All Chapters of Sangkar Emas Pernikahan: Chapter 1 - Chapter 10

62 Chapters

#001. Kesepakatan

Brak!Elizabeth mendobrak pintu ruangan. Gadis dalam balutan gaun hitamnya itu menatap sang kakak dengan air mata menggenang. “Noah, apa itu benar?!”“Jangan berteriak,"bisik sang kakak menghela nafas. "Pesta masih berlangsung.” “Kalau begitu, katakan bahwa ucapan Jennifer Gellert, salah!” Elizabeth menuntut Noah. “Apa mengendalikan hidupku tak cukup, sampai kalian perlu mengendalikan pernikahanku juga?”“Itu adalah sesuatu yang harus dilakukan.” Ucapan Noah masih begitu tenang, hingga Elizabeth memiliki keinginan untuk memukulnya. “Jika label kita dapat bekerja sama, kita akan mendapat keuntungan lebih.”Gadis itu menarik nafas, mundur hingga genggaman kakaknya terlepas darinya. Dia berbalik, menyambar sebuah gelas di atas meja dan meneguknya.Ini bukan minuman keras — air.Sayang sekali! Dia sebenarnya begitu menginginkan alkohol di sistemnya sekarang ini. Dia meletakkan gelas tersebut kembali.“Elizabeth, kau harus mendengarkanku,” ucap sang kakak, “Ini adalah demi label kita. G
Read more

#002. Dukungan?

Elizabeth kini terduduk di sofa, pakaiannya telah terganti menjadi kemeja laki-laki itu, sementara rambutnya masih tergerai.Secepat dia datang, Pentious telah melihat gaunnya yang sedikit berantakan dan rambutnya yang tak lagi terikat. Dan dia merasa sedikit lebih tenang ketika laki-laki itu meminjamkan kemejanya.Elizabeth menyukai wangi yang menempel di pakaiannya, dan mungkin akan terus menempel disana hingga kapanpun.Dia menyukai bagaimana Pentious memainkan helainya, sementara dia mendekat padanya, meletakkan kepala di dada. Dia tahu bahwa laki-laki itu tengah tersenyum, bibir mendekat untuk mengecup pucuk kepalanya.Dan dia tahu bahwa laki-laki itu sadar akan pikirannya yang terganggu. “Sesuatu terjadi ‘kan?”Elizabeth mendongak, melihatnya. "Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?”Dia dapat melihatnya menghela nafas, menyandarkan kepalanya sendiri. Namun Elizabeth berusaha untuk tak mengindahkannya — dia datang untuk menenangkan diri, bukan untuk mengatakan apa masalahnya di
Read more

#003. Pilihan

“Aku bisa menjelaskan,” bisik Elizabeth.Pentious menatapnya, menghela nafas. “Kurasa kau memang harus menjelaskannya.”Gadis itu menghela nafas, mengalihkan pandangan kembali. Dia dapat merasakan binar penuh harap yang terus mengarah padanya — walaupun dia tak tahu apa yang dia inginkan.Dia yakin sekali bahwa Pentious tak bisa untuk tidak mengharapkan bahwa itu semua tak benar. Namun jika juga tahu bahwa laki-laki itu tetap familiar dengan perbedaan mereka, bahwa dia memiliki sesuatu yang takkan bisa dia lepas — bahwa dia adalah putri ayahnya.Dan apapun yang dia inginkan, Elizabeth tahu bahwa dia takkan pernah bisa memberikannya. Entah itu ketenangan atau kestabilan.Mungkin dia telah menyadarinya ketika mereka memiliki hubungan ini, mungkin dia mengharapkannya untuk berubah. Namun satu hal yang dia tahu adalah bahwa baik dia ataupun laki-laki itu memiliki harapan semu bagi mereka berdua.Pentious yang menginginkannya untuk setidaknya memilihnya dengan kesadaran penuh — bukan karena
Read more

#004. Tunangan

Di sisi lain, Orvil yang menjadi sumber masalah Elizabeth, tengah menikmati waktunya bersama gelas dan botolnya yang terisi penuh.Bagi Orvil, ketidakpedulian akan sesuatu akan memberinya sedikit ketenangan hidup.Sayangnya, semua terganggu kala kakaknya yang berjalan ke arahnya.“Aku sudah mengatakan pada William Leigh bahwa kau menerimanya,” ucapnya, duduk di samping Orvil.Laki-laki itu menghela nafas ketika melihatnya meraih gelas yang ada di depannya. “Ambil minumanmu sendiri.”Jennifer tertawa, meneguk minumannya. “Ibu selalu mengatakan bahwa kau memiliki kesulitan untuk berbagi.”Orvil meraih kembali gelasnya, mengisinya hingga penuh dan meminumnya dengan segera, menyembunyikan botol jauh dari tempat duduk kakaknya. “Ibu tak ada disini.”“Jangan terlalu nelangsa.”“Aku tidak,” dia membela diri, namun ucapan itu justru membuat sang kakak kembali tertawa.Orvil kembali mengintipnya melalui sudut mata. Kakaknya tengah memainkan gelas kosong, rambutnya tergerai sementara dia menyada
Read more

#005. Permintaan

Orvil dapat mendengar dentum kuku kakaknya di atas meja, seolah menunggu keputusannya, bersamaan dengan pelayan yang berada di depan mereka, masih berdiri dengan setia dan menunggu perintahnya.“Nah,” ucap Jennifer, mengangkat alis. “Kau tak bisa membuat seorang gadis menunggu, Adik.”“Aku tak tahu apa yang kau bicarakan,” dia menghela nafas, menoleh pada pelayan tersebut. “Apa dia mengatakan sesuatu tentang kenapa dia berada disini?”Pelayan itu berkedip, bibirnya terbuka sementara dia menoleh pada kakak tuannya — seolah meminta bantuan. Dan dia dapat mendengar kakaknya tertawa.“Jangan lihat aku,” tegurnya. “Jawab dia.”“Dia tak mengatakan apapun,” jelasnya. “Hanya bahwa dia perlu menemui Tuan Orvil. Dia berkata bahwa dia memiliki sesuatu untuk dikatakan.”Dan jika dia menghela nafas sekali lagi, Orvil menyadari bahwa paru-parunya akan mengeluarkan protes jika mereka bisa bicara. Laki-laki itu tak mengerti kenapa Elizabeth Leigh memiliki keberanian untuk datang kemari — terutama keti
Read more

#006. Rahasia

Orvil mengangkat alisnya kembali ketika dia melihat Elizabeth menghela nafas, mengalihkan pandangan darinya. Laki-laki itu tersenyum kecil, begitu yakin bahwa dia telah menangkap kelemahannya.Dia menduga bahwa gadis itu akan bicara tentang perjodohan mereka. Mungkin memintanya untuk segera membatalkannya, untuk menolak apa yang William Leigh tawarkan padanya.Namun mata Elizabeth berkedip, dan dia meraih cangkirnya kembali, meminum isinya sebelum membuka mulutnya.“Apa kesukaanmu?”Dan itu adalah giliran Orvil untuk mengerutkan dahi. Pada malam ini. Pukul sebelas malam. Dan Elizabeth Leigh, putri dari pesaingnya, tunangannya, memutuskan untuk datang dan menanyakan–Kesukaannya?Gadis itu tersenyum kecil. “Jika kau bukan Orvil yang asli, kau bisa mengatakan padanya bahwa aku hanya akan bertanya tentang hal-hal kecil.”Matanya berkedut. “Kau menjebakku?”“Apa kau merasa terjebak?” dia menampakkan senyumnya, yang bahkan tak mencapai satu titik terendah ketulusan. “Tak pernah ada yang men
Read more

#007. Mengenal?

Elizabeth tak pernah mengharapkan bahwa dia akan mendapatkan sebuah ruangan untuk dirinya sendiri di kediaman para Gellert.Namun ketika dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, dia menyadari bahwa mereka pasti telah menyiapkan ruangan tamu untuk berjaga jika seseorang ingin bermalam. Gadis itu berguling hingga dia berbaring di sisinya sendiri, mengerutkan dahi.Apakah para Gellert menerima tamu?Jika memang benar, bagaimana bisa Orvil menghindar. Mungkinkah mereka mengatakan bahwa dia begitu sibuk hingga dia tak memiliki waktu untuk menyapa mereka?Gadis itu menyentuh pakaiannya sendiri — sebuah gaun tidur satin putih dengan luaran tule yang sedikit menunjukkan lengannya melalui kainnya. Pakaian itu begitu pas dengan tubuhnya hingga dia merasa bahwa mereka memilih ini benar-benar untuknya.Walaupun itu tak mungkin.Mungkin dia hanya memiliki ukuran yang sama dengan Jennifer.Dan depan pikiran itu, Elizabeth kembali merebahkan tubuhnya, menghela nafas. Ketika dia menyalakan ponselnya,
Read more

#008. Menghantui

“Nanti?” Elizabeth berbisik, menghela nafas.Ucapan itu terasa seperti janji. Dan jika dia adalah seseorang yang begitu lugu, Elizabeth akan berpegang pada harapan tersebut seperti seorang gadis yang berusaha mengenal orang yang memikat hatinya.Namun tidak.Dia memahami bahwa dirinya sendiri bukanlah seseorang yang polos. Motifnya untuk tetap berada disini cukup untuk membuktikan itu, bahkan ketika tak ada yang mengetahuinya.Dengan berakhirnya hubungannya dengan Pentious, itu akan menjadi awal dia tunduk pada ayahnya, pada perintah yang diberikan padanya. Dan dia memahami bahwa dia takkan dapat melakukan itu jika dia tak mengenal Orvil lebih jauh.Akan sedikit sulit jika dia tak bisa menembusnya.Namun dia tak bisa mengatakan apapun pada wanita di depannya. Jennifer telah mengatakan bahwa dia akan memihak adiknya, apapun yang terjadi. Elizabeth tak akan pernah memiliki sekutu di rumah ini.“Boleh aku bertanya sesuatu padamu, Elizabeth?”Gadis itu mengangguk ketika mendengarnya, memai
Read more

#009. Terjebak?

Ketika Elizabeth membuka matanya, matahari pagi telah mengintip dari sisi-sisi gorden, menimbulkan garis-garis cahaya di atas lantai, juga pada punggung kakinya ketika dia menginjakkan keduanya disana.Gadis itu mengusap rambutnya, menoleh pada tumpukan baju yang begitu rapi di atas kursi. Ketika dia mendekatinya, dia menyadari bahwa mereka telah menyiapkan beberapa pakaian untuknya.Tak ada yang spesial di antara pakaian itu — sepasang celana jins dan atasan terpotong putih, juga sebuah jaket biru gelap. Dia menduga bahwa mereka akan membiarkannya mengenakan sepatunya sendiri.Sementara dia mandi, barulah Elizabeth menyadari bahwa dia tak dapat menemukan gaunnya dimana pun. Mungkin mereka tengah mencucinya, namun dia ingin tahu bagaimana caranya dia dapat membawanya pulang jika mereka tak mengembalikannya pagi ini.Apa dia harus menunggu hingga mereka selesai?Gadis itu mengikat rambutnya, mengenakan pakaian tersebut dengan hati-hati sebelum membuka pintunya, mencoba mencari jalan dim
Read more

#010. Kembali

Ketika Elizabeth tiba di kediamannya, rumahnya begitu sunyi — tak ada orang-orang yang melihat keluar, tak ada yang menyambut ketika mobilnya masuk dari gerbang. Seolah tak ada yang menantinya.Kecuali seorang gadis yang duduk di sofa ruang tamu, rambut kecoklatan pendeknya adalah satu-satunya yang dia lihat sebelum gadis itu menoleh padanya. Dan saat dia tersenyum, Elizabeth dapat mengenali garis wajah para Martin disana.Bibirnya tebal dengan hidung kecil, matanya memiliki kantung di bawahnya dengan rahang yang lembut dan pipi tembam.“Kau adalah Veronica,” ucapnya. “Adik James?”Veronica tersenyum, berdiri untuk menyambutnya. “Kau pasti adalah Elizabeth,” dia menyimpulkan. “James dan Noah mengatakan bahwa mereka mencarimu semalaman.”
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status