Semua Bab Pembalasan Dendam Nona Dingin: Bab 41 - Bab 50

80 Bab

Kerinduan

InggrisDi sisi lain dunia, Leon tengah bermain golf bersama teman-teman bulenya di Inggris. Ia mencoba menikmati hobinya, namun hari-hari terasa hambar tanpa Ziva. Teman-temannya mulai menyadari bahwa Leon sering terdiam di tengah permainan, tampak tak bersemangat."Hei, Leon, kamu baik-baik saja?" tanya salah satu temannya.Leon hanya mengangguk tanpa semangat. Melihat itu, teman-temannya memutuskan untuk mengajaknya ke bar, berharap bisa menghibur Leon dengan suasana yang lebih hidup.Di bar, Leon duduk di sudut ruangan, dikelilingi oleh perempuan yang mencoba menggodanya. Namun, bagi Leon, semua itu terasa kosong. Perempuan-perempuan itu, meskipun cantik, tak bisa menggantikan sosok Ziva di hatinya. Leon hanya memandangi minumannya, tenggelam dalam pikirannya.Malamnya, Leon menelepon ayahnya, Brok, dengan harapan bisa pulang."Ayah, aku ingin pulang. Aku sudah bosan di sini," kata Leon dengan nada putus asa.Namun, Brok menolak keinginannya. "Leon, saat ini aku sedang sibuk denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-11
Baca selengkapnya

Kematian Sari

Pagi itu, seperti biasa, Ziva mempersiapkan kue dan roti bersama Bu Kiki dan anaknya. Dapur yang penuh dengan aroma manis membuat suasana pagi menjadi hangat. Mereka bekerja dengan semangat, berharap hari ini akan lebih baik daripada kemarin."Ziva, hari ini aku yang jaga toko, ya. Kamu fokus kuliah saja," kata Bu Kiki sambil menggendong anaknya yang masih mengantuk."Iya, Bu. Terima kasih banyak," jawab Ziva dengan senyum.Setelah semua persiapan selesai, Ziva berangkat ke kampus.Di kampus, Ziva mengambil jadwal kuliah pagi. Saat ia tiba, terlihat kerumunan orang di sekitar gedung kampus. Ziva merasa ada sesuatu yang tidak beres."Ada apa ini?" tanya Ziva pada seorang mahasiswa yang berdiri di dekatnya."Seorang wanita jatuh dari lantai tiga gedung kampus," jawabnya dengan wajah panik.Ziva terkejut. Ia berusaha menerobos kerumunan untuk melihat lebih jelas. Di sana, terlihat beberapa orang sedang menggotong tubuh seorang wanita yang tidak bergerak, menuju ambulans. "Sari..." Ziva
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya

Sisi Raka

Di tengah malam yang sunyi, rumah kosong tempat Ardi dan teman-temannya menyekap Raka tiba-tiba dikepung oleh banyak mobil hitam berlogo Paus. Itu adalah konvoi Echo, pasukan pribadi Raka, yang datang untuk menyelamatkan tuan mereka.Anggota Echo segera menyerbu masuk, membuat kekacauan di dalam rumah. Terjadi perkelahian sengit antara anggota Ardi dan anggota Echo. Pukulan dan bacokan bertebaran di mana-mana. Jeritan kesakitan memenuhi ruangan ketika kedua pihak bertarung habis-habisan.Raka hanya menonton pertarungan itu dengan ekspresi dingin di wajahnya. Ia melihat teman-temannya yang dulu kini saling bertarung karena dirinya. Pertarungan itu semakin intensif, dan anggota Echo mulai mendominasi. Meskipun Ardi dan teman-temannya berjuang dengan gigih, mereka kalah jumlah dan terpojok.Setelah pertarungan yang panjang dan brutal, anggota Echo berhasil mengalahkan anggota Ardi. Mereka menaklukkan satu per satu, membuat Ardi dan Dom terbaring lemah di lantai, penuh luka dan kelelahan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya

Penghianat Katanya...

Pagi hari di toko roti, Ziva sedang bersiap untuk memasak bersama Bu Kiki. Terdengar ketukan di pintu. Bu Kiki pergi membukanya dan ternyata itu adalah Raka."Ziva, ayo berangkat kuliah. Aku jemput kamu," kata Raka dengan senyum lebar.Ziva mengangguk, menyadari bahwa ini adalah kesempatan untuk menjalankan rencananya. "Bu Kiki, aku pergi kuliah dulu ya," ucap Ziva sambil bersiap-siap."Lho, ambil jadwal pagi toh?""Iya Bu. Aku nyusul nanti malam ya, Bu. Ibu bisa kan sendiri?""Jangan khawatir, Ziva. Aku yang akan urus toko," jawab Bu Kiki sambil tersenyum.Di kampus, Raka bersikap romantis, mencoba menarik perhatian Ziva. Namun, isu tentang keterlibatan Raka dalam kematian Sari telah tersebar luas. Banyak orang yang menghindarinya, namun tak ada yang berani menunjukkan kecurigaan mereka secara terang-terangan karena status Raka sebagai orang berpengaruh di kampus.Ziva yang sadar akan suasana ini, memanfaatkan momen di perpustakaan untuk memancing Raka berbicara tentang hubungannya d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-13
Baca selengkapnya

Aib!

Bu Kiki akhirnya siuman di ruang rawat inap. Ziva dan anaknya segera menghampiri dengan wajah penuh kekhawatiran."Bu Kiki, bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Ziva dengan suara lembut.Bu Kiki tersenyum lemah. "Aku sudah lebih baik, Ziva. Tadi, Ardi dan ibunya datang mencari-cari kamu. Mereka marah-marah dan mendorongku hingga terjatuh."Ziva menggertakkan giginya, merasa amarah membara di dadanya. "Mereka tidak akan lolos begitu saja," gumamnya.Raka yang mendengar percakapan itu ikut merasakan kemarahan, namun dia tidak ingin menunjukkannya terlalu jelas di depan Ziva. "Ziva, aku harus pulang sekarang. Jaga Bu Kiki baik-baik. Ziva mengangguk, mencoba tersenyum meski hatinya penuh dengan kegelisahan. "Terima kasih, Raka."Setelah keluar dari rumah sakit, Raka tidak langsung pulang. Dia merasa perlu memberi pelajaran kepada Ardi. Sambil mengemudi di jalanan sepi, dia menelepon manajer ayahnya yang setia, Pak Hendra."Halo, Pak Hendra. Saya butuh bantuan Anda," kata Raka dengan sua
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-13
Baca selengkapnya

Dukungan

Pagi hari tiba dengan suasana yang suram di rumah Ziva. Matahari terbit, namun sinarnya terasa redup bagi Ziva. Dia duduk di sudut kamar, memandangi cermin dengan mata bengkak akibat menangis semalaman. Pikirannya penuh dengan kecemasan dan rasa malu yang menghantui.Ziva tidak berselera makan, meskipun Bu Kiki sudah menyiapkan sarapan favoritnya. Bu Kiki, yang paham betul situasi Ziva, mencoba untuk mengajaknya bicara."Ziva, ayo makan sedikit. Kamu butuh tenaga," kata Bu Kiki dengan suara lembut.Ziva hanya menggeleng lemah, tidak sanggup menatap Bu Kiki. "Maaf, Bu Kiki. Aku benar-benar tidak bisa makan. Rasanya semua sudah hancur."Bu Kiki menghela napas, kemudian mendekati Ziva dan memeluknya erat. "Aku tahu ini berat, Ziva. Tapi kamu harus kuat. Kita akan mencari jalan keluar dari semua ini."Ziva membalas pelukan Bu Kiki dengan air mata yang mengalir deras. "Aku takut, Bu. Aku takut keluar rumah. Semua orang pasti akan mencemoohku. Aku tidak tahu harus bagaimana."Bu Kiki mengus
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-14
Baca selengkapnya

Maaf

Suasana di ruang makan keluarga Raka pagi itu sangat tegang. Ayah Raka, seorang pria yang berwibawa namun keras, memandang putranya dengan sorot mata yang tajam."Raka," ucapnya dengan suara berat, "kalau bukan karena kekuasaan yang aku miliki, hari ini nama baikmu sudah tercemar. Bahkan, kamu mungkin sudah dikeluarkan dari kampus."Madam Maroon, ibu Raka, tanpa aba-aba, bangkit dari kursinya dan mengambil tas mewahnya. "Aku tidak bisa membiarkan ini terus terjadi. Aku akan menghancurkan hidup gadis itu karena berani bermain dengan Raka."Raka, yang menyadari niat ibunya, segera bangkit dan menghalangi jalan. "Mamah, jangan lakukan itu."Madam Maroon menatap putranya dengan mata dingin. "Kamu tidak bisa menghentikanku, Raka. Perempuan itu harus diberi pelajaran."Raka, yang mulai marah, membentak ibunya. "Ziva tidak bersalah! Kalian tidak bisa seenaknya menghancurkan hidup orang lain!"Ayah Raka segera berdiri, mendukung istrinya. "Dia pantas mendapatkannya. Siapa pun yang berani meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-14
Baca selengkapnya

Pendekatan

Esok harinya, Ziva masih merasa cemas dan enggan untuk keluar rumah. Bu Kiki berpamitan untuk mengantar Kiki ke sekolah setelah menyiapkan kue dan roti di toko. Ziva, yang masih diskor dari kuliah, memberanikan diri untuk pergi ke toko dan mulai menjajakan dagangannya. Ia merasa malu-malu saat melayani pelanggan, namun tetap berusaha bersikap profesional.Tiba-tiba, seorang wanita bertopeng masuk dengan elegan. Penampilannya memukau dan penuh wibawa, membuat semua orang di toko terdiam. Wanita itu berjalan dengan anggun ke arah Ziva dan mulai melihat-lihat roti yang dijajakan."Apa ini roti buatanmu?" tanya wanita bertopeng itu sambil mencicipi sebuah kue.Ziva mengangguk, merasa sedikit gugup. "Iya, Bu."Wanita itu tersenyum, memberikan pujian. "Enak sekali. Aku ingin melihat cara pembuatannya."Ziva menolak secara halus, merasa aura wanita itu begitu kuat. "Maaf, Bu. Dapur kami tidak untuk umum."Wanita bertopeng itu mengerti dan tersenyum lembut. "Baiklah, suatu saat aku akan kemba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-15
Baca selengkapnya

Cintanya Raka

Esok pagi, Ziva sudah sibuk mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan untuk naik gunung. Di ruang tamu rumahnya, dia menyusun matras, sleeping bag, dan tenda kecil yang akan mereka gunakan untuk bermalam di lereng gunung. Pakaian hangat, jaket tebal, serta sepatu hiking juga sudah disiapkan dengan teliti. Ziva memeriksa peralatan dapur portable yang akan mereka gunakan untuk memasak di atas gunung, lengkap dengan bahan makanan ringan dan air minum dalam botol khusus.Ziva merasa lega bahwa semua sudah siap untuk petualangan mereka. Dia mengenakan jaket hiking dan memasukkan perlengkapan ke dalam tas ranselnya, siap untuk bertemu dengan Raka.Di sisi lain Raka juga sibuk mempersiapkan segala perlengkapan. Dia mengambil ransel besar yang biasa digunakan untuk perjalanan jauh, memastikan semua perlengkapan camping seperti kompas, lampu senter, dan peta gunung tersedia. Raka juga membawa bekal makanan ringan dan air minum dalam jumlah cukup untuk perjalanan mereka.Setelah selesai me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-15
Baca selengkapnya

Permintaan

Setelah momen di puncak gunung, Raka dan Ziva mulai menuruni jalur pendakian, membawa serta kenangan pagi itu. Sepanjang perjalanan pulang, suasana di mobil terasa canggung. Raka sesekali melirik Ziva dengan senyum malu-malu, tetapi Ziva lebih sering melihat ke luar jendela, tenggelam dalam pikirannya.Sesampainya di rumah Ziva, Raka membantunya menurunkan barang-barang. "Terima kasih sudah mau ikut denganku hari ini," kata Raka dengan suara pelan, hampir berbisik.Ziva memaksakan senyum, "Iya, sama-sama. Hati-hati di jalan, ya."Raka mengangguk, merasa sedikit canggung. Dia kembali ke mobil, jantungnya berdebar kencang. Ketika menyalakan mesin dan mulai mengemudi, perasaan bahagia membanjiri hatinya. Dia terus tersenyum sendiri di sepanjang perjalanan, merasa seakan berada di puncak dunia.Di rumah, Raka langsung menuju kamarnya. Ia bersenandung pelan, ekspresi wajahnya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang meluap-luap. Bahkan ketika seorang pembantu datang membawa air hangat, R
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status