Elizabeth memainkan ponselnya, berbaring di ranjang dengan gitar di sampingnya, kertas-kertas berserakan. Sedikit hari dimana dia bekerja dan membuat berantakan ruangannya.
Selain hari-hari dimana dia bersama Pentious, dia akan menghabiskan waktu di studio-nya. Namun gadis itu merasa bahwa dia tak memiliki tujuan apapun kesana, tidak ketika pikirannya tak membantu untuk memikirkan nada apapun.
Satu-satunya notifikasi hari ini adalah dari sisa semalam bersama Orvil — yang bahkan hanya samar-samar dia ingat. Mereka akan bertemu lagi nanti. Secepat itu.
Gadis itu memutar mata, berbalik hingga merebahkan kepalanya pada ranjang. Pesta pertunangan sialan ini.
Seharusnya dia lari saja.
Elizabeth kembali menghela nafasnya. Jika
Mereka pasti menjebaknya.Jelas sekali.Ketika Elizabeth turun dari tangga yang membatasi ruangannya dan ruang bawah menuju ruang tamu, dia dapat melihat siluet seseorang disana, berdiri di depan jendela, jas hitamnya tersetrika rapi dan ketika dia berbalik, gadis itu dapat melihat kacamata bertengger di atas hidungnya.Orvil memiliki kacamata tanpa bingkai yang menunjukkan mata berkelopak satunya, tajam seperti seekor kucing. Dan kucing itu tengah berderap turun mengikutinya dari tangga.“Tilly!”Laki-laki itu menoleh ke arah bawahnya, dimana si kucing hitam telah menghampirinya dan berputar di kakinya, mengeong dan mengusapkan tubuh kesana.Dia menoleh pada Elizabeth
Orvil mengulurkan tangan padanya, dan Elizabeth mendongak untuk menatapnya. Laki-laki itu menampakkan senyumnya, seolah dia tengah mengelabui para wartawan yang berdiri di sekitar mereka.Gadis itu memperhatikannya, ada sedikit rasa enggan ketika dia menyadari kenapa kakak dan ayahnya membuat laki-laki itu menjemputnya.Ini akan menjadi pernyataan publik — publik seutuhnya bahwa mereka akan melaksanakan pernikahan mereka. Takkan ada yang diizinkan berbalik dari ini semua setelah dia menerima tangannya dan menjejakkan kaki keluar.Dan Elizabeth harus meneguhkan diri bahwa ini adalah untuk dirinya sendiri — bukan demi ayah, kakak, dan labelnya, melainkan sebuah jaminan dimana dia akan dapat berdiri sendiri.Dan dia akan berpegang teguh tentang itu.
Elizabeth dapat melihat keluarganya — ayah dan kakaknya, berdiri mengawasi dengan minuman di tangan. Dia dapat menyadari pandangan mereka, seolah penuh pengharapan bahwa dia telah mendekatkan diri pada laki-laki itu.Sayang sekali bahwa mereka harus terus berharap seperti itu, karena bahkan lengan Orvil di genggamannya terasa begitu dingin — tanpa tanda-tanda bahwa dia akan memberikan reaksi yang berbeda disana.Keduanya mendekat, lengan masih bertautan. Dan barulah Elizabeth melepasnya ketika mereka telah berada di depan satu sama lain, gadis itu berpindah untuk mendekat pada kakaknya.Noah mengeluarkan tawa, menggelengkan kepala ketika dia membisikkan kata-kata umpatan ke telinganya. Sementara Orvil dan ayahnya saling berjabat tangan, yang lebih tua menyeretnya pergi, membiarkannya berada di dekat meja minuman.“Bagaimana tadi?”“Apa?” tuntutnya, mata tajam walaupun tangan tetap menerima serahan gelas darinya. “Aku tak tahu apa yang kau bicarakan.”“Bagaimana tadi bersama tunanganmu
Jennifer tersenyum ketika dia melangkah ke arahnya. Wanita itu pasti begitu menyukai rambut merahnya, karena dia mengurainya begitu saja di atas punggungnya, sebagian terjepit di tengah.“Jadi,” mulainya. “Aku menduga bahwa adikku menjemputmu di rumahmu.”Elizabeth mengeluarkan tawanya. “Kau harus berterima kasih pada kakak dan ayahku untuk itu,” ucapnya. “Mereka membuat adikmu menjemputku — dan kau harus memberikan adikmu kredit untuk menurut saja.”“Aku pernah mengatakannya padamu, bukankah begitu?” sahutnya, mendekat padanya dengan senyuman yang masih terpatri disana. “Orvil sejujurnya adalah pribadi yang baik.”“Aku tak terlalu berpikir soal itu,” dia mengakui, menghela nafasnya. “Sedikit sulit untuk mempercayai itu, kau tahu.”“Aku tahu,” ucapnya, ikut menghela nafas. “Aku tahu itu dengan sangat jelas. Sulit sekali baginya untuk membuka diri.”Namun ketika Elizabeth menoleh padanya kembali, wanita itu memiliki binar dengan senyum yang lain, seolah dia mengetahui sesuatu yang tak
Elizabeth kembali memperhatikan Orvil, yang mengulurkan tangan padanya. Dan gadis itu dapat memahami apa yang akan terjadi nantinya. Sudah waktunya bagi mereka berdua untuk menerima cincin pertunangan.Dia memiliki sedikit ide bahwa mereka sebaiknya melakukan ini secara pribadi dibandingkan dikelilingi banyak orang — lagipula, takkan butuh waktu lama bagi mereka untuk berpisah nantinya.Sayang sekali bahwa itu takkan pernah terjadi.Atau mungkin dia akan mengalaminya lagi — hanya saja, bukan dengan Orvil. Itu bukanlah masalah baginya. Dia akan mengalami banyak hal, dan melewatkan banyak hal. Dan itu takkan bergantung pada tunangannya sekarang.Untuk sekarang ini, dia akan membalas uluran tangan laki-laki itu, membiarkannya membawanya ke depan aula, dimana semua mata memandang mereka.Ayah dan kakaknya berada di sisinya, dan dia melihat mereka berdua mengawasinya, sementara dia terus berjalan. Jennifer di sisi lain, memberikan senyuman pada mereka berdua.Seharusnya tak aneh baginya un
Orvil tak tahu apa yang harus dia rasakan ketika dia menatap jemari tersebut, manikur dan akrilik mengkilap di bawah cahaya imitasi lampu aula yang benderang, bersamaan dengan berlian yang tersemat di jemari tersebut.Dari sudut ini, ada sedikit rasa candu yang dia rasakan ketika dia memperhatikannya, tangan yang lebih mungil darinya berada di atas telapak tangannya.Begitu candu hingga dia tak bisa melepaskan pandangan tersebut dari matanya. Mungkin dia seharusnya melakukannya, karena dia dapat merasakan tangan itu tertarik, berusaha melarikan diri.“Kau harus melepaskanku,” suara Elizabeth menegurnya, juga sebuah helaan nafas yang dapat dia sadari adalah milik gadis itu.Namun dia tak bisa.Mungkin itu adalah ka
Jika dia harus memberikan sebuah pengakuan yang jujur, Orvil akan dipaksa untuk mengatakan bahwa dia tak pernah memiliki lingkaran di luar kakaknya.Dan fakta bahwa dia harus memikirkan bagaimana dia akan berbaur bersama orang-orang yang telah dekat dengan calon istrinya membuatnya sedikit sesak.Bukan. Bukan karena dia merasa tak mampu — dia tahu jelas bahwa mereka adalah setara, atau bahkan, dia bisa menjadi yang lebih tinggi dari mereka.Namun begitu aneh baginya untuk berbaur dengan mereka yang tak dia kenal, dan mungkin itu hanyalah untuk memuaskan hati Elizabeth yang bahkan bisa saja tak berharap sama sekali pada hubungan baik antara dia dan teman-temannya.Jika dia harus mendekati seseorang, maka itu adalah Noah, yang merupakan kakaknya. Dia akan bisa menjad
Orvil menatap James, yang masih menampakkan senyumannya. Dan dia harus mengakui bahwa, sama seperti adiknya, laki-laki itu memiliki sebuah tarikan bibir yang dapat mencerahkan seluruh ruangan.Dia ingin tahu bagaimana mereka dapat berhubungan dengan para Leigh, sementara pikirannya dapat mengingat bahwa para Martin memiliki nama dalam usaha desain pakaian dan model, begitu berbeda dengan label musik mereka.“Jadi?” tuntutnya, masih tersenyum. “Apa kau tak ingin mengakui pesona Elizabeth di depan kakaknya?”Orvil menoleh pada sulung Leigh, yang ikut memperhatikannya. Dia dapat merasakan sesuatu yang menghambat di dalam pandangan itu — seolah dia tak mempercayai bahwa calon suami adiknya telah terpikat.Dan Orvil juga.