Beranda / Romansa / Pembalasan Dendam Nona Dingin / Air Susu Dibalas Air Tuba

Share

Air Susu Dibalas Air Tuba

Penulis: NaLaTu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-26 23:57:08
Hari berikutnya di kampus, suasana terasa lebih santai.

Di kafetaria, Ziva duduk sendirian dengan segelas kopi di tangannya. Dia sedang merenung ketika Leon mendekatinya dengan senyum lebar.

"Ziva, aku punya sesuatu untukmu," kata Leon sambil duduk di sebelahnya. Dia mengeluarkan sebuah kartu undangan khusus dari sakunya dan memberikannya kepada Ziva.

Ziva mengambil kartu itu dengan rasa penasaran. "Apa ini, Leon?"

"Besok adalah ulang tahunku, dan aku ingin mengundangmu ke pestaku. Akan ada banyak teman dan keluarga. Aku harap kau bisa datang," kata Leon dengan penuh harap.

Ziva membuka kartu undangan itu dan membaca isinya. "Terima kasih, Leon. Aku akan mencoba datang."

Leon tersenyum puas. "Aku senang mendengarnya. Aku akan memastikan ini menjadi malam yang tak terlupakan. Oh iya kamu minum apa?"

"Oh ini?" Ziva menunjuk kopinya. "Kopi Arabika, favoritku."

"Boleh aku coba?"

"Buat apa? Eh, maksudku si-silahkan."

Leon menatap Ziva sejenak. Ia lalu mencicipi kopi itu. "Manis."

"Manis?
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Tak Terduga

    Di sisi lain kampus, Raka berkumpul dengan Dom, seorang perempuan bernama Sari, dan seorang laki-laki bernama Ardi di sebuah kafe yang sepi. Mereka duduk di meja sudut, berbicara dengan suara rendah sambil menyusun rencana untuk merusak pesta ulang tahun Leon."Jadi, ini rencananya," kata Raka sambil membuka peta mansion Leon yang besar di atas meja. "Pesta akan diadakan di halaman belakang mansion. Kita harus mencari cara untuk masuk tanpa terdeteksi."Dom menyeringai, menambahkan, "Aku sudah mendapatkan beberapa alat untuk membuat kerusakan. Kita bisa merusak sistem suara dan lampu sehingga pestanya kacau. Aku juga siapkan asap buatan biar pesta itu menjadi ricuh seperti kebakaran."Sari, yang memiliki keterampilan dalam teknologi, berkata, "Aku bisa meng-hack sistem keamanan mereka. Begitu kita masuk, aku akan memastikan kamera pengawas tidak menangkap kita."Ardi, yang memiliki fisik kuat, menambahkan, "Dan kalau ada masalah, aku yang akan menangani keamanan. Kita akan memastikan t

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Baku Hantam

    Di sisi lain, Raka, Dom, Sari, dan Ardi sedang menyelinap ke area belakang mansion, membawa beberapa kaleng asap bohongan. Raka memberi isyarat kepada yang lain untuk bersiap. "Begitu kita menyalakan asap ini, pesta Leon akan hancur berantakan," bisik Raka dengan penuh dendam. Setelah Sari sudah melakukan tugasnya, Dom sudah menyabotase sistem suara, mereka lalu menyalakan kaleng-kaleng asap dan menyebarkannya di sekitar halaman belakang. Asap mulai memenuhi udara, membuat para tamu panik dan mulai berlarian mencari jalan keluar. Ditambah suara sirine yang langsung menggema di telinga seluruh tamu undangan. Namun, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Asap yang semula hanya untuk membuat kekacauan, berubah menjadi api yang cepat menyebar. Pesta berubah menjadi kekacauan penuh, dengan para tamu berteriak dan berlari menyelamatkan diri.Raka berlari menghampiri Dom, "Kok begini?""Aku tidak tahu, yang penting ricuh!" kata Dom tertawa sinis.Raka tertawa kecil sambil menepuk dada Dom. Me

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Ketidakadilan

    "Leon! Hentikan!" teriak Ziva, berusaha menarik perhatian Leon.Leon menoleh sejenak, cukup untuk membuat Raka memanfaatkan kesempatan itu. Raka melompat ke arah Leon dan berhasil menjatuhkannya ke tanah. Mereka bergulat dengan keras, debu beterbangan di sekitar mereka.Anak buah Leon mencoba menarik Raka, tapi Ziva menerobos mereka dengan kekuatan dan tekad yang tak terbendung. "Berhenti! Ini tidak akan menyelesaikan apa-apa!" teriaknya dengan suara yang penuh dengan kepanikan.Melihat Ziva menerobos masuk, tanpa aba-aba salah satu pria dengan tubuh kekar itu memukul bagian perut Ziva lantas mendorongnya hingga tersungkur ke atas tanah.Sontak, seluruh pandangan tertuju pada Ziva."Ziva!" teriak Leon panik. Ia segera melepas cengkeramannya pada leher Raka. Raka yang setengah sadar itu melihat dengan lemah dengan luka lebam di sekujur tubuhnya. Ia juga tersungkur di atas tanah.Leon bangkit lalu memberi satu pukulan mentah pada anak buahnya saat setelah ia membantu Ziva berdiri. Ia la

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Tak Semanis Valentine

    Hari Valentine tiba, dan suasana di kampus dipenuhi oleh nuansa romantis. Bunga mawar dan kartu ucapan bertebaran di mana-mana. Di kafetaria, Ziva duduk sendiri, tenggelam dalam buku catatannya, menulis sesuatu dengan penuh konsentrasi.Raka, dengan jantung yang berdebar mendekatinya dengan hadiah Valentine di tangannya. Dia tampak gugup namun bertekad. Namun, saat dia hampir sampai di meja Ziva, dia melihat Leon sudah berada di sana. Leon memberi Ziva sebuah kotak kecil yang berisi kalung perak berukir indah.Ziva terlihat terkejut dan tersenyum kecil. "Terima kasih, Leon. Ini sangat cantik."Leon duduk di depan Ziva, mengobrol dengan penuh perhatian. Mereka tertawa bersama, dan Raka yang melihat itu merasakan kemarahan dan kekecewaan meluap dalam dirinya.Tanpa berkata apa-apa, Raka berbalik dan berjalan cepat menuju kamar mandi. Di sana, dia hendak membuang hadiah Valentine yang ia persiapkan untuk Ziva. Namun, saat dia masuk, dia mendengar suara pertengkaran dari salah satu bilik.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Keputusan Sulit

    Pagi itu, Dom datang menjemput Celine. Ternyata benar, Celine setuju dengan ide Dom.Dom dan Celine berangkat ke desa dengan mobil. Perjalanan panjang itu diselimuti keheningan, hanya suara mesin mobil yang terdengar. Dom mencoba menenangkan Celine, meski dirinya sendiri merasa gugup. "Tenang saja, Celine. Semua akan baik-baik saja," ujar Dom sambil menatap jalanan di depannya. Setelah perjalanan yang cukup jauh, mereka akhirnya sampai di desa. Karena mobil tidak bisa masuk ke jalan kecil menuju klinik, mereka harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Matahari sudah mulai tinggi, membuat mereka berdua merasa panas dan lelah. "Aku haus, Dom," keluh Celine dengan suara lemah. Dom mengangguk dan melihat ke sekeliling. Dia melihat sebuah kios kecil yang menjual jus buah. "Tunggu sebentar, aku akan membelikanmu jus." Dom mendekati kios itu dan memesan dua gelas jus naga. Penjualnya, seorang wanita tua dengan senyum ramah, mulai memblender jus tersebut. "Jus naga dua, Bu," kat

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Ulang Tahun

    Beberapa hari setelah kejadian kepergian Celine, Ziva sedang bersiap-siap pergi ke kampus. Saat hendak keluar rumah, ia melihat sebuah hadiah yang tergeletak di dekat pot bunga. Ziva memungutnya dan membuka surat yang terikat rapi di atasnya. **Surat dari Raka:** *Untuk Ziva Determine, Ziva, sejak pandangan pertama, kau sangat cantik secantik bunga ini. Maaf aku tidak bisa memberikannya secara langsung. Selamat valentine Ziva. Raka.* Ziva tersenyum kecil membaca surat itu. Ada rasa hangat di hatinya, namun ia cepat-cepat menyadari bahwa ia tidak boleh larut dalam perasaannya. Ia memasukkan surat itu ke dalam tasnya dan melanjutkan perjalanan ke kampus.Namun sebelumnya, ia membuang boneka beruang itu karena ia tidak suka boneka apalagi bentuknya beruang. Pagi itu, kota tampak sibuk seperti biasa. Orang-orang bergegas dengan aktivitasnya masing-masing. Ziva naik sepeda melewati trotoar yang dipenuhi dengan pedagang kaki lima, lalu lintas yang padat, dan hiruk-pikuk kota yang tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Masa Lalu Keluarga Determine

    Di sebuah ruangan yang dingin dan suram, kelompok beruang berkumpul di markas mereka yang megah namun menakutkan. Ruangan tersebut dipenuhi dengan berbagai barang mewah yang menunjukkan kekuatan dan kekayaan mereka. Di tengah ruangan, terdapat seorang pria yang sedang diikat dan terlihat sangat lemah. Pria itu adalah Johson, salah satu teman Black D dan bawahan Kris Determine.Leon, mengenakan jas hitam yang elegan, berdiri di samping ayahnya, Brok, ketua kelompok beruang. Ayah Leon, seorang pria berwibawa dengan tatapan dingin, memperlihatkan betapa mengerikannya kekuasaan mereka di kota ini."Leon, hari ini adalah ujianmu untuk menjadi penerusku. Lihatlah ini," kata Brok sambil menunjuk Johson yang sedang terikat.Johson menatap Leon dengan mata penuh kesedihan. "Aku tidak akan memberitahumu di mana anak Kris berada. Apa pun yang terjadi, aku akan setia pada Kris dan tidak akan mengkhianatinya."Brok tersenyum sinis. "Baiklah kalau begitu. Leon, ini adalah saatnya bagimu untuk membuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Khawatir

    Esok paginya, Ziva merasa gelisah. Black D tidak berada di rumah setelah Black D minta izin pergi bersama teman Black D setelah acara ulang tahun Ziva semalam. Ziva mencoba menghubungi namun nomor teleponnya tidak aktif. Kekhawatiran semakin menghantui Ziva, dan dia memutuskan untuk mencari Black D sepulang dari kampus.Di kampus, saat Ziva berjalan menuju kelas, dia bertabrakan dengan Dom. Wajah Dom tampak gelisah, membuat Ziva curiga. Setelah kelas berakhir, Ziva menemukan Dom di kamar mandi dan memutuskan untuk mengintrogasinya."Kau kenapa? Kau terlihat gelisah," tanya Ziva dengan nada serius.Dom menghindari tatapannya. "Tidak ada apa-apa. Lagian bukan urusanmu.""Oh iya, kudengar-dengar Celine tidak masuk kampus lagi. Kemana dia?""A-aku tidak tahu.""Bohong! Kamu itu pacarnya, dan kamu pasti tahu dimana dia berada.""Aku sudah bilang aku tidak tahu!"Ziva semakin curiga dan hendak mendesaknya lebih jauh, ketika tiba-tiba Raka muncul. "Percuma, Ziva. Celine sudah pindah ke luar

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Cintanya Raka

    Pagi itu, Ziva berolahraga di taman dekat rumahnya, mencoba untuk menghilangkan stres yang membelenggu pikirannya. Dengan napas teratur dan tubuh bergerak mengikuti irama, ia mencoba menenangkan diri. Namun, tiba-tiba ponselnya berbunyi, menandakan pesan masuk. Ziva berhenti sejenak dan membuka ponselnya, melihat pesan dari Raka. Isi pesannya singkat tapi jelas: "Ziva, aku minta tolong, bisa kita bertemu?"Ziva ragu, namun entah mengapa, dorongan untuk menyelesaikan masalah membuatnya setuju. Mereka sepakat untuk bertemu di taman kota, tempat yang cukup ramai sehingga Ziva merasa aman. Ketika tiba, Ziva melihat Raka sudah menunggunya di bangku taman, wajahnya kusut dan penuh penyesalan."Maaf, Ziva," ucap Raka, suaranya serak. "Aku benar-benar minta maaf atas kejadian semalam. Aku… aku hanya tidak bisa mengendalikan perasaanku. Kamu tahu betapa aku mencintaimu. Itu menghancurkanku melihatmu bersama orang lain…"Ziva menatap Raka dengan sorot mata yang penuh ketegasan. “Raka, kita suda

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Godaan

    Pagi hari, kota itu dipenuhi dengan suasana yang meriah dan glamor. Di sebuah gedung megah yang sering digunakan untuk acara-acara besar, sebuah pesta diadakan untuk merayakan kehamilan anak seorang pengusaha kaya. Pesta ini merupakan acara besar, yang menandai pengumuman jenis kelamin anak tersebut. Ruang pesta dihiasi dengan lampu kristal berkilauan dan bunga-bunga eksotis. Tenda putih yang elegan menutupi area luar, sementara di dalam, meja-meja panjang dipenuhi dengan berbagai hidangan mewah. Musik orkestra lembut mengalun, menambah suasana yang berkelas dan penuh kehangatan. Para tamu berpakaian formal, mengenakan gaun-gaun mewah dan jas-jas elegan, menikmati hidangan dan bersosialisasi.Brok, Leon, dan Ziva diundang ke acara tersebut. Namun, hanya Ziva dan Leon yang hadir. Raka dan Nanda juga hadir, meski suasana antara mereka terasa canggung. Raka, yang tidak bisa menahan emosinya, terus memandang Ziva dari kejauhan. Pesta semakin meriah saat pengumuman tentang jenis kelamin

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Leona

    Pagi itu, Ziva bangun lebih awal dari Leon, merasakan udara segar yang masuk melalui jendela kamar mereka yang besar. Perasaan gelisah yang selalu ada sejak pernikahannya dengan Leon kembali menghantuinya. Dengan hati-hati, dia keluar dari tempat tidur, berusaha untuk tidak membangunkan Leon, lalu berjalan menuju kamar mandi.Sesampainya di sana, Ziva membuka seluruh pakaiannya, membiarkan air hangat dari shower mengalir di atas tubuhnya. Dia mencoba menenangkan pikirannya, merenungkan langkah-langkah yang harus dia ambil selanjutnya. Namun, ketika dia mendengar pintu kamar mandi terbuka, jantungnya langsung berdegup kencang.Leon masuk, matanya masih sedikit mengantuk, namun senyum kecil terlihat di wajahnya. "Pagi, sayang," katanya dengan suara lembut. Dia mendekati Ziva, niatnya jelas untuk bergabung dengannya di kamar mandi. Namun, ekspresi Ziva berubah seketika, tubuhnya menegang dan refleks menutupi dirinya dengan tangan.Leon berhenti di tempat, terkejut dengan reaksi Ziva. "Ad

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Dua Sisi

    Malam itu, setelah makan malam yang hangat namun sarat dengan keheningan penuh makna, Brok memanggil Ziva dan Leon untuk ikut dengannya ke sebuah tempat yang tak pernah mereka duga. Ziva, yang sudah mulai terbiasa dengan kejutan-kejutan dari Brok, mengikuti Leon dengan tenang namun penuh antisipasi. Mereka berjalan menuju perpustakaan pribadi Brok, sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan buku-buku kuno dan artefak antik. Di sini, suasana terasa tenang, hampir mistis, dengan cahaya lampu gantung yang memancarkan sinar lembut di ruangan. Brok berhenti di depan salah satu rak buku yang tampak biasa saja. Namun, saat dia menyentuh sebuah buku tua dengan sampul kulit, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Rak buku itu bergeser perlahan, memperlihatkan sebuah pintu rahasia di baliknya. Ziva menatap dengan takjub, sementara Leon tersenyum tipis, seolah sudah terbiasa dengan rahasia-rahasia ayahnya."Masuklah," kata Brok dengan nada tegas, mengisyaratkan mereka untuk mengikuti.Mereka melangk

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Menantu

    Seiring berjalannya waktu, Ziva semakin mengukuhkan posisinya sebagai istri Leon yang perhatian dan penuh dedikasi. Setiap pagi, Ziva bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan, mengurus keperluan rumah, dan memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan lancar. Brok semakin menyukai menantunya, merasa yakin bahwa Ziva adalah pilihan yang tepat untuk putranya.Leon dan Ziva sering menghabiskan waktu bersama, baik di rumah maupun di luar. Leon mengajak Ziva untuk berkenalan dengan para pengusaha dan rekan-rekannya, memperluas jaringan sosial mereka. Ziva selalu tampil anggun dan cerdas, memenangkan hati banyak orang dengan kepribadiannya yang menawan.Suatu hari, Leon mengajak Ziva untuk menghadiri sebuah pertemuan bisnis penting di sebuah hotel mewah. Di sana, mereka bertemu dengan banyak orang berpengaruh, termasuk beberapa mitra bisnis Brok. Leon merasa bangga memiliki Ziva di sisinya, melihat betapa mudahnya Ziva bergaul dengan semua orang."Ziva, kau benar-benar luar biasa. Kau membu

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Awal Rencana

    Acara pernikahan yang meriah telah usai, dan para tamu sudah mulai pulang. Leon dan Ziva akhirnya berada di kamar pengantin mereka. Ruangan itu dihias dengan indah, dengan lilin-lilin yang menyala lembut dan kelopak bunga mawar tersebar di seluruh tempat tidur.Leon masuk ke dalam kamar, sedikit gugup namun penuh harapan. Ia menutup pintu perlahan, membiarkan Ziva masuk terlebih dahulu. Ziva tampak cantik dalam gaun tidurnya yang sederhana namun elegan. Mereka berdua berdiri canggung di tengah ruangan, merasakan ketegangan yang manis namun aneh."Ziva, ini... adalah malam yang sangat spesial bagi kita," kata Leon dengan suara lembut.Ziva tersenyum, namun ada kelelahan yang jelas terlihat di matanya. "Leon, aku benar-benar lelah. Hari ini sangat melelahkan, dan aku butuh istirahat."Leon mengangguk, mencoba menyembunyikan kekecewaannya. "Tentu, aku mengerti. Kita bisa beristirahat malam ini."Mereka berdua naik ke tempat tidur, berbaring berdampingan namun dengan jarak yang terasa. Le

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Pernikahan Sah

    Pagi yang cerah di hari pernikahan Ziva dan Leon. Di rumah Ziva, suasana sibuk dan penuh kegembiraan. Ziva duduk di depan cermin besar di kamarnya. Seorang makeup artist profesional sedang merias wajahnya dengan teliti. Di sekitar Ziva, beberapa asisten membantu mengenakan gaun pengantin putih yang indah, lengkap dengan detail renda dan kristal. Bu Kiki dan beberapa teman dekat Ziva memberikan dukungan moral, membuat Ziva merasa lebih tenang."Ini adalah hari yang luar biasa, Ziva. Kau terlihat sangat cantik," kata Bu Kiki dengan senyum penuh kasih.Ziva tersenyum, meski ada sedikit kegugupan di matanya. "Terima kasih, Bu Kiki. Aku tidak bisa melakukan ini tanpa dukunganmu."Setelah selesai berdandan, Ziva berdiri dan melihat dirinya di cermin. Ia hampir tidak mengenali dirinya sendiri. Gaun pengantin itu memeluk tubuhnya dengan sempurna, dan riasan wajahnya menonjolkan kecantikannya yang alami.Di sisi lain, Leon sedang bersiap di rumahnya. Ayahnya, Brok Bearpo, yang biasanya tampak

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Ancaman Serius

    Di sebuah ruangan yang penuh dengan kemewahan dan aura kekuasaan, Brok Bearpo, dengan tongkat emasnya, berdiri di depan Eleanor. Eleanor, seorang mafia kakap dengan aura yang tak kalah menakutkan, berdiri dengan anggun di hadapannya. Mereka saling menatap dengan mata penuh kewaspadaan.Brok membuka pembicaraan dengan nada sedikit meninggi, “Eleanor, meskipun kita memiliki perbedaan, aku ingin tetap profesional. Ini undangan pernikahan Leon dan Ziva.” Ia menyerahkan kartu undangan mewah itu dengan tangan kokohnya.Eleanor, yang sudah mengetahui rencana pernikahan ini melalui mata-matanya, menerima undangan itu dengan elegan. Ia membaca sekilas undangan tersebut sebelum mengalihkan pandangannya kembali ke Brok. “Terima kasih, Brok. Aku sudah mendengar tentang rencana ini. Kau tahu, dunia kita memang kecil, ya?” ucap Eleanor dengan senyum tipis yang penuh arti.Brok mengangguk, walau matanya tetap tajam. “Memang, Eleanor. Aku harap kau bisa hadir dan melihat bahwa kita bisa menjalin hub

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Persiapan Pernikahan

    Hari itu dimulai dengan sinar matahari yang cerah menerangi kota. Leon dan Ziva memulai persiapan pernikahan mereka dengan penuh semangat. Mereka berdua pergi ke berbagai tempat untuk memastikan semua kebutuhan pernikahan terpenuhi. Leon, yang tampak sangat antusias, memastikan bahwa Ziva mendapatkan semua yang diinginkannya.Leon membawa Ziva ke sebuah butik gaun pengantin terkenal di kota. Di sana, Ziva mencoba beberapa gaun, dengan Leon yang memberikan pendapatnya dengan tulus.“Aku suka yang ini,” kata Leon, sambil menunjuk pada gaun putih sederhana dengan hiasan renda yang elegan. “Kau terlihat sangat cantik.”Ziva tersenyum malu-malu. “Terima kasih, Leon. Aku juga suka gaun ini.”Setelah memilih gaun, mereka juga memilih pakaian untuk Leon, memastikan semuanya serasi. Leon memilih setelan hitam klasik dengan dasi perak, yang membuatnya tampak gagah dan elegan.Selanjutnya, mereka pergi ke sebuah kafe untuk mendiskusikan tema pernikahan. Ziva menginginkan pernikahan yang sederhan

DMCA.com Protection Status