Semua Bab CINTA yang TERSAKITI: Bab 51 - Bab 60

70 Bab

Kabar Buruk

Suara ambulan yang mendekat membuat Natasya bergegas bangkit dari berlututnya. Ia berjalan menuju pintu membukanya agar petugas medis yang datang bisa masuk. “Tolong, selamatkan nyawa papiku!” Natasya memohon penuh harap kepada petugas medis yang datang.“Tenang, Nona! Kami akan segera membawa papi Anda ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.” Petugas medis tersebut menaikkan papi Natasya ke atas brankar kemudian mendorongnya memasuki ambulan.Natasya ikut menyusul dengan mengemudikan mobilnya sendiri. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit ia selalu berdoa agar papinya selamat.Sesampainya di rumah sakit Natasya berdiri gelisah di depan pintu ruangan di mana papinya sedang dirawat. Sesekali ia menggigit bibir untuk meredakan kegelisahannya.‘Kenapa lama sekali dokter yang merawat papi keluar dari ruang itu? Sebenarnya apa yang terjadi dengan papi? Apakah penyakit papi menjadi semakin parah dari terakhir kali ia berobat?’ batin Natasya.Selang beberapa menit yang terasa bagai be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

Tak Menduga

Natasya langsung memeluk papinya sambil terisak. Ia sudah tidak dapat lagi menahan diri. “Papi tidak boleh berkata seperti itu. Kita bisa pergi ke luar negeri agar papi mendapatkan pengobatan.”Papi Natasya mengusap lembut kepala putrinya itu. Ia hendak menenangkan putrinya, tetapi rasa sakit kembali mendera hingga ia merintih.Dengan cepat Natasya menegakkan badan, ia menjadi panik melihat keadaan papinya yang mendadak tidak sadarkan diri. Ditekannya tombol yang ada dekat kepala ranjang papinya untuk memanggil petugas medis datang.Beberapa saat kemudian dua orang petugas medis mendatangi kamar rawat papi Natasya. Keduanya langsung memeriksa kondisinya. Sementara Natasya hanya diam terpaku di sudut kamar tersebut karena tidak ingin mengganggu.Selang beberapa menit kemudian papi Natasya sudah sadar dari pingsannya. Akan tetapi, kondisinya tetap mengkhawatirkan karena sekarang ia harus menggunakan alat bantu pernapasan.“Istirahatllah, Ca! Kamu pasti juga lelah menjaga papi terus,” uc
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

Adesma

‘Sial! Natasya mengapa sanggup bermesraan dengan pria lain? Ia tidak menghargaiku sama sekali sebagai pria yang mencintai dirinya!’ gumam Raffael.‘Apa yang Anda katakan, Bos?’ tanya orang kepercayaannya di ujung sambungan telepon.Raffael langsung menutup sambungan telepon tidak menjawab pertanyaan itu. Ia mengambil gelas berisi anggur yang ada di atas meja. Dan meminum isinya sampai tandas dalam sekali tegukan. Ia kemudian melempar gelas yang telah kosong ke dinding hingga pecah berkeping-keping.Terdengar suara ketukan di pintu ruang kerjanya, tetapi Raffael mengabaikan. Ia memejamkan mata dengan punggung bersandar pada sandaran kursi.Suara pintu di buka diikuti langkah kaki berjalan masuk. “Tuan, Raffael! Apakah anda baik-baik saja?” Sekretaris Raffael berdiri ragu hendak mendekat ke arah bosnya itu.“Tolong bersihkan pecahan gelas itu kemudian keluar dari sini!” perintah Raffael dingin.“Baik, Tuan!” sahut sekretaris Raffael. Setelah selesai sekretaris itu keluar dari ruang kerj
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Keputusan Berat

Natasya menepati ucapannya dengan berhenti sebagai sekretaris Sandoro. Ia bahkan mengabaikan panggilan, serta spam pesan dari pria itu yang meminta kembali bekerja.Dengan kacamata hitam yang menghiasi wajah pucatnya. Natasya memasuki gedung kantor pengacara almarhum Pratama. Berdiri di depan pintu ruang kerja priaa itu, Natasya menarik napas dalam-dalam, lalu menghenmbuskannya dengan kasar. Ia berjalan masuk ruangan tersebut bertemu dengan pengacara almarhum Pratam. Yang menyambutnya dengan hangat. “Apakah semua berkas yang harus kutanda tangani sudah siap?”“Duduklah! Apakah kau yakin akan memberikan semua kepada Sandoro? Kau berhak menerimanya karena Pratama melakukannya sebagai ucapan terima kasih. Ia juga sudah menganggapmu seperti anak sendiri.” Pengacara itu membuka berkas yang ada di atas mejanya.“Saya sudah siap! Saya tidak ingin apa yang selama ini dituduhkan Saya tidak memiliki keraguan untuk mengembalikan apa yang memang seharusnya menjadi milik Sandoro,” tegas Natasya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

Bagaikan Simalakama

“Nyonya Natasya, operasi papi Anda sudah selesai dan berjalan lancar. Beberapa saat lagi ia akan kami tempatkan di kamarnya kembali,” ujar dokter yang mengoperasi papi Natasya.Rasa lega menghinggapi hati Natasya, ia sampai lupa kalau belum menutup sambungan telepon. Hingga suara di ujung sambungan telepon menyadarkannya.‘Natasya, apakah kau sedang berada di rumah sakit? Mengapa kau tidak mau mengatakannya kepadaku? Katakan di rumah sakit mana biar aku ke sana!’ seru Sandoro di ujung sambungan telepon.Sontak saja Natasya menjadi tersadar dengan cepat ia menutup sambungan telepon. Tak dihiraukannya pertanyaan dari Sandoro.Beberapa jam berselang Natasya sudah berada di kamar rawat papinya. Ia juga sengaja menonaktifkan ponselnya karena Sandoro yang tidak berhenti mencoba menghubungi, serta mengirimkan pesan.‘Aku harus segera membawa papi keluar dari rumah sakit ini. Jangan sampai Sandoro menemukan kami,’ batin Natasya.Ia berjalan keluar dari kamar rawat tersebut menuju ruangan dokt
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

Wajah Masa Lalu

Lidah Natasya terasa kelu, ia ragu dan bimbang untuk mengatakan apa yang ada di hatinya. “Maaf, sudah memisahkan Papi dengan orang-orang yang Papi kenal. Berat untukku mengatakan ini kepada Papi, tetapi mulai besok aku akan bekerja dan menginap di sana. Akhir pekan baru bisa pulang ke sini.”Papi Naatsya menolehkan kepala ia berusaha mengulas senyum tipis, tetapi hal itu tidak dapat menyembunyikan kesedihan. “Papi selalu mendukung keputusanmu. Jangan hiraukan apa yang tadi papi katakan.”Natasya membalas senyum papinya, ia meraih jemari pria tua tersebut untuk ia cium. “Papi tidak akan sendirian. Ica akan mencari seseorang untuk menemani papi.”Dengan suara tegas papi Natasya mengatakan ia tidak mau putrinya itu menjadi repot karena dirinya. Ia tidak mau membebani Natasya lebih banyak lagi.Dengan cepat Natasya berlutut di hadapan papinya. Dengan suara lirih ia berkata, “Papi bukanlah beban bagiku. Kebahagian dan kesehatan papi adalah pemicu semangatku.”Diusapnya air mata yang menete
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

Bertemu Putri Almarhumah Marsya

“Halo, Cantik! Kenapa kau tidak mau mencoba berteman dengan Nanny? Kita bisa menjadi teman yang baik.” Natasya memberikan senyuman kepada gadis cilk itu,Gadis cilik berusia bernama Tiara menatap Natasya dengan ekspresi curiga. Jelas ia tidak mudah dekat dengan orang asing. Dan hal itu membuat Natasya menjadi marah kepada orang tuanya yang tidak peduli.“Kau pasti hanya sebentar saja menjadi pengasuhku.” Gadis cilik itu menundukkan kepala.Natasya mengusap lembut punggung gadis itu. Dengan lembut ia berkata, “Nanny akan berusaha menjadi temanmu untuk waktu yang lama.”Gadis cilik itu mengangkat kepala menatap mata Natasya dengan lekat. Ia memperhatikan wajah Nannynya dengan seksama.“Aku akan sayang kepadamu kalau kau bersedia menjadi nannyku untuk selamanya.” Gadis cilik itu mengangkat kepala dengan penuh percaya diri.Natasya sudah membuka mulut hendak menyetujui apa yang dikatakan gadis cilik itu. Sampai matanya menatap potret Marsya dan Raffael yang terletak di atas nakas samping
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-14
Baca selengkapnya

Pertemuan Tak Terduga

“Astaga, Sayang! Siapa yang berkata seperti itu kepadamu? Nanny yakin kalau ayahmu pergi bukan karena benci, tetapi ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkanya.” Natasya memeluk erat Tiara.Dalam hatinya bertanya-tanya siapakah orang yang sudah begitu jahat mengatakan hal seperti itu kepada seorang anak kecil.“Sekarang kita lupakan saja apa yang dikatakan oleh orang jahat kepadamu. Kita nikmati saja makanan yang ada di atas meja,” ajak Natasya.Ia mengusap air mata Tiara kemudian duduk di samping gadis cilik itu. Mereka berdo’a terlebih dahulu sebelum mulai menikmati makan siang tersebut.Selesai makan siang keduanya menuju taman yang ada di belakang rumah tersebut. Mereka duduk di atas gazebo dekat kolam ikan. Natasya bertanya-tanya mengapa orang tua Raffael tidak mau merawat cucu mereka? Padahal Tiara adalah cucu pertama dan seharusnya menjadi kesayangan mereka.“Nanny! Sebentar lagi aku akan berulang tahun kata Bibi. Apakah ayahku akan datang? Aku ingin merayakan ulang tahunku de
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-16
Baca selengkapnya

Kepulangan Raffael ke Indonesia

“Nanny, besok hari ulang tahunku. Apakah kau sudah mengirimkan pesan kepada ayahku agar ia datang?” Tanya Tiara dengan wajah penuh harap.Natasya tercekat, ia tidak menduga mendapatkan pertanyaan seperti itu. Ia mencoba memilah kata-kata yang tepat tidak melukai perasaan gadis kecil itu.“Sayang, bukannya Nanny tidak ingin menghubungi ayahmu, tetapi Nanny tidak memiliki nomor ponselnya. Kita akan bersenang-senang besok merayakan ulang tahunmu bersama teman-teman, serta gurumu saja, ya! Kita akan memiliki banyak hadiah untuk kau buka,” bujuk Natasya.Gadis cilik itu memasang wajah kecewa, ia menundukkan kepala. Bahunya terlihar terkulai lemas. Begitu sedihnya ia seandainya saja Natasya berbohong tadi Tiara akan bahagia, tetapi ia pada akhirnya akan menjadi kecewa kalau Raffael tidak datang.‘Seandainya aku memiliki nomor Raffael apakah aku akan sanggup berbicara kepadanya? Apakah aku bisa memarahi pria itu karena sudah menelantarkan putrinya,’ batin Natasya.Diraihnya jemari gadis mung
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-18
Baca selengkapnya

Luapan Kemarahan Natasya

Raffael turun dari mobil dengan wajah dingin dan rahang yang mengetat. Ia terlihat tidak menyukai apa yang barusan dikatakan oleh sopirnya.Berdiri di depan pintu yang kokoh yang terbuka sedikit, hingga ia dapat melihat apa yang terjadi di dalam rumah tersebut. Begitu juga suara musik yang melantunkan lagu anak-anak.Tatapan Raffael terpaku ketika ia melihat seorang gadis cantik yang berdiri di samping kue ulang tahun dengan ukuran super besar. ‘Anak Marsya ternyata sudah semakin besar dan menjadi gadis cilik yang cantik,’ batin Rafaek.Raffael berjalan memasuki rumah tersebut dan langkahnya terhenti ketika ia menyadari siapa yang berdiri di samping gadis cilik itu. Tatapannya beradu dengan mata coklat milik Natasya yang menatapnya terkejut.“Raffael!” seru Natasya tanpa kata.Dengan cepat ia mengalihkan tatapan tidak berani bertemu pandang mata hitam Raffael. Yang menyorot dingin. Tangannya berkeringat dan jantungnya berdebar kencang. Dilema melanda hatinya, di satu sisi ia merasa s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status