Semua Bab Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri : Bab 21 - Bab 30

158 Bab

Bab 21. Bapak mertua.

"Yas, Tyas! Kamu lagi sibuk nggak? Ada yang ingin aku katakan sama kamu."Pagi-pagi sekali Sarah datang tergopoh-gopoh ke rumahku. "Ada apaan sih, kok kayaknya penting banget gitu," tanyaku heran melihat sikap Sarah pagi ini. Dia justru sibuk menoleh sekeliling. Sesekali matanya melirik ke dalam."Ada apaan sih! Kok celingukan gitu." Sikapnya membuatku penasaran."Sini, aku bisikin."Sarah mendekatkan wajahnya ke dekat telingaku, membisikkan sesuatu yang membuatku kaget bukan main. Sungguh ini sulit di percaya, jantungku seolah lompat dari tempatnya mendengar berita yang Sarah katakan."Ah yang bener kamu! Kamu salah lihat kali!" sergahku, masih tak percaya dengan apa yang kudengar barusan."Suerr! Aku nggak salah lihat, orang aku salaman langsung sama dia kok, dia juga kaget pas lihat aku datang," jelas Sarah."Aku benar-benar nggak nyangka, kalau ternyata ...."Ah sudahlah, mungkin ini yang disebut Karma di bayar kontan."Eh ada Sarah, pagi-pagi udah ngerumpi di sini." Tiba-tiba Ib
Baca selengkapnya

Bab 22. Karma di bayar kontan.

"Ini pasti salah, Hasna! Ini pasti salah! Kamu dapat dari mana foto itu? Hah! Bisa saja ini tuh editan, kan.""Ini dari teman Hasna yang kebetulan lagi pulang kampung Bu, dia berasal luar kota." Hasna menjawab dengan ekspresi gusar."Coba kamu telpon Bapakmu sekarang, Hasna."Hasna dengan cepat menghubungi nomor Bapak."Nggak aktif, Bu." Hasna kembali mencoba menghubungi hingga beberapa kali. Namun ia menggeleng, karena tidak aktif."Astaga, Bapak, kamu benar-benar keterlaluan! Kalau benar kamu sampai k4win lagi, aku nggak akan memaafkan kamu, Pak!" Ibu berucap dengan suara bergetar.Ingin sekali aku tertawa melihat ini, tapi aku masih punya perasaan. Hati ibu pasti hancur saat ini.Bagaimana Bu, perasaan kamu, melihat suamimu menikah lagi?Sakit kan? Itu pula yang aku rasakan ketika anakmu diam-diam selingkuh dan menikah lagi dengan perempuan lain. Sayangnya kamu menanggapi itu sebagai suatu hal yang wajar, memaklumi perbuatannya dan bahkan membela anakmu, meski jelas posisinya salah
Baca selengkapnya

Bab 23. Kaget.

"Untuk apa Bapak Pulang?! Apa tidak malu, dengan kelakuan Bapak? Hah?" Belum apa-apa Mas Iqbal sudah mencak-mencak begitu Bapak, menginjakkan kaki di teras rumah ini."Apa sih maksudmu?"Bapak santai saja menanggapi Mas Iqbal yang sudah seperti orang kesurupan. Wajahnya merah padam, aku yakin kini emosinya sudah memuncak hingga ke ubun-ubun."Astaga, Bapak, masih nggak merasa? Tega Bapak menyakiti Ibu? Ini juga menyakiti aku dan Hasna Pak!"Bapak masih terlihat tenang kemudian duduk di ruang tengah, menarik napas dalam-dalam, sepertinya beliau tengah kelelahan.Aku sendiri juga bingung melihat sikap Bapak, kenapa bisa sesantai ini, padahal istri dan anaknya sudah seperti cacing kepanasan mendengar berita dia menikahi lagi.Apa jangan-jangan Bapak tidak tahu, kalau keluarganya sudah mengetahui ini semua? Apa jangan-jangan, Bapak tadi tidak bertemu ibu di sana, karena ibu pergi baru setengah jam yang lalu, sedangkan ke kota dimana rumah istri muda Bapak itu memerlukan waktu sekitar dua
Baca selengkapnya

Bab 24. Mendadak Diam

"Ayo dong Mas, isiin kuotanya, aku lagi nanggung nih, lagi nonton drama Korea kesukaan aku.""Arrghhh, ya sudah sebentar Mas isiin." Mas Iqbal mengacak rambutnya, gusar. Lalu kemudian membuka ponselnya mengetikkan sesuatu di sana, lalu tak berapa kemudian, Amanda tersenyum manis, dan mengecup pipi Mas Iqbal."Makasih Mas Iqbal Sayang!" ucapnya sambil berlalu masuk lagi ke kamar.Kembali Mas Iqbal mengacak rambutnya kasar, dan berlalu ke dapur. Lagi-lagi aku hanya tersenyum geli melihatnya."Tyaasss!" teriak Mas Iqbal dari arah dapur. Membuatku berdecak kesal. Kututup gawaiku lalu ke dapur menemuinya."Ada apalagi sih Mas! Berisik tau, teriak-teriak!" "Ini apa-apaan? Kopi nggak ada, gula nggak ada, kulkas juga kosong melompong begini, apa tidak ada makanan atau minuman yang bisa di makan? Hah?! Ngapain aja sih kerjaan kamu seharian ini? Hah?" Mas Iqbal marah melihat kondisi di dapur.Kemarin memang aku yang masak, semua bahan aku belanja sendiri di tukang sayur, untuk sekali masak. Al
Baca selengkapnya

Bab 25. Ceraikan saja Dia.

"Yas, kamu nggak ke rumah Bu Wina?" tanya Sarah sore ini yang kebetulan lewat depan rumah."Memang ada apa?" tanyaku bingung."Itu lho, mertuamu, ngamuk-ngamuk, semua tetangga juga lagi nonton tuh depan rumah mertuamu."Aku terkesiap. Siapa yang mengamuk? Ibu?"Maksudmu, ibu mertuaku mengamuk?" tanyaku memastikan."Ya iyalah! Siapa lagi! Siapa sih yang nggak ngamuk kalau suami ketahuan nikah lagi, ya kan! Udah mending kamu langsung ke sana saja," titah Sarah.Aku mengangguk dan cepat-cepat memakai sandal. Karena penasaran, dengan setengah berlari aku menuju rumah ibu.Aku tercengang begitu langkah kakiku memasuki pelataran rumah ibu. Beberapa tetangga terlihat berkerumun sambil saling berbisik, menonton ibu yang sedang meraung di teras rumah. Beberapa barang-barang berserakan di halaman rumah, ada vas bunga, ada piring, dan segala macamnya.Sungguh rumah ibu seperti tontonan gratis dan jadi bahan ghibah bagi mereka yang senang menggoreng aib seseorang.Aku merangsek membelah kerumunan
Baca selengkapnya

Bab 26. Talak

"Tuh dengerin Iqbal, Amanda sudah sosok yang sangat sempurna. Jadi buat apa kamu pertahanin Tyas? Sudahlah lebih baik kamu ceraikan saja dia!" Ringan saja ibu berkata demikian. Memang dasarnya beliau tak bisa mengambil pelajaran atas apa yang menimpanya. Padahal sudah di uji dengan Bapak nikah lagi, tapi tetap saja maunya ikut campur urusan rumah tangga anaknya."Aku siap di ceraikan! Asal ...."Aku keluar kamar dan langsung ke ruang tamu menemui mereka semua, langsung kujawab perkataan ibu."Asal apa?" tanya Ibu, seketika Amanda dan Mas Iqbal pun menoleh ke arahku."Asal rumah ini menjadi hakku."Ibu justru tertawa terbahak-bahak mendengar syarat yang kuucapkan."Mimpi kamu Tyas! Ternyata dugaan ibu benar beberapa hari lalu kamu meminta sertifikat rumah ini karena ada maksud ke arah ini kan! Untung aku lebih dulu mengamankan surat itu.""Apa? Jadi?" tanya Mas Iqbal menatapku dan Ibu bergantian."Iya, Tyas pengin menguasai rumah ini.""Aku ingin menguasai rumah ini karena jelas, aku
Baca selengkapnya

Bab 27. Pulang

"Kau terlalu angkuh, Tyas! Sejak awal kau hanya pura-pura kuat, tapi lihat sekarang, kau tersingkir!" Amanda tertawa kecil.Aku melanjutkan memasukkan baju-baju milikku, juga beberapa barang pribadiku lainnya. Memilih mengabaikan suara-suara mereka yang merasa menang hari ini.Aku menarik dua koper keluar kamar, di ruang tamu masih ada ibu dan Mas Iqbal."Aku sendiri yang akan mengurus perceraian kita Mas!" kataku, sambil menatap laki-laki yang dulu pernah merajai hati, membawaku terbang tinggi ke awan, tapi hari ini ia menjatuhkan diri ini hingga ke dasar jurang. Sakit."Oh, baguslah! Begitu lebih baik, jadi Iqbal tak perlu keluar uang untuk biaya sidang perceraian kalian." Ibu yang menyahut."Ya, tapi ingat aku akan tetap memperhitungkan rumah ini. Karena bagaimanapun aku punya hak atas rumah ini." Kembali aku membahas tentang rumah ini."Heh, Tyas! Bangun! Mau sampai kapan kamu bermimpi! Kamu itu sudah bukan siapa-siapa lagi di sini, kamu dulu di bawa kemari oleh Iqbal tak membawa
Baca selengkapnya

Bab 28. Panik.

"Akan kubongkar saja rumah itu, hingga rata dengan tanah."Papa ternganga mendengar penuturanku."Apa? Kamu yakin?" tanya Papa dengan ekspresi keterkejutannya."Ya, aku yakin Pa! Toh mendirikan rumah itu hampir 90% dari uangku.""Ya sudah, itu terserah kamu, tapi janji, setelah itu, sudah! Jangan ada hubungan apapun lagi dengan mereka."Aku mengangguk. Setelah itu, aku akan fokus di kantor. Mas Iqbal, siap-siap, kamu akan jantungan melihat aku dia kantor nanti.*Esok harinya aku langsung menghubungi pihak penyewaan excavator, alat berat untuk meruntuhkan rumah itu.Dikata sayang, ya jelas sayang, rumah besar dengan bangunan kokoh dan kuat harus dirobohkan. Tapi jika hati sudah sakit, maka apapun bisa terjadi, dan tak bisa terelakkan lagi. Dengan begitu, Mas Iqbal dan perempuan itu akan tinggal di rumah ibu.Bu Wina, lihatlah, tanah tempat rumah itu berdiri, tanah yang selalu kau ucap berulang-ulang kali dengan begitu bangga akan kukembalikan. "Rumah ini berdiri di atas tanahku!"Ak
Baca selengkapnya

Bab 29. Iqbal Pov

Pov Iqbal."Aku sudah ambil keputusan, aku akan robohkan rumah itu, rata dengan tanah. Anggaplah aku kembalikan tanah milik ibu seperti sediakala."Jantungku seakan melompat dari tempatnya begitu mendengar kalimat yang keluar dari mulut Tyas.Bagaimana mungkin dia bisa berpikir sampai ke arah itu. Ini benar-benar gil4!Aku paham dia sakit hati dengan apa yang sudah aku lakukan padanya, tapi apa iya harus dengan membongkar rumah itu?Sebisa mungkin aku mencoba meredam keinginannya itu, tapi sia-sia. Tyas tipe perempuan yang keras kepala, segala keinginan atau sesuatu yang sudah menjadi keputusan dirinya, maka itu tak bisa di ganggu gugat.Ia melenggang begitu saja meninggalkan aku yang masih terperangah menatapnya.Ia melangkah anggun, baju yang dikenakannya juga sangat terlihat berkelas. Wajahnya pun sangat berseri, putih bersih, dari mana sebenarnya dia mendapatkan uang untuk melakukan perawatan. Ia benar-benar sangat terlihat berbeda, padahal baru sehari ia keluar dari rumah. Ck! A
Baca selengkapnya

Bab 30. Menemui Papa.

"Apa?! Astaga, benar-benar keterlaluan, si Tyas!"Netra Ibu langsung terbelalak begitu aku memberitahu Kalau rumah ibu mau dirubuhkan."Kamu lawan dia dong, Bal! Ancam balik dia! Bisa-bisanya kamu diem aja rumah mau diruntuhkan!" Katanya lagi."Tapi Tyas benar Bu, membangun rumah ini memang sebagian besar uangnya dia.""Iya, tapi apa dengan cara merobohkan rumah ini? Nggak ada cara lain?!" "Ibu tahu kan bagaimana sikap kerasnya Tyas? Dia itu nekat Bu, dia akan melakukan apapun jika ada yang berani menghalangi."Aku hanya bisa pasrah. Tapi ibu lagi-lagi tak bisa terima."Kamu itu laki-laki Iqbal! Harus tegas dong! Bisa-bisanya kamu ini hanya pasrah!"Ibu terus saja mengomel meski aku sudah berkali-kali menjelaskan."Aduh nanti kita mau tinggal dimana Mas, kalau rumah ini dirubuhkan? Masak sih kita harus ngontrak, nggak mau ah!" Amanda juga tak kalah paniknya."Enggak, nanti biar ibu yang ngomong sama perempuan itu! Gil4, enak aja main rubuhkan aja, memangnya rumah suwung!" timpal ibu.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status