All Chapters of Pembalasan Dendam Nona Dingin: Chapter 1 - Chapter 10

80 Chapters

#1 Prolog

“Gue bilang, tunjukin ke gua di mana lo simpen kunci itu!”Suara ketua mafia itu menggema di ruang keluarga yang mewah, mengancam. Nada suaranya berat. Dia memegang pistol antik ala mafia itu lalu menodongkannya ke seorang pria bertubuh kekar di depannya. "JAWAB, ANJING!!""LEPASIN GUAAA!" teriak pria itu, masih memakai baju tidur dan diikat tangannya. Ia tak bisa bergerak. "Gua nggak akan sudi ngasih ke bajingan kayak lo!"DUAARTTTT!!!Suara petir menyambar disertai hujan deras terdengar sampai ke ruang keluarga itu, tempat dimana keluarga Determine disekap oleh sekelompok mafia yang dengan brutal menyerbu kediaman Kris Determine.Kris Determine, pengusaha sukses yang punya kekuasaan, kini terduduk lemah. Darah mengalir dari pelipisnya, membasahi lantai marmer ruang itu. Di depannya, istrinya, Leoni, dan anak sulungnya, Arga, diikat, matanya ditutup kain hitam. Mereka pingsan setelah dipukul oleh anak buah ketua mafia itu."Oh ya? Kita liat aja seberapa kuat lo bertahan." Ketua mafia
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

#2 Leon Bearpo

Ziva berjakan ke kelas.Sesampainya di dalam, dia segera duduk di kursinya, melemparkan buku-buku ke atas meja. Menghembuskan napasnya yang kasar. Hari ini agak pusing rasanya.PRAKK!!Pintu kelas terbuka, muncul seorang mahasiswi, berjalan santai dengan angkuh sambil menyilangkan tangannya.Tatapan Ziva tak sengaja bertemu dengan gadis itu, yang langsung menyadari keberadaannya. “Apa lo liat-liat? Nggak pernah, ya, liat cewek cantik kayak gue?” ucap gadis itu dengan nada sinis sambil memutar rambutnya.Ziva tetap diam. Ekspresinya tetap datar, tapi sorot matanya dingin.Gadis itu terus berjalan ke kursinya yang posisinya tak terlalu jauh dari kursi Ziva.“Cih,” gumam Ziva pelan, cukup untuk didengar gadis itu.Wajah gadis itu berubah muram, tersinggung, yang tak lain adalah Celine. “Heh, manusia es!" tunjuk Celine. Dia berjalan ke kursi Ziva, "Nggak usah sok suci lu!” katanya tajam dekat Ziva, matanya membara.Ziva menatap Celine, alisnya terangkat.Celine mendekatkan wajahnya ke teli
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

#3 Tantangan

"Hai juga," jawab Ziva dengan datar, berusaha menyembunyikan motifnya. Ia sedikit gugup saat tiba-tiba disapa."Boleh aku duduk... di sini?" tanyanya, ragu.Ya, Leon tiba-tiba menghampiri Ziva di kantin kampus. Rupanya dia penasaran dengan Ziva sejak pertama kali melihatnya di kelas tadi. Dan ia mengikuti Ziva."Ya, silakan," jawab Ziva tampak terkejut namun sedikit senang.Leon duduk, memandang Ziva dengan mata penuh perhatian. "Ehm... nama kamu siapa?""Ziva, panggil aja Ziva," jawab Ziva mencoba senyum. Sejauh ini ia belum pernah menampakkan senyumnya kepada siapapun. Leon beruntung. "Dan elu...""Leon, Leon Bearpo," ucapnya, menyodorkan tangannya.Ziva tersentak memandangi tangan Leon. "Oh, oke," jawab Ziva datar, masih tak bereaksi.Leon mulai canggung. Ia turunkan tangannya. "So, nama lu Ziva... good name. Eh, iya, by the way, kenapa kamu ambil jurusan sosiologi?""Ya, emangnya kenapa?""Ow, sorry! I mean, cewek kayak kamu itu cocoknya ambil jurusan kedokteran.""Kedokteran? Kena
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

Kebenaran

"Hai, Leon," sapa Ziva dengan senyum ramah, berusaha menyembunyikan motifnya. "Boleh aku duduk di sini?" Ya, Ziva melihat Leon yang pergi ke kantin. Dengan cepat, Ziva memutuskan untuk mengambil langkah pertama--menghampiri pria bernama belakang Bearpo itu! "Tentu, silakan," jawab Leon tampak terkejut namun senang. "Ziva, kan? Aku ingat kamu dari kelas tadi." Ziva duduk dan memandang Leon dengan mata penuh perhatian. "Ya, betul. Aku ingin tahu lebih banyak tentangmu. Jadi, bagaimana rasanya pindah dari Inggris ke sini?" Leon menghela napas lega. "Cukup berbeda, tapi menyenangkan. Semua orang di sini sangat ramah." Ziva tersenyum tipis. "Senang mendengarnya. Nama keluargamu, Bearpo, terdengar unik. Apakah ada cerita di balik nama itu?" Leon tampak berpikir sejenak. "Sebenarnya, itu nama keluarga lama yang diwariskan dari kakek buyutku. Tidak banyak cerita menarik, hanya sejarah keluarga biasa." Ziva mengangguk, berusaha menyingkap lebih banyak informasi tanpa terlihat terlalu men
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

Sosok Leon Bearpo

Saat kelas Sosiologi berakhir, Ziva mengemasi barang-barangnya dengan cepat. Bersiap untuk pulang dengan sepedanya yang sudah diperbaiki. Namun, hari ini, Leon kembali mendekatinya dengan senyum ramah di halaman kampus. Itu artinya rencananya berhasil memancing Leon. "Ziva, mau pulang bareng? Aku bawa mobil hari ini," tawarnya sambil mengeluarkan kunci mobil dari sakunya. Ziva melirik ke arah mobil Leon yang terparkir di dekat gerbang sekolah. Mobil mewah itu memancarkan kesan eksklusif dengan logo yang familiar di bagian depan. Logo yang sama dengan yang dilihatnya pada orang-orang yang melayani bos tua dengan tongkat mahal tempo hari. "Terima kasih, Leon, tapi aku lebih suka pulang dengan sepeda. Rumahku tidak terlalu jauh," jawab Ziva, berusaha menyembunyikan rasa curiganya. Leon tampak sedikit kecewa, namun dia menghormati keputusan Ziva. "Baiklah, hati-hati di jalan ya." Ziva mengangguk dan mengayuh sepedanya menjauh, namun pikirannya terus bekerja. Dia memutuskan untuk mengi
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

Perhatian

Beberapa hari telah berlalu. Suasana di gymnasium kampus sangat meriah, dipenuhi oleh sorak-sorai dan semangat para mahasiswa yang datang untuk menyaksikan pertandingan. Bendera, poster, dan yel-yel terdengar riuh mengiringi pertandingan yang akan dimulai. Dua tim yang paling ditunggu-tunggu adalah tim "Wings" yang dipimpin oleh Leon dan tim "Rabbits X" yang dipimpin oleh Raka. Ziva duduk di bangku penonton, hatinya berdebar kencang. Meski fokus utamanya adalah menyelidiki Leon, dia tidak bisa menahan perasaan gugup dan semangat untuk pertandingan ini. Saat Leon dan Raka masuk ke lapangan, sorak-sorai semakin menggema. Pertandingan dimulai dengan cepat. Tim "Rabbits X" langsung mengambil alih kendali permainan. Raka, dengan kelihaiannya, berhasil mencetak beberapa poin awal, membuat timnya unggul. Penonton bersorak gembira, namun Ziva tetap tenang, matanya terus mengikuti gerak-gerik Leon. Di babak pertama, tim "Rabbits X" unggul jauh. Raka menunjukkan kemampuannya yang luar biasa,
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

Insiden

Sayangnya, Ziva tak bisa berbuat apa-apa. Jadi, malam harinya, Ziva duduk di kamar. Merenung tentang semua kejadian yang menimpanya. Dia masih belum berbicara dengan Black D, yang sejak awal melarangnya untuk ikut campur urusan kelompok beruang. Setiap kali membahas insiden 14 tahun lalu, dan membahas segala sesuatu tentang masa lalu. Namun, ketegangan di antara mereka terasa semakin tak tertahankan. Tok tok tok! Black D mengetuk pintu kamar Ziva. Dia masuk dengan wajah penuh beban, membawa sebuah kotak kecil di tangannya. "Ziva, ada sesuatu yang harus kuberikan padamu." Ziva menatapnya dengan bingung. Black D membuka kotak kecil itu dan mengeluarkan sebuah cincin emas yang indah. "Ini milik ibumu, Nyonya Leoni. Dia memberikannya padaku untuk diserahkan kepadamu ketika kau sudah dewasa." Ziva terdiam, menatap cincin itu dengan mata berkaca-kaca. Ziva melanjutkan dengan suara yang semakin berat, "Ziva, aku mungkin tidak punya banyak waktu lagi. Kelompok beruang sedang memburuku.
last updateLast Updated : 2024-06-25
Read more

Klub Malam

"Ziva, bagaimana perasaanmu hari ini? Apakah tanganmu masih sakit?" Esok harinya di kampus, Ziva berjalan ke kelas dengan tangan yang masih diperban. Begitu memasuki kelas, dia langsung disambut oleh Leon yang sudah menunggunya di meja. Ziva sontak tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja, Leon. Terima kasih sudah membawaku ke rumah sakit kemarin.""Ya sama-sama. Senang membantu kamu," ucap Leon tersenyum. "Eh sini aku bantu!" Leon membantu membawa buku-buku Ziva menuju kelas. Leon terus memperhatikan Ziva sepanjang hari, memastikan dia tidak terlalu kesulitan dengan tangan yang diperban. Dari kejahuan, Raka, yang biasanya selalu memperhatikan gerak-gerik Ziva, kini mulai merasa segan terhadap Leon setelah insiden di toilet kemarin. Namun, dia masih memantau dengan hati-hati, meskipun dari kejauhan. *** Saat pulang dari kampus, Ziva berjalan kaki pulang menuju rumah. Leon yang melihat Ziva berjalan kaki, segera memarkir mobilnya di dekatnya dan memaksa untuk membawanya pulang. "Ziv
last updateLast Updated : 2024-06-25
Read more

Air Susu Dibalas Air Tuba

Hari berikutnya di kampus, suasana terasa lebih santai. Di kafetaria, Ziva duduk sendirian dengan segelas kopi di tangannya. Dia sedang merenung ketika Leon mendekatinya dengan senyum lebar."Ziva, aku punya sesuatu untukmu," kata Leon sambil duduk di sebelahnya. Dia mengeluarkan sebuah kartu undangan khusus dari sakunya dan memberikannya kepada Ziva.Ziva mengambil kartu itu dengan rasa penasaran. "Apa ini, Leon?""Besok adalah ulang tahunku, dan aku ingin mengundangmu ke pestaku. Akan ada banyak teman dan keluarga. Aku harap kau bisa datang," kata Leon dengan penuh harap.Ziva membuka kartu undangan itu dan membaca isinya. "Terima kasih, Leon. Aku akan mencoba datang."Leon tersenyum puas. "Aku senang mendengarnya. Aku akan memastikan ini menjadi malam yang tak terlupakan. Oh iya kamu minum apa?""Oh ini?" Ziva menunjuk kopinya. "Kopi Arabika, favoritku.""Boleh aku coba?""Buat apa? Eh, maksudku si-silahkan."Leon menatap Ziva sejenak. Ia lalu mencicipi kopi itu. "Manis.""Manis?
last updateLast Updated : 2024-06-26
Read more

Tak Terduga

Di sisi lain kampus, Raka berkumpul dengan Dom, seorang perempuan bernama Sari, dan seorang laki-laki bernama Ardi di sebuah kafe yang sepi. Mereka duduk di meja sudut, berbicara dengan suara rendah sambil menyusun rencana untuk merusak pesta ulang tahun Leon."Jadi, ini rencananya," kata Raka sambil membuka peta mansion Leon yang besar di atas meja. "Pesta akan diadakan di halaman belakang mansion. Kita harus mencari cara untuk masuk tanpa terdeteksi."Dom menyeringai, menambahkan, "Aku sudah mendapatkan beberapa alat untuk membuat kerusakan. Kita bisa merusak sistem suara dan lampu sehingga pestanya kacau. Aku juga siapkan asap buatan biar pesta itu menjadi ricuh seperti kebakaran."Sari, yang memiliki keterampilan dalam teknologi, berkata, "Aku bisa meng-hack sistem keamanan mereka. Begitu kita masuk, aku akan memastikan kamera pengawas tidak menangkap kita."Ardi, yang memiliki fisik kuat, menambahkan, "Dan kalau ada masalah, aku yang akan menangani keamanan. Kita akan memastikan t
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more
PREV
123456
...
8
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status