangan mahal yang melingkar di pergelangan tangannya. ‘Mengapa lama sekali tidak ada yang keluar dari ruangan tersebut?’ gumam Raffael.Didengarnya suara langkah kaki mendekat Raffael membalikan badan. Dilihatnya kalau kedua orang tuanyalah yang datang.“Raffa, bagaimana keadaan Natasya dan calon anak kalian?” Tanya ibu Raffaelyang dengan raut wajah cemas.“Entahlah, Bu! Saya juga tidak mengetahuinya,” Sahut Raffael.Iya kembali membalikan badan melihat ke arah pintu yang masih tertutup rapat. Rasa cemas semakin menjadi menghinggapi hati Raffael begitu ia menyadari sudah satu jam Marsya berada dalam ruangan tersebut.Raffael menegakan badan lalu berjalan mendekati pintu yang baru saja d
Read more

Berita Buruk untuk Natasya

Sandoro menyipitkan mata ia berjalan mendekat ke arah Natasya. Dicekaunya dagu wanita itu dengan kasar. “Ayahku beberapa hari ini terlihat tidak sehat dan kau memperlihatkan perhiasan yang sebelumnya tidak pernah kau pakai. Bagaimana diriku tidak menjadi curiga kalau kau sedang merencanakan sesuatu kepadanya?”Natasya menghembuskan napas dengan kasar ia menarik lepas tangan Sandoro. Matanya menyala-nyala karena amarah. “Mengapa kau begitu bersikeras kalau ayahmu adalah orang kaya sementara kami hanya menempati rumah sederhana? Kehidupan kami pun tidak bermewah-mewahan!”Dengusan terlontar dari bibir Sandoro, ia bertepuk tangan memberikan senyum mengejek kepada Natasya. Dengan suara dingin ia mengatakan bahwa Natasya berpura-pura tidak mengetahui kekayaan ayahnya. Ia juga menuduh istri ayahnya itu sedang membujuk dan bersandira agar dapat memperoleh warisan.Tangan Natasya terulur hendak melayangkan tamparan ke wajah angkuh Sandoro. Akan tetapi, tangannya ditangkap oleh Sandoro hingga
Read more

Di Luar Kendali

‘Siap, Tuan! Begitu Anda dan Nyonya Natasya pulang kamar kalian sudah siap. Apakah saya harus memberitahukan kepada tuan Sandoro hal ini?’ Tanya orang kepercayaan Pratama di ujung sambungan telepon.‘Katakan saja kepadanya, tetapi apa pun yang terjadi kamu harus melanjutkan perintah yanng kuberikan!’ tegas Pratama melalui sambungan telepon.Selesai memberikan perintah melalui sambungan telepon Pratama memasukan ponsel ke saku jaket yang dipakai. Ia berjalan memasuki kamar rawat papi Natasya. Dilihatnya kalau mertua dan istrinya duduk saling berpegangan tangan.Mata Natasya terlihat sembab ketahuan sekali ia habis menangis dan Pratama tidak tega melihat. Dihampirinya lalu meletakan tangan di atas pundak Natasya meremas dengan lembut. “Tenanglah! Papi akan mendapat pengobatan terbaik. Kalau kau terrlihat sedih begini bagaimana bisa menguatkan papimu?”Natasya mengusap air matanya dengan cepat, ia mendongak menatap tepat netra hitam Pratama. Bibirnya terlihat bergetar hebat menahan isak
Read more

Guncangan dalam Hidup Natasya

Natasya mengerjapkan mata sambil menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan kasar. “Urus saja urusanmu! Kau harus menghormatiku sebagai wanita yang menikah dengan ayahmu!”Ia menutup jendela mobil secara otomatis kemudian ia melajukan mobil dengan kencang. Diindahkannya panggilan dari Sandoro yang meminta ia untuk berhenti.Dalam waktu beberapa jam ia sudah sampai di rumah yang selama ini ditempatinya bersama dengan Pratama. ‘Kenapa sepi sekali? Di mana Pratama? Bukankah katanya tadi kalau ia pulang ke rumah?’ batin Natasya,Dicarinya Pratama sampai ke sudut rumah bukan karena ia merindukan pria itu. Hanya saja ia merasa penasaran tidak melihat keberadaan suaminya itu.“Pratama, di mana kamu?” seru Natasya setelah selama beberapa menit ia tidak juga berhasi menemukan keberadaan suaminya itu.Dikeluarkannya ponsel dari tas lalu ia tekan kontak Pratama. Panggilan itu dalam sekejap langsung diangkat oleh Pratama.‘Halo! Di mana, kamu? Saya sudah berada di rumah, tetapi tidak mel
Read more

Natasya dalam Dilema

Amarah Natasya naik ke ubun-ubun. Ia baru saja mendapatkan kejutan dari Pratama dan sekarang dirinya kembali menerima ejakan dari Sandoro. “Apa salahnya kalau aku menjadi nyonya besar di rumah ini? Aku istri dari pemilik rumah wajar bagiku untuk menyandang status itu! Mengapa kau tidak pergi saja kalau tidak menyukai kehadiranku di rumah ini?”Tangan Sandoro mencekau dagu Natasya dengan kasar. Tatapan matanya menyala dipenuhi amarah. Dengan suara mendesis ia berkata, “Kau menunjukan sifatmu yang sebenarnya. Kesialan bagimu karena aku tidak akan pernah pergi dari tempat ini. Takkan kubiarkan kau bebas menguasai seluruh harta yang tidak pantas untuk wanita sepertimu.”Natasya menggigit tangan Sandoro hingga pria itu melepaskan cekauan pada dagunya. Tidak hanya itu saja menggunakan kaki ia menendang paha bagian dalam Sandoro hingga pria itu bergerak menjauh dari Natasya.Hal itu tidak disia-siakan oleh Nataya untuk bergerak menjauh dari Sandoro. Ia akan keluar dari rumah tersebut karena
Read more

Perasaan Sandoro

Natasya membelalakan mata mendengarnya. Ia tahu jawaban yang akan diberikan kepada Sandoro. “TIDAK! Lebih baik aku keluar biar saja ayahmu menilai diriku bagaimana. Ia pasti akan mendengar penjelasan dariku!”DItendangnya lutut Sandoro menggunakan kaki, hingga pria itu bergerak menjauh darinya. Ia tidak membuang waktu langsung saja membuka pintu. Dan tentu saja harus berhadapan dengan Pratama yang berdiri tepat di depan pintu kamar tersebut.“Natasya! Apa yang kamu lakukan di kamar putraku? Dan kenapa penampilanmu terlihat berantakan begitu? Kalian tidak melakukan hal yang tidka benar bukan?” tanya Pratama.Natasya menelan ludah dengan sukar tenggorokannya mendadak menjadi kering. Ia bingung untuk memberikan penjelasan kepada Pratama. Rasa percaya diri kalau suaminya akan mendengar apa yang ia katakan. Seperti tadi diucapkannya kepada Sandoro. Natasya menundukan kepala tidak sanggup menatap mata Pratama yang pastinya kecewa.Tangan Pratama terulur mengangkat dagu Natasya agar mendonga
Read more

Hasil Tes DNA

Raffael menundukan kepala memandangi wajah putri kecilnya yang sedang tidur. Ia mengamati dalam diam wajah putih cantik dengan rambut berwarna pirang. “Ibu, di keluarga kita memang ada yang memiliki rambut pirang. Kurasa tidak perlu melakukan tes DNA karena ibu dari anakku juga sudah tiada.”“Kau bisa mengabaikan fakta yang ada di depan matamu, tetapi Ibu tidak akan memaksamu karena kaulah ayah dari anak itu,” ucap ibu Raffael dengan nada suara kecewa.Raffael mengangguk, ia mengangkat bayi mungil yang sudah membuka mata. Mungkin ia terbangun karena mendengar suara perdebatan dengan ibunya.“Halo, Sayang! Apakah kamu terbangun karena mendengar suara ayah?” tanya Raffael.Ia mencium wajah putrinya hinngga membuat bayi itu tertawa geli. Senyum terbit di wajah Raffael setelah lelah bekerja melihatwajah putrinya membuat rasa itu hilang.Digendongnya bayi itu menuju teras rumah kemudian duduk di kursi yang ada di sana. Dipandanginya dengan lekat bayi yang balik menatap dengan senyum dan ce
Read more

Pratama Sakit

Raffael berhenti berjalan ia melihat kepada kedua orang tuanya secara bergantian. “Kalian tidak perlu khawatir diriku tidak sakit. Aku hanya mengambil ini ….” Dikeluarkannya kertas berisi hasil tes DNA lalu ia menyodorkan kepada ayahnya. “Aku akan pergi dan tentang pengurusan bayi itu sekretarisku yang akan mencarikan pengasuh untuknya.”“K-kau pergi! Kenapa dan kemana?” tanya ibu Raffael.Raffael mengangkat pundak kemudian berjalan menuju pintu keluar. Ia tidak merasa perlu untuk menjawab pertanyaan dari ibunya. Karena dirinya sedang menahan emosi yang terpendam. Satu sisi dirinya merasa jahat meninggalkan bayi yang baru saja ditinggal pergi ibunya.Hanya saja fakta kalau bayi itu bukan darah dagingnya membuat ia mengeraskan hati. Ia bahkan tidak merasa perlu mengucapkan kata perpisahan kepada bayi itu.***Natasya dengan terpaksa tinggal di rumah besar milik Pratama. Walaupun ia harus siap menerima sikap kasar dan membingungkan Sandoro. Yang terkadang juga bersikap lembut, serta te
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status