Home / Romansa / Di Balik Asmara Sang Aktris / 25. KESULITAN YANG MEMBAWA BERKAH

Share

25. KESULITAN YANG MEMBAWA BERKAH

Author: Cha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bentala Pradaya Byakta : Pertanyaan selanjutnya, apa kamu ada waktu malam ini?

Bentala kebingungan. Setelah mempertemukan Tanaya, dan Edward hari ini, ia pergi ke kantor untuk mencicil pekerjaannya. Banyak sekali pekerjaan yang menyitanya hingga menjelang kampanye. Sungguh, ia berharap hari itu bisa bertemu dengan Rana sebelum kesibukan menerpanya tiada henti.

Sudah sekitar tiga puluh menit dari kali terakhir Bentala mengetikkan pesan, tapi gadis itu sama sekali belum membacanya. Ia pun berinisiatif untuk mencari nomor telepon kafe langganannya di mesin pencarian. Tapi, bersamaan dengan hasil pencarian, pesan Rana pun masuk ke ponselnya.

Rana Diatmika Husada : Untuk apa bertemu? Aku baru selesai syuting, Ben! Aku lelah. Tolong, biarkan aku istirahat.

Bentala menghela napas. Matanya mencari jam di mana jarumnya menunjuk pada angka lima sore. Bentala menggelengkan kepalanya. Ia tidak bisa egois, dan mengganggu Rana.

Tanpa konfirmasi pun, Bentala tahu Rana pasti memang sangat lelah. Jadi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   26. BERSAMA ADALAH PILIHAN

    "Kamu yakin? Kamu akan menerima apa pun pilihanku? Kalau aku tidak memberikan kesempatan untuk kita berdua, bagaimana? Apa kamu rela?"Bentala tak bisa langsung menjawab. Namun, pastinya ia tidak akan rela. Melepas Rana sama saja memberi angin besar pada pria lain untuk memiliki gadis itu. Mana mungkin Bentala sanggup membiarkan Rana bersama orang lain. Tapi, nasi sudah menjadi bubur, Bentala telah berucap.Ia pun akhirnya memilih mengangguk. Bila memang ia tak diberi kesempatan, maka ia akan mencari cara lain untuk meluluhkan gadis itu. Bentala terlalu yakin kalau Rana juga memiliki perasaan padanya. Jadi, tak masalah kalau ia bilang melepas sekarang, tapi di hari selanjutnya Bentala bisa membuat alasan lain."Kamu tahu, dari matamu saja terlihat ada rencana lain yang sedang kamu atur," ejek Rana pada akhirnya. Ia mengeluarkan lima mie instan dari kantong belanjanya. Lalu menunjukkan dua rasa yang berbeda. "Mau yang mana? Udara di luar dingin sekali, akan sangat enak kalau makan mie

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   27. INSIDEN YANG MENGERIKAN

    "Kamu yakin membiarkanku pulang?" Rana lagi, dan lagi memutar bola matanya saat mendengar gurauan Bentala. Ia mendorong pria itu menuju pintu, saat jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Dua jam sudah mereka mengobrol tentang apa saja, padahal tadinya Rana hanya mengajak pria itu untuk makan mie instan. Sungguh, untuk pertama kalinya sejak bertemu kali dengan Bentala, mereka benar-benar bisa bercengkerama layaknya seorang teman. Rana melupakan status Bentala. Ia mendengarkan cerita Bentala, dan menyetujui semua pikirannya tentang sesuatu. Begitu pun dengan Rana, ia menceritakan hal-hal dibalik film yang tidak diketahui dari kacamata penonton. Mereka bertukar pikiran secara waras, melupakan segala aksi Bentala yang menginginkan pria itu menjadikan Rana kekasihnya. "Pulanglah, Ben." Rana meminta pria itu untuk pergi. "Kamu tahu kan, tiga puluh menit lagi kamu berasa di dalam, akan ada yang berubah dari obrolan kita tadi. Jadi, pulanglah! Aku belum bisa mengontrol tubuhku sendir

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   28. KEKECEWAAN YANG TAK TERTAHANKAN

    "Hai, kenapa lama sekali di toilet? Kamu baik-baik saja kan?"Ada yang tidak beres. Bentala tidak sabar saat Rana tak kunjung datang setelah lima belas menit pergi ke toilet. Ia menunggu di depan toilet yang paling dekat dari ruangan UGD. Bentala pun mengirimi Rana pesan, dan gadis itu keluar dari sana limat menit kemudian. Wajahnya tampak sembap, terlihat kalau gadis itu habis menangis."Ayo, kita pulang saja. Pakai kaca mata kamu, Rana. Sebelum orang lain sadar kalau yang pergi bersamaku adalah seorang aktris papan atas," perintah Bentala yang langsung dituruti oleh Rana. "Aku akan berjalan di belakangmu, ok?"Rana mengangguk. Gadis itu berjalan lebih cepat dari yang ia bisa. Bentala pun berjalan tak jauh dari gadis itu. Ia mengeluarkan ponselnya dan memencet nomor Iskandar. Ia menelepon pria itu, dan memberi tahu kalau dirinya, dan Rana akan pulang.Iskandar tak banyak bertanya. Ia tahu pasti terjadi sesuatu pada Rana. Jadi, ia biarkan Bentala menutup teleponnya."Ada apa sebenarny

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   29. MENERIMA AJAKAN ISTRI BENTALA

    "Lo sama Indira lagi berantem, Na? Kok, lo enggak jenguk Indira sih? Hari ini Indira pulang lho, Na? Kenapa sih sebenarnya kalian? Gue tinggal kerja aja, kok kalian berdua jadi begini sih, hubungannya?" Cerocosan Camilla hanya ditanggapi dengan keterdiaman oleh Rana. Hingga tiga hari setelahnya, Rana memang tak menggubris Indira. Ia juga tidak tahu bagaimana keadaan gadis itu. Ia pura-pura tidak peduli. Hatinya masih terasa sesak membayangkan bagaimana sahabatnya bisa berhubungan dengan ayahnya. Camilla juga bingung saat tak menemukan Rana di rumah sakit. Bahkan saat tiga hari berlalu, Rana juga tak kunjung datang, Camilla benar-benar bingung. Indira juga tak banyak membantu. Gadis itu lebih banyak diam, dan Camilla tak mau mengganggunya ketika tahu alasan Indira dirawat akibat keguguran. "Na, lo masih di sana, kan?" tanya Camilla di ujung telepon. "Rana, jawab gue dong!" "Gue enggak bisa jenguk Indira, Mil." Rana menjawab pertanyaan Camilla. "Kebetulan kerjaan gue lagi banyak bang

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   30. KEBENARAN YANG SEBENARNYA

    "Terima kasih ya, Rana. Karena kamu enggak membalas chat-ku, jadi aku enggak chat lagi. Aku takut mengganggumu dengan chat-ku. Jadi, saat aku melihat kamu, dan manajermu memasuki resto untuk dinner, aku senang sekali. Aku benar-benar ingin berbicara denganmu, Rana."Hanya senyuman yang mampir di wajah Rana. Ia tak tahu harus menimpali Tanaya dengan cara yang bagaimana. Saat melihat Tanaya sudah berdiri di dekatnya, Rana langsung menyambutnya dengan formal. Tanaya lalu meminta waktunya untuk mengobrol, dan dengan santai Latisha pun langsung memperbolehkan Rana menerima permintaan perempuan itu.Mereka pun pindah ke meja Tanaya yang telah kosong. Hanya tersisa beberapa piring, dan cangkir yang sedang dirapikan oleh pelayan. Saat semuanya beres, mereka duduk di sana. Tanaya bahkan memesankan mereka kopi."Kamu seharusnya tidak perlu repot-repot, Tanaya. Maaf, karena aku tidak membalas pesanmu. Bukannya aku tidak ingin, tapi aku lupa. Beberapa hari ini ada hal berat yang harus aku lewati.

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   31. BIARKAN RANA SENDIRI

    "Hai, bagaimana hasil pertemuan kalian dengan Rana? Dia percaya pada kalian, kan? Tolong, dia bicara apa sama kalian? Aku benar-benar excited pas kalian bilang baru saja berbicara sama Rana." Tak ada yang menjawab Bentala dengan wajah sumringah. Baik Tanaya, dan juga Edward sama-sama menggeleng. Membuat Bentala seketika pasrah. Pria itu sayangnya sudah berjanji, apa pun yang Rana putuskan, akan ia terima dengan lapang dada. Tanaya, dan juga Edward sama sekali tak berharap memberi kabar buruk pada Bentala. Namun bagaimana lagi, kenyataannya memang seperti itu. Tak ada yang benar-benar bagus dari jawaban Rana, atau pun reaksinya. "Dia terlihat sangat bingung, Ben. Wajar bila dia berlaku seperti itu. Dulu pun, saya juga berlaku hal yang sama ke kalian. Dia hanya butuh waktu. Biarkan Rana sendirian sampai dia benar-benar tahu harus bersikap bagaimana. Dia mungkin sedang mencerna segalanya kini. Kita enggak perlu mengganggunya." Tanaya mengangguk, ia setuju dengan Edward. "Hal terbaik d

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   32. INDIRA DAN PENYESALAN

    "Ben, draft final apartemennya Tanaya udah selesai. Dia sudah gue kirimin lewat email, dan bilang juga ok. Tinggal minta persetujuan lo nih, bagaimana? Gue enggak bisa ke kantor lo. Gue lagi nungguin Indira. Dia lagi enggak bisa banget ditinggal sendirian. Lo bisa kan, ke sini?"Suara Iskandar di telepon terasa sekali menunjukkan sebuah permohonan. Meskipun ada rasa malas di dada, tapi mau tidak mau Bentala pun mengiyakan permintaan Iskandar. Selama ini teman dekatnya itu tak pernah meminta. Iskandar selalu memiliki segalanya, dan justru yang paling gampang mengabulkan keinginan banyak orang, termasuk dirinya.Kini pria itu meminta, bagaimana mungkin Bentala tak memberi. Sekadar menjenguk Indira adalah perkara mudah baginya. Hal yang sulit adalah membayangkan rasa sakit yang Rana terima kemarin saat tahu kalau ayahnya ada main dengan sahabatnya. Mengingat tangis Rana, membuat Bentala enggan untuk bertemu tatap, atau mengasihani Indira."Bagaimana? Oke, enggak?" tanya Iskandar saat Ben

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   33. MAKAN MALAM DADAKAN

    "Pak, private room di Genki Restaurant sudah saya pesan atas nama bapak. Baru kali ini bapak memesan private room secara pribadi. Tapi, saya minta maaf sebelumnya. Apa bapak lupa akan ada janji dengan Mbak Rana? Manajernya sudah setuju untuk bertemu."Gelengan kuat membuat Danish makin bingung. Baru kali ini ia dibuat tidak mengerti dengan instruksi dari bosnya. Biasanya Bentala selalu memberi instruksi yang jelas, dan tanpa perlu bertanya pun, Danish sudah paham maksudnya. Namun, kali ini seperti labirin, Danish harus memecahkan dulu untuk mengerti ujung jalannya."Kamu pasti bingung, ya?" tanya Bentala yang langsung dibalas anggukan oleh Danish. "Alasan saya memesan private room itu untuk bertemu dengan Rana. Apa kamu berpikir saya memesan private room itu untuk bertemu dengan orang lain, begitu?""Saya pikir anda akan bertemu dengan istri anda," jawab Danish jujur seraya menggaruk pelipisnya. "Anda tak biasanya bertemu dengan relasi kerja di ruangan privat. Selalu di tempat ramai,

Latest chapter

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   120. AKHIR YANG BAHAGIA

    "Kamu tahu enggak arti dari cincin ini?"Delapan bulan kemudian segalanya berjalan dengan sangat cepat. Rana membutuhkan waktu lebih dari lima bulan untuk menyiapkan segala pernikahannya. Karena kegiatannya di dunia entertainment yang memang sedang rehat, maka tak ada satu pun media, atau rekan artis yang mengetahui rencana pernikahannya. Rana, dan Bentala pun dengan tenang menjalankan pernikahan mereka di Bali dengan sangat tenang, dan intim.Kini, di bulan kedua pernikahan mereka, Bentala akhirnya bisa benar-benar menemukan waktu untuk berbulan madu. Meskipun tak lagi menjadi aktris, Rana tetap saja disibukkan dengan kegiatannya sebagai salah satu direksi di rumah sakit Husada. Ia bersama-sama dengan Latisha bekerja, meskipun kini berada di dunia yang sama sekali berbeda."Aku enggak tahu," jawab Rana sambil menggelengkan kepala. "Memang apa artinya? Aku pikir ini hanya sebuah bentuk. Karena cantik, jadi kupikir itu alasan kamu memilihnya. Ternyata ada artinya, ya?"Bentala terkekeh

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   119. MENIKAHLAH DENGANKU

    "Besok bahkan baru malam tahun baru. Tidak bisakah kamu menunggu hingga besok? Ya, aku memang menyuruhmu untuk pulang, tapi maksud aku pulanglah setelah tahun baru. Bukannya sekarang. Ben, kamu mendengarkan aku, kan?"Pertanyaan itu membuat Rana benar-benar kesal, karena Bentala tampak tak mengacuhkannya sejak tadi. Pria itu sejak tadi hanya mondar-mandir merapikan segala barangnya ke dalam koper besar yang Rana pastikan kalau isinya terlalu sedikit di sana. Rana pun beranjak dari kasur, mendekati Bentala yang sibuk memasukkan semua kemejanya ke koper. Ia tarik kerah pria itu, agar Bentala bisa fokus hanya padanya.Bentala tersenyum. Ia melingkarkan tangannya di pelukan Rana dengan erat. Ia bawa gadis itu ke pelukannya, dan ia cium gadis itu dengan sepenuh jiwa. Rana jelas tak menolak, bersama Bentala memang membuat kepalanya selalu bodoh dalam hal tolak menolak."Kamu sekarang merengek, agar aku tak pergi." Bentala berkata setelah ia melepaskan ciumannya. "Kemarin, kamu melepaskan ak

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   118. HALO CANTIK!

    "Gue benar-benar senang, karena lo sudah sadar, Na. Maaf ya, gue enggak bisa melihat lo langsung ke Australia. Karena gue pikir-pikir keadaannya pasti enggak memungkinkan dan gue enggak pernah ke Australia sebelumnya. Gue takut jatuhnya ngerepotin Indira yang lagi sibuk ngurusin lo, dan kerjaannya."Hanya sebuah gelengan yang mampir di wajah Rana saat mendengar managernya, Latisha meminta maaf. Ia tak pernah mempermasalahkan siapa yang berada di sampingnya saat sakit. Baginya di mana pun berada, Rana sudah cukup dengan doa. Rana tahu obat mujarab terampuh bagi orang sakit adalah doa dari orang yang benar-benar tulus menginginkan kesembuhan diri kita.Latisha sendiri merasa sangat bahagia. Meskipun hanya bisa melihat Rana dari panggilan video, tapi gadis itu sudah merasa cukup puas. Melihat Rana meresponnya dengan senyum tercantik yang Rana punya, sudah membuat Latisha merasa sangat lega."Tidak masalah kok," jawab Rana jujur. Ia tersenyum lemah. "Lo jangan maksain diri buat ke sini. L

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   117. TEMAN TERBAIK

    "Indira, boleh saya bicara sama kamu sebentar?"Tak mungkin Indira tak kaget. Ia menengadah, dan memastikan kalau yang bicara padanya memang benar-benar seorang Emir Dikara Husada. Selama hampir dua minggu, pria itu pura-pura tak mempedulikannya, hari ini, di hari di mana Rana sadar sepenuhnya, Emir akhirnya mau mengajaknya bicara. Bukannya Rana berharap, tapi ia ingin antara dirinya, dan Emir berhenti memikirkan menyoal masa lalu, serta terjebak di dalamnya.Indira pun mengangguk, meskipun Arnold sempat menggeleng. Ia menatap Arnold seraya tersenyum meminta pengertian. Arnold pun melihat pada Indira, dan akhirnya memperbolehkan gadis itu menyelesaikan segala masalahnya dengan pria brengsek yang ternyata adalah sahabat baik Rana. Jujur, saat mengetahuinya, Arnold jelas kaget bukan main. Ia sungguh merasa luar biasa, karena ternyata Rana, dan juga Indira masih bisa menjalin pertemanan yang sangat baik."Tunggulah di sini," pinta Indira yang langsung disanggupi oleh Arnold. "Aku akan ba

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   116. BERITA BAIK UNTUK BENTALA

    "Maaf, mengganggu waktumu, Ben. Tapi, saya harus memberikan ini secara langsung untukmu. Kamu diundang khusus sebagai best man-saya dalam pernikahan saya dengan Tanaya. Ya, saya tahu kondisinya tidak memungkinkan. Tapi, tak apa-apa. Saya hanya ingin memberikan ini sebagai tanda bahwa hanya kamu yang berhak untuk posisi itu."Tentu saja Bentala terhenyak. Bukan soal undangannya, tapi bagaimana Edward selalu memperlakukannya dengan spesial. Berbeda dengan dua temannya yang lain, Edward baginya sudah seperti saudara yang ia temukan di benua lain. Dia selalu merawat, memperhatikan, bahkan memperlakukan Bentala seperti dirinya adalah orang yang layak mendapat perlakuan tersebut. Tak hanya Edward, Tanaya pun demikian.Untuk itulah, Bentala rela melakukan banyak hal bodoh hanya untuk menjaga mereka tetap bahagia. Sebab, di saat ia tak punya siapa-siapa di negeri orang, hanya Edward, dan Tanaya yang membantunya. Hanya mereka berdua yang rela bersusah payah untuk seorang Bentala."Kamu membuat

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   115. HANYA SEBUAH HARAPAN

    "Aku tahu harusnya enggak ninggalin kamu. Tapi, aku minta maaf. Aku tahu kamu pasti mengerti. Hanya tiga hari, aku janji. Senin, aku akan kembali ke sini. Aku janji akan nemenin kamu lagi di sini. Kamu pasti akan merasa sedih kan, kalau pekerjaanku enggak beres? Jadi, aku pulang sebentar ya. Aku tahu, aku akan kangen kamu banget, Rana."Tatapan Bentala begitu dalam, dan berat. Ia sama sekali enggan meninggalkan Rana dalam kondisi yang masih belum ada kejelasan, tapi ia juga tak bisa meninggalkan pekerjaannya. Ada banyak orang yang bergantung hidupnya pada Bentala, dan ia tak serta merta melupakan mereka hanya untuk memajukan keinginannya. Bila Rana bangun pun, gadis itu pasti memilih untuk melepasnya.Dengan erat, ia genggam tangan kekasihnya. Ia cium tangan itu penuh rasa sayang. Meskipun hampir dua minggu di rumah sakit, wangi lavender yang khas masih tercium begitu nyata dari tubuh Rana, membuat Bentala makin berat untuk melepasnya. Tapi, apa mau dikata. Hidup nyatanya harus tetap

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   114. CINTA TANPA HINGGA

    "Mr. James sangat menyukai apa yang anda lakukan dengan kebun kelapa sawit keluarga anda. Dia berharap kerja sama ini akan sangat menguntungkan bagi anda, dan juga Mr. James. Terima kasih banyak, Mr. Byakta. Nanti kita bertemu lagi di Jakarta dua minggu ke depan. Have a nice day."Tak hanya Bentala, Danish pun menunjukkan senyum profesionalnya kepada CFO Perusahaan yang akan bekerja sama dengan Bentala dalam pembuatan pabrik kelapa sawit di Riau. Bentala sungguh bersyukur, karena CFO perusahaan yang ia tuju adalah orang Indonesia. Ibu Martina Larasati Adams yang adalah orang Sulawesi Utara pergi jauh ke Sydney untuk bekerja bersama suaminya yang berasal dari London. Bentala pun teringat pada Edward yang melobi CEO perusahaan ini untuk bekerja sama dengannya. Bentala harus mentraktirnya nanti saat sampai di Jakarta.Bentala, dan Danish pun sangat puas. Tak sia-sia waktu yang mereka habiskan untuk meraih kontrak kerja sama. Sekarang setelah segala kontrak sudah ditandatangani, Bentala b

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   113. RINDU YANG MENGGUNUNG

    "Ben, lo bisa pulang ke hotel buat urus kepindahan lo. Di depan juga sudah ada asisten lo nungguin. Jangan lupa makan. Terakhir lo makan tuh, kemarin sore. Lo skip makan malam, sama sarapan, Ben. Jangan sampai deh, lo ikut-ikutan tumbang. Makan ya, Ben."Hanya sebuah anggukan yang Bentala berikan kepada Indira. Gadis itu sudah jauh lebih rapi, sedangkan Bentala tampak kusut tak terurus. Tiga hari sudah, dan tak ada tanda-tanda Rana akan bangun. Dokter hanya mengatakan kalau Rana hanya trauma. Hanya butuh waktu sampai gadis itu siap, dan membuka matanya.Sayangnya Bentala tak sabar. Masalahnya rindunya sudah menggunung, dan butuh dituntaskan. Hausnya masih terasa meskipun ia sudah menenggak kehadiran Rana sejak tiga hari lalu. Tapi, apalah arti raga, tanpa jiwa yang benar-benar hidup."Tolong ya, jaga Rana. Kalau ada kabar baik, hubungi gue." Bentala berpesan, dan Indira langsung mengiyakan apa yang pria itu inginkan. "Kalau bisnis ini enggak penting, gue mungkin akan ada di sini terus

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   112. SITUASI GENTING

    "Ben, kamu sudah berangkat kerja? Ben? Hei, Ben! Kamu sedang apa di sana? Ada apa?"Dengan cepat, Edward menghampiri Bentala yang terduduk di karpet dekat tempat tidurnya. Pria itu tampak terdiam, kaku, dan belum benar-benar menyadari keberadaannya. Sebelum berangkat lari pagi, Edward melihat Bentala masih baik-baik saja dengan makan makanan cepat saji, minum kopi, dan kemudian mandi. Namun setelah Edward kembali, ia mendapati pria itu tampak tak berdaya, dan tak baik-baik saja.Edward pun mencoba membuat pria itu berhenti melamun dengan menggoyangkan bahunya. Bentala akhirnya menengadah, namun baru kali itu tatapan pria itu benar-benar kosong. Edward pun menjadi ikut takut."Ben, ada apa?" tanya Edward lagi lebih keras. "Katakan, ada apa?""Rana, Ed, Rana," lirih Bentala dengan suara tercekat. Kalau dia adalah Tanaya, mungkin tangisnya sudah merebak keluar. "Dia kecelakaan Ed. Bagaimana ini? Bagaimana, Ed? Aku harus ke Australia. Aku harus ke sana. Sekarang juga. Ya Tuhan, mengapa in

DMCA.com Protection Status