Semua Bab Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri : Bab 41 - Bab 50

158 Bab

Bab 41. Turun Jabatan.

"Selamat pagi semuanya, seperti biasa kita meeting pagi untuk breafing mengenai hasil kerja hari kemarin, sekaligus mempersiapkan apa-apa saja perencanaan kerja hari ini."Aku mulai bicara di depan semua jajaran management. Netra ini memindai wajah-wajah mereka yang sudah mengabdi di perusahaan ini.Semuanya tampak tenang dan terlihat sangat bersemangat menyongsong hari ini. Kecuali Iqbal, wajahnya tampak murung ia juga lebih sering menunduk."Oh ya, dan satu hal lagi, saya juga akan sampaikan hasil keputusan saya dan Pak Abian mengenai salah seorang dari Bapak ibu sekalian di sini, mungkin ada yang akan di pindahkan ke posisi yang lain. Mengingat hasil kerja, dan profesionalitas kerjanya jauh di bawah dari yang diharapkan."Seketika Iqbal mengangkat kepalanya, menatapku penuh arti. Aku hanya mengulum senyum.Suasana mendadak riuh, para peserta yang lain pun saling pandang, juga saling berbisik."Siapa?""Nggak tahu.""Untuk itu, nanti saya akan sampaikan langsung pada yang bersangku
Baca selengkapnya

Bab 42. Kedatangan Ibu

Saat jam makan siang, aku keluar kantor, mau tak mau aku melewati bagian staf dimana Mas Iqbal di tempatkan saat ini.Terlihat ia begitu murung dan tak bersemangat kerja.Mas Iqbal, kamu harusnya bersyukur aku tidak langsung memecatmu saat ini. Harusnya ini bisa jadi pembelajaran buat kamu, untuk bekerja lebih baik lagi, tapi ternyata kamu memang sudah keenakan dengan posisi yang lalu, hingga kamu lupa bagaimana keadaan kamu dulu saat berada di bawah.Aku menghela napas memperhatikan Iqbal dari kejauhan."Ehem! Bu Tyas liatin Iqbal? Kenapa? apakah ada rasa penyesalan memindahkan dia ke bagian staf?" celetuk Bu Agustin mengagetkanku. Entah sejak kapan dia berdiri di sampingku.Seketika aku menoleh, ke arah perempuan paruh baya itu yang tengah tersenyum lebar menatapku."Ehm, nggak juga Bu. Cuma pengin lihat aja gimana dia di tempat lamanya," sahutku.Bu Agustin mengangguk, netranya mengikuti pandangan mataku ke arah Iqbal."Saya rasa itu sudah keputusan yang terbaik sih. Bahkan dia mas
Baca selengkapnya

Bab 43. Sabotase

"Sombong sekali kamu Tyas!" sungut ibu."Aku bukan sombong, tapi memang begitu faktanya. Mau bilang apa? Sekarang aku sudah kembalikan semuanya ke posisi semula, aku kembalikan tanah Ibu utuh seperti sediakala. Di kantor, Aku kembalikan Mas Iqbal ke posisinya semula, kurang apa lagi?"Ibu berdecak kesal. Ibu pikir aku sebucin itu sama anaknya? Hah, sorry ya!"Dasar menantu kurang 4ja4r!"Nah kan! Keluar juga sifat aslinya. Tak kan kuat pasti dia kalau tak mengumpat."Sebentar lagi jadi mantan Bu." Aku meralat."Sama saja!""Sudahlah Bu, sebaiknya kita pulang, saja." Hasna mengusap pelan lengan ibunya."Iya, benar Hasna, sebaiknya kalian pulang saja, aku tak kan goyah dengan keputusan ini, aku juga tak sudi untuk kembali dengan anak Ibu. Yang ada aku menyesal pernah mencintai laki-laki itu," tukasku, seraya mengibaskan tangan di hadapannya.Wajah ibu makin memerah."Lihat saja nanti ya, kamu Tyas! Kamu yang akan menyesal telah bercerai dengan Iqbal! Anakku itu ganteng, aku Wina punya
Baca selengkapnya

Bab 44. ketemu di Kafe

Semilir angin malam membuat kami larut dalam suasana syahdu menyapa. Di saat seperti ini, sosok Mama seakan hadir diantara kami berdua. Dulu, paling tidak sebulan sekali Papa mengajak kami makan di luar, sekedar cari suasana baru, berburu makanan yang enak.Kami selalu larut dalam canda, tawa bersama hangatnya sebuah keluarga yang penuh cinta.Aku jadi rindu Mama."Kamu kangen Mama?" tanya Papa seakan tahu isi pikiranku.Aku mengangguk tanpa bersuara."Papa juga sangat merindukan mamamu. Jika boleh Papa meminta, Papa meminta pada Tuhan agar segera dipertemukan dengan mamamu di sana," sahutnya sambil mengangkat kepalanya, memandang langit.Aku langsung menoleh ke samping dimana Papa berdiri di sebelahku, bersandar pada pagar pembatas ruangan ini, di hadapan kami tersuguhkan pemandangan jalanan kota, dari sini kami bisa melihat mobil-mobil berjalan beruntun, gemerlap lampu kuning dan merah makin menambah indah suasana malam ini."Papa! Ngomong apaan sih! Udah nggak sayang lagi sama Tya
Baca selengkapnya

Bab 45. Pov Iqbal

Pov Iqbal.Sore ini aku menunggu Tyas di Kafe tempat dulu kami biasa berjumpa, Kafe ini adalah tempat yang menyimpan sejuta kenangan aku dengan dia. Dulu saat aku mulai mendekati Tyas, kami sering bertemu di sini, tertawa, bercanda bersama, Tyas perempuan yang periang, dia juga sangat pandai mencairkan suasana.Pengetahuannya luas, aku dan dia bisa ngobrol apapun kami selalu nyambung, itu semua membuatku tertarik dan dalam jangka waktu tiga bulan kenalan, aku memutuskan untuk menikahinya.Gayung pun bersambut, betapa bahagianya aku, mendapatkan wanita cantik, baik, juga pintar seperti Tyas.Setelah kami menikah Tyas meminta ijin untuk tidak lagi bekerja di kantor, ingin fokus di rumah, katanya. Aku pun tak masalah, walau dia tak ikut bekerja, gaji-ku masih lebih dari cukup untuk menafkahinya.Lagi-lagi rasa syukur aku haturkan, karena baru berapa bulan kami menikah, tiba-tiba Pak Abi mengatakan aku ikut promosi jabatan. Dan jadi lah aku di tempatkan di bagian manager operasional.Suat
Baca selengkapnya

Bab 46. Meragukan

"Kamu itu harus didik istri kamu itu supaya bisa hemat! Jangan sukanya menghamburkan uang! Ibu dulu sering bawel sama Tyas soal ini, tapi Tyas masih mending mau dengerin ibu! Tapi Amanda itu enggak! Dia sama sekali nggak berubah! Entah dia paham atau enggak omongan Ibu!" tukas ibu seraya membuang napas kasar."Iqbal cinta sama Amanda Bu, dia itu sedang hamil anakku, cucu Ibu! Nggak tega aja kalau lihat dia sedih.""Sedih, sih sedih, tapi harus lihat kondisi juga Iqbal! Nggak harus apa-apa maunya di turuti! Masa depan juga harus dipikirkan!"Aku membuang napas berat."Sekarang dia minta aku untuk resign dari kantor, Bu!""Apa?!""Sampai segitunya? Terus kamu mau kerja apa?! Sekarang cari kerja itu susah loh!" pekik Ibu karena terkejut."Dia nggak mau aja aku kembali dekat sama Tyas!" Aku mengungkapkan alasannya.Ibu menggeleng."Justru Ibu penginnya kamu kembali lagi sama dia! Kalau saja dari dulu kita tahu Tyas itu anak orang kaya, anak pemilik perusahaan tempat kamu kerja! Sudah past
Baca selengkapnya

Bab 47. Mencurigakan.

"Amanda Sayang, Mas berangkat dulu ya ke kantor!" pamitku menghampirinya di dalam kamar, ia tengah tiduran di kamar, wajahnya terlihat sedih, dan cemberut."Aku sakit hati banget ibu kamu ngomong gitu sama aku," adunya dengan wajah sendu."Sudah, nggak perlu di pikirkan, kamu kan tahu ibuku seperti apa, nggak perlu di masukin ke hati, Ya!" Aku menghiburnya dengan membelai lembut rambutnya yang panjang sebahu dengan warna kecokelatan."Tapi kamu percaya kan sama aku?" tanyanya seraya menatapku dalam.Aku mengangguk tersenyum. "Iya Sayang."Seketika sebaris senyum terukir di bibirnya, dan perlahan bibir itu mendekat dan mengecup lembut bibirku. Satu tangannya membelai lembut dan menari-nari di dadaku yang sudah rapi mengenakan kemeja."Sayang, udah ya, Mas keburu terlambat ini!" Aku melerai pelukan. Namun bukannya berhenti, Amanda makin menggila, ia terus menggerayangi tubuhku, membuatku tak mampu menahan gelanyar aneh yang tiba-tiba hadir dari dalam diri ini."Sehari ini aja ijin ngga
Baca selengkapnya

Bab 48. Di pecat.

Beberapa hari kemudian ..."Pak Iqbal, Anda di minta ke ruangan Bu Tyas sekarang Pak." Tiba-tiba Bu Agustin menghampiri meja ke kerjaku, dan mengatakan itu."Baik, Bu." Aku menyahut menatapnya sekilas.Wanita berumur empat puluh tahunan itu hanya mengangguk menatapku datar.Aku pun meninggalkan sejenak pekerjaanku. Lalu beranjak menuju ke ruangan Tyas.Entah kenapa kali ini perasaanku tak enak. Aku melangkah dengan hati gelisah. Apa gerangan yang hendak Tyas sampaikan kali ini?Tak terasa aku telah sampai di depan pintu ruangannya. Aku mengetuk pintu sebanyak tiga kali, hingga terdengar suara sahutan dari dalam."Masuk!'Aku pun membuka pintu perlahan dan melangkah masuk dengan hati cemas."Silahkan duduk Pak Iqbal!" titahnya.Tyas masih fokus menekuri laptop di depannya. Kini Tyas-ku benar-benar sudah berubah, aura bos begitu sangat terpancar. Dari tatapan matanya, dari pemilihan kata yang keluar dari bibir ranumnya, mendadak aku menjadi rindu Tyas-ku yang dulu, yang selalu bersikap
Baca selengkapnya

Bab 49. tak mau di ajak dari nol

Aku melangkah ngontai keluar dari ruangan Tyas. Sakit sekali rasanya, aku sekarang harus membereskan semua barang-barangku karena mulai besok aku sudah tidak bisa lagi bekerja di kantor ini."Weee, Pak Iqbal, lemes banget kayaknya, semangat dong!" celetuk Rivan yang kebetulan berpapasan denganku."Diem Lu!" balasku."Eh galak amat, Pak!" Rivan masih berusaha menghiburku dengan cara bercandanya seperti biasa. Tapi terdengar memuakkan di telingaku."Sabar! Aku sudah tahu, saya turut prihatin Pak!" ungkapnya kemudian, seraya menepuk pelan bahuku.Aku hanya mengangguk sekilas."Sekarang apa rencanamu?" tanyanya. Kini kami memilih untuk duduk di kantin."Entahlah Van! Aku bingung, tahu sendiri cari kerja jaman sekarang itu nggak gampang," keluhku.Terdengar helaan napas Rivan, walau dia itu sering bertingkah menyebalkan, tapi di saat seperti ini, justru dialah yang paling memahami kondisiku."Kamu ada kenalan atau info lowongan kerja di kantor lain mungkin?" Aku berharap, bisa mendapat in
Baca selengkapnya

Bab 50. Berdebat.

"Amanda, dengerin Mas dulu! Daripada kita nggak mampu bayar cicilan dan akhirnya mobil itu di tarik ke leasing kan, mending kita jual, uangnya bisa untuk Mas buka usaha! Kamu sebagai istri harusnya dukung Mas dong!" Amanda membuang napas kesal."Pokoknya Aku nggak mau, kalau sampai mobil itu di jual Mas! Kamu berusaha cari aja kerjaan lah! Usaha buat cari kerja aja belum, kamu udah pesimis duluan! Buka usaha juga nggak gampang, kalau nggak benar-benar matang persiapan mental dan materilnya bisa rugi nanti! Dan aku nggak mau itu, Mas!"Amanda tetap bersikeras tak setuju kalau aku memulai usaha.Aku pun mengalah, percuma berdebat dengan dia di saat seperti ini, biarlah aku usaha cari kerja dulu, gimana nanti hasilnya semoga dia tidak lagi uring-uringan seperti ini."Oke, oke! Mas akan berusaha cari kerja sesuai mau kamu, tapi kalau belum juga dapat, mas mau mobil itu kita jual, dan uangnya buat Mas buka usaha! Apalagi kamu sebentar lagi mau lahiran, Manda, dan itu butuh uang banyak!"A
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status