Semua Bab Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri : Bab 31 - Bab 40

158 Bab

Bab 31. Dibongkar.

Iqbal Pov."Apa lagi yang perlu dibicarakan? Saya sudah menghubungi pengacara handal untuk mengurus perceraian kalian. Biar cepat selesai."Kata-katanya Papa sangat lugas, tanpa basa-basi."Ehm, gini Pa, saya ... Minta maaf sebelumnya, saya tahu saya salah, saya sudah menyakiti Tyas. Tapi saya mohon beri saya kesempatan sekali lagi, untuk memperbaiki semuanya."Aku pikir tak ada salahnya untuk membujuk Papa dan Tyas agar tak jadi bercerai, dengan begitu rumah itu tak 'kan jadi di bongkar. Biarlah sementara waktu Amanda akan aku ungsikan ke tempat lain yang lebih aman."Apa maksudmu, Mas?" sergah Tyas."Ehm Sayang, Mas sadar keputusan yang kita ambil terlalu terburu-buru, Yas, Mas sadar, cuma kamu yang Mas cintai, bisakah kita kembali lagi, dan melupakan soal gugatan perceraian itu? Aku janji akan meninggalkan Amanda, dan memilih kamu, Sayang."Tyas terkesiap. Aku yakin dia pasti akan luluh, dia kan cinta mati denganku. Aku hanya perlu berakting sedikit di depannya dan Papa. Semoga ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-25
Baca selengkapnya

Bab 32. Kaget.

Iqbal Pov.Ibu menangis histeris menyaksikan rumah itu dirobohkan. Para tetangga hanya bisa menghiburnya tanpa bisa berbuat apa-apa."Itu, tuh, gara-gara masalah selingkuh, jadi istrinya nekat, rumah yang tidak bersalah, jadi korbannya. Padahal rumahnya bagus, sayang banget sih sebenarnya.""Iya, sakit hati banget sih pasti jadi Tyas, di selingkuhi, sampai tinggal satu lagi, gil4 nggak tuh! Makanya nekat.""Iya, ih amit-amit!""Tapi nggak harus merobohkan rumah juga kali! Kan bisa di jual saja dan uangnya di bagi dua!""Katanya noh, si Bu Wina nggak setuju, menolak mentah-mentah, bahkan mengusir Tyas dari rumah ini. Ya wajar sih Tyas akhirnya memilih jalan membongkar rumah ini saja.""Iya enak saja, rumah di bangun saat susah bersama, pas udah bagus di tempati sama istri muda, ya siapa pun pasti nggak rela lah!"Bisik-bisik tetangga santer terdengar membuatku semakin pusing. Kepala berputar, hingga aku terduduk tak bertenaga sama sekali."Ayo Bapak-bapak, tolong bantu Pak Iqbal masuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-25
Baca selengkapnya

Bab 33. satu kantor

Ketika nama itu di sebut, terdengar seseorang membuka pelan pintu ruang meeting, membuat semua mata yang ada di ruangan ini langsung tertuju padanya, termasuk aku.Aku hanya ingin memastikan kalau perempuan itu bukanlah Tyas istriku. Tak mungkin Tyas menjadi atasan di kantor ini, Memangnya siapa dia?Setelah pintu terbuka, wanita dengan tinggi semampai menyembul dari balik pintu.Senyumnya langsung merekah menatap semua yang ada di dalam ruangan.Aku terpana, bahkan sampai mengucek mataku, berharap ini hanya halusinasiku saja, melihat Tyas masuk ke ruangan ini. Ternyata aku tidak salah lihat, ini benar-benar Tyas! Aku dibuat melongo melihat penampilannya saat ini.Ia mengenakan, blazer berwarna krem dengan hijab krem, dan celana hitam, bunyi ketukan sepatunya seakan memecah keheningan. Ia berjalan dengan begitu anggun melewati kami semua yang duduk di depan meja persegi panjang saling berhadapan.Wajahnya sangat cantik, riasannya tidak menor, tapi justru membuatnya terlihat berkelas,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-26
Baca selengkapnya

Bab 34. Tertekan.

Iqbal Pov."Tapi Yas!"Tyas justru kembali menatap laptop seolah aku di sini tak terlihat. Mau tak mau aku pun keluar ruangan ini, dan mengikuti perintahnya dengan hati kesal.Tok! Tok! Tok!"Masuk!" ucapnya dari dalam. Aku benar-benar seperti orang konyol, hendak bertemu istri sendiri saja seribet ini."Duduk!" titahnya menatapku, kemudian menatap bangku di depannya. Tak ada senyum ramah diwajahnya. Justru terlihat sangat judes."Ini coba cek!" Ia menyodorkan padaku beberapa file. Aku pun meraihnya dan langsung membukanya."Ini, laporan yang aku buat bulan lalu, kenapa memangnya?" Aku bertanya-tanya, pasalnya aku merasa nggak ada yang aneh dengan laporan itu."Kenapa? Pak Iqbal masih tanya? Lihat itu, output yang di dapatkan jauh dari target," ucapnya."Lho bukannya selama ini memang yang kita hasilkan segitu? Kenapa kamu pertanyakan?" tanyaku heran."Harusnya anda berpikir dong, gimana caranya supaya bisa meningkat? Anda 'kan manager operasional di sini! Tugas anda menaikkan hasil s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-27
Baca selengkapnya

Bab 35. Cerai

Tyas Pov. "Tyas, kamu ini apa-apaan? Kau bisa menyuruh sekretarismu untuk memperbaiki ini semua. Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan daripada harus mengurusi masalah tentang laporan, dan hal remeh temeh begini!" Mas Iqbal tak terima, dan ia melempar kembali beberapa berkas yang tadi kuberikan padanya. Seketika aku menatapnya tajam. Konyol memang, untuk hal sekecil itu, masak iya harus berulang kali diperbaiki. "Nggak! Aku maunya kamu yang kerjain ini, kamu sendiri yang membuat ini, tanggung jawab dong! Ambil kembali semua itu atau kau akan tanggung akibatnya membangkang pada atasan!" tegasku. Mas Iqbal pun mau tak mau meraih kembali semua berkas itu. Makanya Mas, mulai sekarang biasakan kerja yang baik, rapi, karena aku akan langsung menegur. Aku sengaja sering memberinya tugas tambahan, lalu jika hasil kerjanya tidak sesuai, maka aku akan memintanya untuk memperbaikinya. Bukankah itu sangat wajar ketika pekerjaan kita kurang baik, ya sudah sepatutnya kita memperba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-28
Baca selengkapnya

Bab 36. Kecelakaan kecil.

Memang benar apa yang Papa katakan, aku bisa saja memecat dia sekarang juga, tapi aku rasa tidak etis rasanya memecat seseorang tanpa alasan apapun.Bagaimana pun aku adalah pemimpin perusahaan, ke depan sepak terjangkau akan selalu jadi sorotan, di mata klien, juga di mata para karyawan lainnya."Iya Pa, nanti aku pikirkan caranya untuk bisa memecat dia dari kantor." Papa mengaguk paham."Kita bisa lihat, apa dia masih bisa tersenyum bangga tanpa pekerjaannya?" "Papa benar, dan Tyas pun ingin lihat bagaimana reaksi Bu Wina, apa dia masih bisa berbangga saat putranya tak punya apa-apa lagi."Aku teringat betapa ibu sangat bangga dengan pencapaian yang di raih Iqbal, padahal itu semua karena ada campur tanganku."Iqbal tanpa kamu, dia bukan siapa-siapa, ingat itu."Aku mengangguk paham."Sore ini Papa ingin ketemu sama Abi, ada hal yang ingin Papa bicarakan, kamu mau ikut?" tanya Papa. "Kayaknya nggak deh Pa, Tyas pengin istirahat, hari ini rasanya capek sekali." Aku menolak karena m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-29
Baca selengkapnya

Bab 37. Hari Naas

"Sayang kamu nggak apa-apa? Apanya yang sakit?" Tiba-tiba suara bariton seorang laki-laki, terdengar memecah keheningan. Suaranya seperti tak asing bagiku."Bapak!" Aku terpekik kaget melihat laki-laki itu datang menghampiri Bu Maryam. Seketika keduanya menoleh."Tyas!" Bu Maryam menatapku dan Bapak bergantian."Kalian saling kenal?""Dia menantuku, Sayang. Istrinya Iqbal."Bu Maryam terperangah. Ternyata Bu Maryam ini istri mudanya Bapak. Kenapa dunia ini sesempit ini."Jadi, Bu Maryam ini ....""Iya Yas, dia perempuan yang Bapak nikahi. Kamu lihat kan, bagaimana perbedaan Maryam dengan Wina? Mereka bagai langit dan bumi. Maryam adalah perempuan sabar, dan dia sangat menghormati Bapak. Bapak merasa lebih tenang di sini. Walau hadirnya sering di cap sebagai orang ketiga, tapi Bapak nggak peduli itu. Semua terjadi karena Wina tak kunjung berubah, di otak dia yang ada hanya uang, dan harta. Hingga mengabaikan kewajibannya terhadapku."Bapak berkata sambil menatap lurus ke depan. Padah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-01
Baca selengkapnya

Bab 38. Selamat

"Buka!"Dug! Dug! Dug! "Buka!" teriaknya.Keringat dingin sudah membanjiri sekujur tubuhku, jangankan untuk membuka pintu mobil, untuk napas saja rasanya ini sangat sulit, Ya Allah lindungilah hamba."Buka! Atau akan kami pecahkan kaca mobil ini!" teriaknya lagi.Aku segera membuka ponselku dengan tangan bergetar, dan menelpon siapa saja di sana, namun Si4l! ponselku justru terjatuh. Benar-benar Sial! Tanganku bergetar hebat, mengakibatkan ponsel jatuh dari genggaman.Aku menoleh laki-laki itu, dia melotot menatapku, mengisyaratkan untuk tidak melakukan panggilan telepon pada siapapun atau aku akan di bu nuh olehnya, Terlihat ia menggerakkan tangan di bawah dagu.Aku menelan Saliva dengan susah payah."Buka!" pintanya lagi.Ya Allah apa aku harus membukanya? Bukankah ini justru akan membahayakan nyawaku? Setelah aku pikir-pikir, mungkin lebih baik aku membukanya, berharap ada orang yang lewat, dan aku bisa berteriak meminta tolong.Klik.Pelan aku membuka pintu mobil, tapi laki-laki
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-01
Baca selengkapnya

Bab 39. siapa mereka?

Ia merogoh sakunya dan mengangkat telepon."Iya, hallo Pak."Abian melirikku sekilas."Bu Tyas baik-baik saja Pak. Dia aman. Aku ... Aku juga baik-baik saja."Rupanya yang telepon Papa."Alhamdulillah polisi datang tepat waktu sebelum para komplotan itu kabur."Tak berapa lama, Abian menyerahkan ponselnya padaku."Pak Aditama."Aku pun meraihnya untuk berbicara sama Papa."Tyas! Sayang, kamu nggak apa-apa?""Aku nggak apa-apa Pa, beruntung tadi Abian datang cepat, kalau tidak, entahlah aku tidak tahu apa yang terjadi padaku," ucapku, dengan suara bergetar, dan benar saja detik berikutnya air mataku lolos begitu saja mengingat kejadian yang baru saja menimpaku."Alhamdulillah kalau begitu, Papa sudah khawatir sekali, tadi begitu Abi jalan ke sana, Papa langsung telpon polisi."Oh, rupanya Papa yang menghubungi polisi."Iya Pa, tapi Abian ada luka dan banyak memar Pa, sekarang kami ada di rumah sakit.""Ya sudah Papa kesana sekarang."Panggilan selesai, aku kembalikan ponsel itu pada Ab
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-03
Baca selengkapnya

Bab 40. kesalahan Iqbal.

"Mereka? Mereka siapa?"Papa terdiam."Pa! Mereka siapa?" Aku mengulangi pertanyaan."Papa dan Abian merasa ini ada yang janggal, sepertinya ada seseorang yang sengaja melakukan ini, ada dalang di balik kejadian itu."Aku tersentak kaget, mendengar ucapan Papa. Siapa? Siapa orang yang berniat jahat padaku?"Siapa orang yang Papa curigai?"Papa kembali diam. Kemudian menggeleng."Papa nggak bisa asal nuduh, karena memang belum ada bukti, jadi Papa mohon kamu di dampingi bodyguard, biar Papa tenang, oke!"Aku pun tak mampu menolak. Aku menatap jalanan ibu kota yang di hiasi kelap kelip lampu kecil yang melilit di pepohonan yang ada di bahu jalan. Sinar lampu kuning dan merah berjejer seperti semut menyala yang berjalan berbaris. Dalam otakku sedang membayangkan bagaimana repotnya nanti kemana-mana ada orang yang mengikutiku.Hah, pasti itu sangat mengganggu sekali.Tapi apa yang Papa khawatirkan ada benarnya juga, bisa jadi orang yang berniat jahat itu bisa mencelakaiku.Masih banyak m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status