Share

14 tahun kemudian...

"Hei, lihat jalan dong!"

Seorang gadis dari grup populer di kampus Sun Rise membentak Ziva begitu saja.

Padahal, dialah yang berjalan sambil bercanda tawa, hingga  buku-buku Ziva jatuh berserakan di tanah.

Hal itu sontak membuat Ziva memandang mereka dengan tatapan dingin. "Kalian yang harusnya lebih berhati-hati," jawabnya singkat namun tajam, sambil mulai memunguti buku-bukunya.

Raka, pemimpin kelompok mahasiswa populer itu, sontak melangkah maju. "Maaf, kita nggak sengaja," katanya dengan nada lebih lembut.

Dia mencoba meredakan ketegangan.

Sayangnya, Raka dan teman-temannya tak menyangka dengan ucapan Ziva selanjutnya.

"Kalian pikir permintaan maaf bisa memperbaiki segalanya?" 

Suasana di sekitar mendadak tegang.

Teman-teman Raka bahkan menatap Ziva dengan pandangan tak percaya.

Biasanya, semua orang berusaha mendapatkan perhatian mereka, tapi gadis ini berbeda. Ada sesuatu yang membuatnya terlihat tak tersentuh.

"Dengar ya, jangan sok jagoan di sini," ancam Dom, salah satu pemuda angkuh di grup Raka.

"Dasar perempuan aneh!" Dia bahkan mendekatkan wajahnya ke Ziva untuk menekan gadis itu. 

Namun Ziva tidak mundur. "Kamu yang aneh! Dan aku tidak takut padamu," ucapnya tegas, matanya memancarkan keberanian yang tak tergoyahkan. "Jangan berpikir kalian bisa mengintimidasi orang lain hanya karena kalian populer."

"Kau--"

"Sudahlah, tak perlu diperpanjang." Sebelum situasi semakin memanas, Raka mengangkat tangan untuk menenangkan temannya--mencoba menghentikan pertikaian sebelum berubah menjadi fisik.

Tampak jelas, wajah Dom tak terima. "Gadis aneh ini, kamu bela?" tanya pemuda itu ke Raka.

"Cukup, Dom!" tegas Raka cepat.

Hanya saja, Ziva yang menjadi sumber perdebatan mereka, tampak tidak peduli

Gadis itu memilih berbalik tanpa mengatakan apa-apa lagi dan berjalan pergi untuk melakukan aktivitas seperti biasa.

Menuju kelas, pulang, dan beristirahat. 

Sayangnya, Ziva tak sadar bahwa sikap dinginnya telah mengusik rasa penasaran di diri Raka.

Pria itu bahkan ingin tahu lebih banyak tentang Ziva.....

***

"Bagaimana harimu, Ci?" 

Di balkon kamar rumahnya, Ziva yang sedang memandang langit malam yang penuh bintang sontak menoleh dan menemukan Black D yang datang membawa secangkir teh hangat untuknya.

"Seperti biasa," jawab Ziva singkat. "Hanya ada sedikit gangguan."

Black D tersenyum tipis, duduk di kursi sebelahnya. "Kau tahu, kau tidak harus terus menjaga jarak dengan orang lain. Tidak semua orang itu musuh. Bergaullah, Ci." 

Ziva menatap Black D sejenak sebelum kembali melihat bintang-bintang. "Aku hanya tidak ingin ada yang terluka lagi," katanya lirih, hampir seperti berbisik sambil meraba kalung berliannya itu. "Hariku sudah gelap."

Black D mengerti. Luka dari masa lalu masih menghantui Ziva, membentuk dinding es di sekeliling hatinya. Dia berharap suatu hari nanti, Ziva bisa menemukan seseorang yang bisa meruntuhkan dinding itu dan membawa kehangatan kembali dalam hidupnya.

Namun untuk saat ini, Ziva memilih untuk tetap menjaga jarak, melindungi dirinya dari dunia luar yang penuh dengan kenangan pahit dan ancaman yang mungkin masih mengintai.

Termasuk, di kelas Sosiologi keesokan harinya.

Begitu kelas berakhir, Ziva memutuskan pergi ke kamar mandi untuk mendinginkan kepalanya.

Namun saat dia membuka pintu, dia dikejutkan oleh pemandangan seorang mahasiswi yang sedang bercumbu dengan seorang mahasiswa laki-laki. Mereka berdua tampak begitu asyik hingga tidak menyadari kehadiran Ziva.

"Ini bukan tempat untuk perbuatan seperti itu," tegurnya dengan nada dingin, membuat kedua mahasiswa itu terkejut dan segera melepaskan diri. Walau begitu, wajah pria itu tertutupi dibalik tubuh gadis itu. Gadis itu sendiri segera membenahi kancing bajunya yang hampir lepas sepenuhnya.

Namun sebelum Ziva bisa melanjutkan kata-katanya, sebuah suara memanggilnya dari belakang. "Ziva!"

Ziva menoleh dan melihat Raka berdiri di sana, tampak gugup.

"Ada apa?" tanyanya dengan nada datar, matanya masih memancarkan ketegasan.

Raka mendekat dengan canggung. "Aku ingin mengajakmu makan malam nanti," katanya, berusaha terdengar santai, tapi jelas terlihat ada kegugupan dalam suaranya. "Kita bisa lebih saling mengenal."

Ziva sontak menatap Raka dengan pandangan tajam.

Apa maksud pria ini?

Komen (2)
goodnovel comment avatar
NaLaTu
bener banget pak Rasdin... ikuti terus ceritanya pak, biar usahanya lancar🫶
goodnovel comment avatar
Rasdin Sirait
ziva si cewe cool
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status