Natasya menatap dingin Pratama, suaminya itu salah kalau mengira akan jatuh cinta dengan putra pria itu. “Kau jangan takut! Saya tidak akan tertarik untuk berhubungan dengan anak tiri saya sendiri.”Setelah mengucapkan hal itu Natasya berjalan keluar rumah. Ia menjadi terkejut ketika melihat mobil yang tadi membawa mereka dari rumah sakit. Berikut dengan sopirnya masih ada di depan rumah.“Mengapa kamu tidak kembali ke perusahaan?” Tanya Natasya dengan kening dikerutkan.Pria itu terlihat salah tingkah dengan pertanyaan yang diajukan Natasya. Ia baru hendak membuka mulut menjawab, tetapi menutupnya kembali ketika melihat kode yang diberikan Pratama di depan pintu.“Aku mendapatkan pesan dari bos kalau mobil dan sopir itu akan mengantarkanmu pergi dan pulang dari rumah sakit. Kita sungguh beruntung memiliki bos yang sangat dermawan seperti itu,” ucap Pratama.Natasya seolah tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Selama papinya menjadi pimpinan belum pernah ada pegawai biasa mendapatk
Natasya mengerjapkan mata, ia mencoba untuk melihat wajah pria yang sudah membawanya paksa masuk ruangan tersebut. “Aku tidak mengenalmu dan aku juga tidak sudi kau panggil ibu, karena aku bukan ibumu!”Pria itu tidak juga menjauh dari samping Natasya hingga ia dapat merasakan hembusan hangat napas pria itu mengenai wajahnya. Ia beringsut menjauh karena merasa tidak nyaman dengan kedekatan mereka.“Siapa lelaki yang menciummu tadi? Apakah kalian berdua bersekongkol untuk menipu ayahku? Sayang sekali, kau tidak seberuntung itu. Kau akan merasakan hidupmu bagai berada di neraka karena sudah mencoba menipu ayahku!”Pria itu mendekati Natasya, satu tangannya terangkat untuk menyentuh pipi wanita itu dengan lembut. Perlahan jari itu berpindah mengusap bibir Natasya dengan lembut membuat perutnya bagaikan ada kupu-kupu yang terbang.Pria asing itu merendahkan kepala lalu mencium bibir Natasya dengan lembut dan ringan. Menyadari Natasya yang terbuai dengan ciumannya. Pria itu berbisik di tel
Raffael yang suasana hatinya tidak baik karena rasa cemburu melihat Natasya digandeng pria lainnya. Ia memasang wajah dingin. Gurat-gurat kemarahan terlihat di wajah dan matanya. “Sungguh kau tidak tertolong lagi! Tidak hanya lelaki tua saja, kau juga mencari pria muda.”Natasya merasakan dadanya sesak menerima penghinaan dari Marsya dan sekarang ditambah Raffael. Pria yang masih ia cintai sepenuh hati.“Kita sudah tidak ada urusan lagi apa pun yang terjadi dalam hidupku bukanlah urusan kalian berdua! Jalan kita sudah bersimpangan semoga ini adalah pertemuan terakhir kita,” sahut Natasya.Ia menoleh ke arah Sandoro yang terlihat senang melihat apa yang terjadi. Ia memandang Raffael dengan kening yang dikerutkan dan mata dipicingkan. Ia mengangkat pundak menerima ajakan Natasya untuk segera masuk mobil.Seakan ingin membuat pria yang memandangnya dengan tatapan penuh kebencian menjadi cemburu. Ia menarik Natasya merapat ke sisi tubuhnya. Dengan sengaja ia mendekatkan wajah ke telinga N
Mata Natasya membulat menatap papinya tidak percaya. “Saya tidak akan tertarik dengan anak dari Pratama! Pria itu arogan dan selalu merendahkan diriku.”Terdengar suara helaan napas berat dari bibir papinya Pria itu melihat Natasya dengan perasaan bersalah. Seandainya ia tidak mengalami kecelakaan, putrinya tidak akan menikah.“Papi percaya kepadamu, tetapi tidak dengan pria muda itu!” Setelah mengatakan hal itu, papi Natasya keluar dari kamar tersebut.Natasya memandangi punggung papinya sampai menghilang dari balik pintu. Ia terduduk di pinggir ranjang dengan wajah datar. ‘Aku harus mencari pekerjaan agar tidak tergantung kepada Pratama. Karena aku tidak boleh menjadi beban terlebih lagi dengan adanya Sandoro,’ batin Natasya.Dibaringkan badan di atas ranjang, ia merasa terlalu letih tidak hanya fisik, tetapi juga pikirannya. Dicoba untuk memejamkan mata sejenak, sebelum realita kembali harus dihadapi.***Raffael menjalankan mobil menuju jalanan dengan rahang mengetat dan tatapan m
Natasya memberilkan pelototan kepada Sandoro, digigitnya lengan pria itu hingga mengaduh. “Menjauh dariku! Atau aku akan melaporkan apa yang kau lakukan kepada ayahmu!”Ia berjalan menjauh dari tempat tersebut dan suatu keberuntungan bagianya karena suamianya terlihat mendekat.“Ada apa ini? Apakah kalian berdua bertengkar?” Tanya Pratama melihat kepada Natasya dan Sandoro secara bergantian.Marsya melirik Sandoro yang berdiri tak jauh di belakangnya. Sikap pria itu terlihat tenang dan penuh percaya diri. Hal itu membuar Natasya marah karena ia benci melihat sikapnya itu.“Silakan, kau tanyakan kepada putramu itu!” Natasya berjalan melewati Pratama.Pratama mengalihkan tatapan dari Marsya kepada Sandoro meminta penjelasan dari putranya itu.“Apakah Ayah akan percaya kalau kukatakan istrimu yang masih muda itu mencoba untuk merayuku? Lihatlah caranya berpakaian!” sahut Sandoro dengan enteng.Natasya menatap Pratama sambil menggelengkan kepala, ia tidak mau suaminya itu percaya dengan a
Pratama menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan kasar, ia menahan umpatan yang hendak terlontar dari mulutnya. “Jadilah lelaki dewasa yang bisa bertanggung jawab dan jangan bertingkah konyol!”Rahang Sandoro mengeras kedua tangan mengepal di samping tubuh, ia membuang puntung rokok yang masih tersisa separuh ke lantai lalu diinjak menggunakan sol sepatu.“Apakah Ayah pikir aku ini bocah kemarin sore yang akan bersikap kekanakan? Ayah lihat kalau aku akan menyelamatkan perusahaan dari wanita mata duitan itu! Ayah dibutakan dengan sikap lugu dan kecantikan wajah Natasya hingga tidak bisa berpikir dengan jernih,” tegas Sandoro.Natasya yang berjalan menuju pintu keluar menjadi tertegun, langkahnya terhenti. Ia mengepalkan kedua tangan hingga kuku-kuku jemari terasa menusuk ke daging.Dengan suara yang tercekat ia berkata, “Maaf, mengganggu kalian! Akan tetapi, aku tidak mau kehadiranku menjadi hubungan antara ayah dan anak retak. Mungkin lebih baik kami pergi dari sini.”Sand
Raffael terbangun dari tidurnya, dengan kepala yang berdenyut nyeri, karena pusing. Disibaknya selimut yang membungkus badannya. Sontak saja mata Raffael membelalak. “Mengapa saya tidur tanpa pakaian?”Ia merasakan kasur di sebelahnya bergerak, Raffael pun menoleh dan ia menjadi terkejut melihat, kalau di sampingnya ada seorang wanita dilihat dari rambutnya yang panjang menutupi punggungnya.Wanita itu membalikkan badan, karena ia merasa diamati. “Raffa! Mengapa kita berada di tempat tidur yang sama?”Tidak mempedulikan ketelanjangannya Ray mencari celana pendek miliknya yang tergeletak di lantai, kemudian dengan cepat ia memakainya.Selesai memakai celana pendeknya Raffael membalikkan badan. Ditatapnya Marsya, sahabat tunangannya yang berada di tempat tidur yang sama dengannya.“Sekarang saya ingat, kalau kau yang memberikan minuman kepadaku. Pasti kau sudah menaruh sesuatu kepadaku, sehingga saya menjadi mabuk dan berakhir dengan tidur di sini bersamamu!” tuduh Raffael emosi.Marsya
Marsya bangun dari atas tempat tidur, dipungutinya pakaian yang berserakan di lantai, kemudian ia pakai. ‘Saya harus bisa meyakinkan Raffa, kalau bayi yang sedang kukandung adalah anaknya. Hidupku akan menjadi nyaman, dengan menikahi Raffa,’ gumam Marsya.Marsya wanita muda yang baru berusia 22 tahun berasal dari keluarga sederhana. Ia beruntung mendapatkan sahabat sebaik Natsya yang tidak memandang harta dalam berteman. Namun, jauh di dalam hati Marsya merasa iri, karena kekayaan dan kekasih yang dimiliki oleh sahabatnya, Natasya.Selesai berpakaian Marsya mengeluarkan tempat bedak dari dalam tas. Dibubuhkannya bedak tipis di wajah cantiknya, kemudian ia menggunakan lipstick berwarna merah di bibirnya.Dengan langkah anggun gaya berjalan yang ditiru Marsya dari Natasya. Ia pun keluar dari kamar hotel tersebut menuju bagian depan hotel.Sesampainya di depan sudah ada taksi online menunggunya. Marsya langsung masuk dan duduk dengan nyaman. ‘Satu minggu lagi, diriku akan melakukan tes d