Home / Romansa / Di Balik Asmara Sang Aktris / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Di Balik Asmara Sang Aktris: Chapter 21 - Chapter 30

120 Chapters

21. KEYAKINAN BENTALA

"Semua sudah disiapkan, Pak. Kita tinggal rapat dengan Nona Rana, dan menanyakan pendapatnya. Semoga tak ada halangan lagi, sehingga minggu depan kita bisa syuting di Bali."Bentala mengangguk. Ia pun menyetujui semua hal yang sekiranya cukup baik. Bentala juga menandatangani berbagai surat yang telah ia pelajari. Bentala harus menyelesaikan segala pekerjaannya, karena dalam sepuluh hari kemudian sudah masuk musim kampanye pemilihan presiden, dan wakil presiden.Bentala yang telah diusung oleh salah satu pasangan calon untuk menjadi tim sukses tentu saja tidak bisa tinggal diam. Ia harus menggunakan momentum itu tidak hanya untuk memenangkan paslon yang didukungnya, tapi juga mengibarkan namanya agar lebih dikenal banyak orang. Bentala yakin dengan penampilannya, dan strateginya, ia akan mencapai kesuksesan yang dirinya mau."Oh, ya, ada undangan dari Ibu Yuriko Gunawan, Pak." Bentala mengingat-ingat, dan mengangguk sekilas. "Apakah Bapak akan datang? Kalau memang iya, saya akan memas
Read more

22. REALITA YANG MENYAKITKAN

Rana Diatmika Husada : Apa sih maksud kamu? Lanjut, pertanyaan berikutnya.Bentala hendak menanyakan perasaan Rana padanya, namun ia urungkan pertanyaan itu. Sebab Rana sudah jelas-jelas menolak untuk menjawabnya. Ia pun ingin menanyakan mengapa lima tahun yang lalu Rana menghindarinya, tapi kembali ia urungkan, karena Bentala sendiri sudah mengetahui jawabannya dari almarhum bapaknya. Jadi, ia pun menghentikan kegiatannya mengetik, dan mulai mengalihkan fokusnya kepada Iskandar.Benar kata temannya tersebut, Indira akan datang ke rumah sakit pukul sembilan malam di hari jum'at. Mereka pun sudah stand by di kantin rumah sakit, dan mengira Indira tak datang malam itu. Ternyata gadis itu terlambat lima belas menit. Tidak langsung pergi ke ruangan sang profesor, Indira justru memilih duduk di ruang tunggu lantai satu."Dia enggak ke ruangan Prof. Emir," bisik Iskandar dengan dahi mengernyit. "Biasanya dia langsung ke sana. Ini enggak sama sekali. Apa dia janjian dengan orang lain? Permai
Read more

23. DI BALIK ASMARA SEORANG RANA

"Ini bagaimana? Namanya Audrey. Dia cukup oke. Lulusan SMK tata busana juga. Tampangnya juga kayak anak baik-baik. Tapi, Puspitha kemarin juga tampangnya baik-baik aja. Gimana menurut lo? Lo mau interview yang mana aja?"Rana melihat satu persatu CV yang diberikan oleh Latisha untuk mengisi kekosongan posisi asistennya. Sayangnya, ia bingung. Semuanya kelihatan baik-baik saja. Tapi, seperti yang Latisha bilang tadi, Pusphita pun bertampang sederhana, namun memiliki maksud terselubung yang menakutkan.Di sela-sela kebingungannya, Rana melirik ke ponselnya. Ia merasa aneh, karena Bentala tak mengirimkan pertanyaan berikutnya. Pria itu juga belum mengiriminya pesan lain sejak semalam. Namun, sungguh Rana merasa bersyukur. Semoga keanehan ini berlangsung selama mungkin."Lo kenapa? Nunggu telepon dari siapa sih?" tanya Latisha gemas. Sejak tadi, beberapa kali ia memergoki Rana melirik ke ponselnya. "Lo lagi enggak nungguin chat, atau telepon dari Ighfaldi, kan? Jangan deh, berurusan dulu
Read more

24. KEBAHAGIAAN TANAYA

"Di atas, ada bos yang kata lo cinta pertama yang tak terlupakan."Tanpa sadar, Rana memukul bahu Latisha. Gadis itu pura-pura kesakitan, karena Rana memang tidak memukulnya dengan kencang. Latisha memang sengaja menggoda Rana, karena sudah lama ia ingin tahu untuk siapa hati gadis itu berkembang. Sungguh, Latisha tak menyangka kalau pemenangnya adalah orang lama yang baru-baru ini muncul kembali.Sayangnya pria itu sudah beristri. Membuat Latisha berdo'a agar Rana tidak terjebak dalam bahaya. Berhubungan dengan suami orang dianggap sangat laknat di negara ini. Jangan coba-coba selamat, kalau sudah dicap sebagai seorang pelakor oleh netizen Indonesia."Jangan berisik, lo bisa kedengaran orang lain. Tapi, ini cuma bercanda kan?" tanya Rana memastikan. Namun, Latisha langsung menggeleng. "Lo tuh, rese tahu kalau beneran cuma bercanda.""Gue enggak bercanda. Dia lagi makan sama bule gitu. Gila, bulenya ganteng banget. Sebelas dua belas sama David Beckham, Na! Gue aja sampai terpesona lih
Read more

25. KESULITAN YANG MEMBAWA BERKAH

Bentala Pradaya Byakta : Pertanyaan selanjutnya, apa kamu ada waktu malam ini?Bentala kebingungan. Setelah mempertemukan Tanaya, dan Edward hari ini, ia pergi ke kantor untuk mencicil pekerjaannya. Banyak sekali pekerjaan yang menyitanya hingga menjelang kampanye. Sungguh, ia berharap hari itu bisa bertemu dengan Rana sebelum kesibukan menerpanya tiada henti.Sudah sekitar tiga puluh menit dari kali terakhir Bentala mengetikkan pesan, tapi gadis itu sama sekali belum membacanya. Ia pun berinisiatif untuk mencari nomor telepon kafe langganannya di mesin pencarian. Tapi, bersamaan dengan hasil pencarian, pesan Rana pun masuk ke ponselnya.Rana Diatmika Husada : Untuk apa bertemu? Aku baru selesai syuting, Ben! Aku lelah. Tolong, biarkan aku istirahat.Bentala menghela napas. Matanya mencari jam di mana jarumnya menunjuk pada angka lima sore. Bentala menggelengkan kepalanya. Ia tidak bisa egois, dan mengganggu Rana.Tanpa konfirmasi pun, Bentala tahu Rana pasti memang sangat lelah. Jadi
Read more

26. BERSAMA ADALAH PILIHAN

"Kamu yakin? Kamu akan menerima apa pun pilihanku? Kalau aku tidak memberikan kesempatan untuk kita berdua, bagaimana? Apa kamu rela?"Bentala tak bisa langsung menjawab. Namun, pastinya ia tidak akan rela. Melepas Rana sama saja memberi angin besar pada pria lain untuk memiliki gadis itu. Mana mungkin Bentala sanggup membiarkan Rana bersama orang lain. Tapi, nasi sudah menjadi bubur, Bentala telah berucap.Ia pun akhirnya memilih mengangguk. Bila memang ia tak diberi kesempatan, maka ia akan mencari cara lain untuk meluluhkan gadis itu. Bentala terlalu yakin kalau Rana juga memiliki perasaan padanya. Jadi, tak masalah kalau ia bilang melepas sekarang, tapi di hari selanjutnya Bentala bisa membuat alasan lain."Kamu tahu, dari matamu saja terlihat ada rencana lain yang sedang kamu atur," ejek Rana pada akhirnya. Ia mengeluarkan lima mie instan dari kantong belanjanya. Lalu menunjukkan dua rasa yang berbeda. "Mau yang mana? Udara di luar dingin sekali, akan sangat enak kalau makan mie
Read more

27. INSIDEN YANG MENGERIKAN

"Kamu yakin membiarkanku pulang?" Rana lagi, dan lagi memutar bola matanya saat mendengar gurauan Bentala. Ia mendorong pria itu menuju pintu, saat jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Dua jam sudah mereka mengobrol tentang apa saja, padahal tadinya Rana hanya mengajak pria itu untuk makan mie instan. Sungguh, untuk pertama kalinya sejak bertemu kali dengan Bentala, mereka benar-benar bisa bercengkerama layaknya seorang teman. Rana melupakan status Bentala. Ia mendengarkan cerita Bentala, dan menyetujui semua pikirannya tentang sesuatu. Begitu pun dengan Rana, ia menceritakan hal-hal dibalik film yang tidak diketahui dari kacamata penonton. Mereka bertukar pikiran secara waras, melupakan segala aksi Bentala yang menginginkan pria itu menjadikan Rana kekasihnya. "Pulanglah, Ben." Rana meminta pria itu untuk pergi. "Kamu tahu kan, tiga puluh menit lagi kamu berasa di dalam, akan ada yang berubah dari obrolan kita tadi. Jadi, pulanglah! Aku belum bisa mengontrol tubuhku sendir
Read more

28. KEKECEWAAN YANG TAK TERTAHANKAN

"Hai, kenapa lama sekali di toilet? Kamu baik-baik saja kan?"Ada yang tidak beres. Bentala tidak sabar saat Rana tak kunjung datang setelah lima belas menit pergi ke toilet. Ia menunggu di depan toilet yang paling dekat dari ruangan UGD. Bentala pun mengirimi Rana pesan, dan gadis itu keluar dari sana limat menit kemudian. Wajahnya tampak sembap, terlihat kalau gadis itu habis menangis."Ayo, kita pulang saja. Pakai kaca mata kamu, Rana. Sebelum orang lain sadar kalau yang pergi bersamaku adalah seorang aktris papan atas," perintah Bentala yang langsung dituruti oleh Rana. "Aku akan berjalan di belakangmu, ok?"Rana mengangguk. Gadis itu berjalan lebih cepat dari yang ia bisa. Bentala pun berjalan tak jauh dari gadis itu. Ia mengeluarkan ponselnya dan memencet nomor Iskandar. Ia menelepon pria itu, dan memberi tahu kalau dirinya, dan Rana akan pulang.Iskandar tak banyak bertanya. Ia tahu pasti terjadi sesuatu pada Rana. Jadi, ia biarkan Bentala menutup teleponnya."Ada apa sebenarny
Read more

29. MENERIMA AJAKAN ISTRI BENTALA

"Lo sama Indira lagi berantem, Na? Kok, lo enggak jenguk Indira sih? Hari ini Indira pulang lho, Na? Kenapa sih sebenarnya kalian? Gue tinggal kerja aja, kok kalian berdua jadi begini sih, hubungannya?" Cerocosan Camilla hanya ditanggapi dengan keterdiaman oleh Rana. Hingga tiga hari setelahnya, Rana memang tak menggubris Indira. Ia juga tidak tahu bagaimana keadaan gadis itu. Ia pura-pura tidak peduli. Hatinya masih terasa sesak membayangkan bagaimana sahabatnya bisa berhubungan dengan ayahnya. Camilla juga bingung saat tak menemukan Rana di rumah sakit. Bahkan saat tiga hari berlalu, Rana juga tak kunjung datang, Camilla benar-benar bingung. Indira juga tak banyak membantu. Gadis itu lebih banyak diam, dan Camilla tak mau mengganggunya ketika tahu alasan Indira dirawat akibat keguguran. "Na, lo masih di sana, kan?" tanya Camilla di ujung telepon. "Rana, jawab gue dong!" "Gue enggak bisa jenguk Indira, Mil." Rana menjawab pertanyaan Camilla. "Kebetulan kerjaan gue lagi banyak bang
Read more

30. KEBENARAN YANG SEBENARNYA

"Terima kasih ya, Rana. Karena kamu enggak membalas chat-ku, jadi aku enggak chat lagi. Aku takut mengganggumu dengan chat-ku. Jadi, saat aku melihat kamu, dan manajermu memasuki resto untuk dinner, aku senang sekali. Aku benar-benar ingin berbicara denganmu, Rana."Hanya senyuman yang mampir di wajah Rana. Ia tak tahu harus menimpali Tanaya dengan cara yang bagaimana. Saat melihat Tanaya sudah berdiri di dekatnya, Rana langsung menyambutnya dengan formal. Tanaya lalu meminta waktunya untuk mengobrol, dan dengan santai Latisha pun langsung memperbolehkan Rana menerima permintaan perempuan itu.Mereka pun pindah ke meja Tanaya yang telah kosong. Hanya tersisa beberapa piring, dan cangkir yang sedang dirapikan oleh pelayan. Saat semuanya beres, mereka duduk di sana. Tanaya bahkan memesankan mereka kopi."Kamu seharusnya tidak perlu repot-repot, Tanaya. Maaf, karena aku tidak membalas pesanmu. Bukannya aku tidak ingin, tapi aku lupa. Beberapa hari ini ada hal berat yang harus aku lewati.
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status