Semua Bab Sangkar Emas Pernikahan: Bab 11 - Bab 20

62 Bab

#011. Kakak

Elizabeth dapat mendengar helaan nafas dari kakaknya, namun ketika dia berbalik dan beranjak naik ke ruangannya, dia dapat merasakannya mengikutinya. Noah memiliki tapak ringan dan tanpa suara, namun dia telah hidup terlalu lama di rumah ini untuk menyadari kehadiran setiap dari mereka.Sang kakak menutup pintunya. “Aku tak pernah melihat pakaianmu sebelumnya,” ucapnya, membuka percakapan mereka. “Darimana kau mendapatkannya?”“Apa aku tak diizinkan untuk membeli pakaian baru?”“Baik,” ucapnya, menghela nafas. “Akan kuralat perkataanku — aku tak pernah melihatmu membeli pakaian seperti itu sebelumnya. Darimana kau mendapatkannya?”Elizabeth mengalihkan pandangan, meletakkan tas yang masih dia bawa di depan meja riasnya. “Darimana menurutmu?”
Baca selengkapnya

#012. Peran

Ini adalah hidupnya sekarang.Elizabeth akan menjadi antek milik ayah dan kakaknya, bahkan setelah tersemat cincin di jari kecilnya. Bahkan ketika dia memiliki rumah sendiri untuk diurus. Bahkan ketika dia memiliki seorang suami yang dengan terpaksa terikat padanya.Bahkan saat itu.Dia merasa bahwa dia akan selalu menjadi seorang Leigh, bahkan ketika dia memiliki Gellert tersemat di belakang namanya sendiri.Elizabeth akan menjadi putri ayahnya sepanjang dia hidup. Dan pikiran itu memberikan sedikit rasa sesak ketika dia menatap kakaknya.Namun sedikit lagi. Dia telah berjanji pada dirinya bahwa dia akan membebaskan namanya sendiri, secepat rencana ini selesai. Mereka takkan memiliki sangkut paut apapun. Elizabeth akan menga
Baca selengkapnya

#013. Permulaan

Elizabeth membuka pintu ketika ketukan terdengar, wajah Veronica tersenyum padanya. Gadis itu menyandarkan kepala di bingkai pintunya.“Hai,” sapanya. “Aku tahu aku mungkin memperpanjang rasa keramahanmu, tapi James belum pulang, dan aku tak bisa menyetir.”Dia mengerutkan dahi, mempersilahkannya masuk ke ruangannya sebelum berbalik, membuka lemari untuk memilih pakaiannya. “Tak ada yang mengajarimu menyetir?”“Tidak,” dia menghela nafas, duduk di kursi meja riasnya. “Aku mungkin akan terjebak soal ini sepanjang hidupku.”Elizabeth membuka jubah mandinya. “Aku memiliki perasaan yang sama soal itu,” gumamnya, meraih sebuah gaun pendek.Dia menghela nafas.
Baca selengkapnya

#014. Makan Malam

Ketika mereka tiba di restoran yang selalu mereka kunjungi jika mereka mengadakan makan malam di luar. Elizabeth telah menghafal di ruangan mana mereka akan berada, dan dia mengikuti kakaknya masuk kesana.Gadis itu bisa saja menyatakan keraguannya tentang bagaimana ayah mereka mungkin takkan penuh dengan malam ini. Namun tetap saja, dia dan Noah duduk berhadapan, dalam sebuah meja lingkar.Lima belas menit.Dua puluh menit.Tiga puluh menit.Empat puluh lima menit.Satu jam.Ada baiknya bagi Elizabeth untuk memutuskan bahwa dia mundur dan pulang. Mungkin dia harus mengajak Noah yang telah menghabiskan terlalu banyak air — mengis
Baca selengkapnya

#015. Perjanjian

Elizabeth mengedipkan kedua mata pada ayahnya, yang jelas sekali tengah menunggu jawabannya. Namun dia meraih gelasnya, mengangkat mereka ke samping kepalanya sehingga salah satu dari pelayan yang berada dia ujung ruangan datang dan mengisinya.Noah menoleh padanya, mungkin menimbang kenapa dia menunda jawabannya ketika gadis itu telah mendatangi rumah tunangannya secara langsung tadi malam.Yang termuda meneguk minumannya, menghela nafas. “Aku tak mengingat bahwa Ayah mengatakan permintaan itu padaku,” ucapnya. “Semestinya aku perlu diberitahu siapa tunanganku nantinya.”Dia dapat melihat mata ayah mereka berkilat, dan sedikit lagi — tidak. Mungkin dia telah mencapai batas. Mungkin ayah mereka akan m
Baca selengkapnya

#016. Panggilan

Sejujurnya, Orvil tak tahu apa yang dapat dia lakukan agar Jennifer tidak mengganggunya. Bukankah sudah cukup baginya untuk memiliki satu orang yang akan mengganggunya hingga dia menua nanti?Kenapa kakaknya harus ikut mengganggunya?Dia mengawasi Jennifer yang berkeliaran di ruang kerjanya, melihat-lihat arsipnya sambil sesekali menganggukkan kepala, seolah dia adalah seorang guru yang tengah menilai muridnya.Laki-laki itu memutar mata. “Kau benar-benar tak bisa berhenti ya?”Wanita itu menoleh, menutup arsip tersebut dan mengembalikannya ke dalam rak. “Tidak,” sahutnya. “Aku hanya ingin tahu tentang orang-orang ini.”“Kau bisa melihat stasiun televisi, ada banyak yang berasal dari
Baca selengkapnya

#017. Selamat Malam, Elizabeth

“Elizabeth,” panggilnya, dan Orvil merasakan sedikit kering di tenggorokannya secara tiba-tiba.Dia mendengar sebuah suara berdecit, lalu sedikit menebak bahwa gadis itu tengah duduk di atas ranjangnya. Itu membuatnya sedikit merasa tak enak. Namun terdengar sebuah helaan nafas dan decit itu berganti, lalu sebuah gemeretak yang mungkin ponselnya tengah diletakkan di tempat lain.“Ada apa?” tanyanya. “Kakakmu memberikan nomormu padaku. Aku tahu ini kau. Jadi ada apa, Orvil?”Orvil berdeham. Dia merubah pikirannya lagi. Jennifer terkadang sedikit menyebalkan. Laki-laki itu masih menyandarkan tubuh di kursinya, memutarnya sedikit sebelum menimbang apa yang harus dia katakan.
Baca selengkapnya

#018. Tertarik?

“Jadi,” mulai kakaknya.Orvil menghela nafas, meletakkan pisau dan garpunya. Dia tak begitu tertarik tentang ketertarikan Jennifer soal apapun di pagi ini. Atau bagaimana senyum wanita itu mengatakan bahwa dia akan mengatakan sesuatu yang menyebalkan. Lagi. “Aku takkan menjawab apapun,” dia membalas. “Simpan ucapanmu untuk dirinya sendiri.”Jennifer tertawa, meminum tehnya sebelum menghela nafas. “Aku tak merasa bahwa kau bisa membaca pikiranku,” ucapnya. “Bagaimana caramu tahu bahwa aku akan mengintip urusanmu.”“Kau selalu mengintip urusanku,” dia memutar mata. “Aku tak akan menjawab apa yang kau tany
Baca selengkapnya

#019. Kepedulian

Elizabeth memainkan ponselnya, berbaring di ranjang dengan gitar di sampingnya, kertas-kertas berserakan. Sedikit hari dimana dia bekerja dan membuat berantakan ruangannya.Selain hari-hari dimana dia bersama Pentious, dia akan menghabiskan waktu di studio-nya. Namun gadis itu merasa bahwa dia tak memiliki tujuan apapun kesana, tidak ketika pikirannya tak membantu untuk memikirkan nada apapun.Satu-satunya notifikasi hari ini adalah dari sisa semalam bersama Orvil — yang bahkan hanya samar-samar dia ingat. Mereka akan bertemu lagi nanti. Secepat itu.Gadis itu memutar mata, berbalik hingga merebahkan kepalanya pada ranjang. Pesta pertunangan sialan ini.Seharusnya dia lari saja.Elizabeth kembali menghela nafasnya. Jika
Baca selengkapnya

#020. Tilly

Mereka pasti menjebaknya.Jelas sekali.Ketika Elizabeth turun dari tangga yang membatasi ruangannya dan ruang bawah menuju ruang tamu, dia dapat melihat siluet seseorang disana, berdiri di depan jendela, jas hitamnya tersetrika rapi dan ketika dia berbalik, gadis itu dapat melihat kacamata bertengger di atas hidungnya.Orvil memiliki kacamata tanpa bingkai yang menunjukkan mata berkelopak satunya, tajam seperti seekor kucing. Dan kucing itu tengah berderap turun mengikutinya dari tangga.“Tilly!”Laki-laki itu menoleh ke arah bawahnya, dimana si kucing hitam telah menghampirinya dan berputar di kakinya, mengeong dan mengusapkan tubuh kesana.Dia menoleh pada Elizabeth
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status