All Chapters of Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri : Chapter 111 - Chapter 120

158 Chapters

Bab 111. Ikhlas.

"Aku benci sama Bapak!" ucap Zaki tiba-tiba, saat kami bertiga sama-sama terdiam.Tante Fira menatap Zaki lekat. Kedua netranya masih merah dan bengkak karena sejak tadi menangis. Aku yakin sejak semalam Tante Fira menangis."Zak, Mama memang tak suka dengan apa yang sudah dia lakukan pada kita. Tapi Mama nggak pernah mengajari kamu untuk membenci Bapak. Bagaimanapun, seburuk apapun dia, dia tetap Bapakmu."Zaki langsung membuang muka."Dia sudah jelas menyakiti Mama. Menyakiti aku sama Zizah, Mama masih meminta aku untuk nggak boleh benci dia? Aku nggak bisa Ma! Dia sendiri yang sudah membuat anak-anaknya membencinya!" sentaknya lalu bangkit dari duduknya dan melenggang begitu saja memasuki kamarnya.Aku Hela napas dalam-dalam."Sabar Tante. Sekarang ini Zaki maupun Zizah, masih sama-sama Syok. Mereka nggak nyangka seseorang yang ditunggunya ternyata di luar sana sudah mempunyai rumah baru. Wajar mereka sekarang bersikap begitu. Beri mereka waktu, Tante."Tante Fira kembali terisak.
last updateLast Updated : 2024-09-09
Read more

Bab 112. Perasaan Yusuf.

[Yas, apa kau sudah tidur?] tanya Yusuf dalam pesannya.Aku terdiam.[Belum. Ada Apa?][Ada yang ingin aku sampaikan? Bisa keluar sebentar?]Apa yang hendak Yusuf katakan?[Tapi ini sudah malam, aku nggak bisa keluar. Besok jam tujuh pagi di sungai. Sekalian aku mau ke pasar, sama Zaki.]Sebab aku tak ingin bertemu dengannya hanya berduaan saja. Bagaimanapun aku orang baru di sini, aku juga harus menjaga etika di tanah ini.Sekalian aku juga hendak pamit pada Yusuf kalau besok sore aku akan kembali ke Jakarta.[Oke. Istirahatlah, selamat malam]Aku tak membalas lagi. Aku memutuskan untuk ke kamar, merebahkan tubuhku di pembaringan.***Kicau burung mewarnai pagi yang dingin. Ketika aku menoleh ke samping dari arah timur, pancaran sinar mentari berwarna jingga, terlihat gagah, menghias awan putih. Menandakan hari ini cerah, walau udara di sini terasa di dingin.Aku menarik resleting sweater berwarna biru Dongker yang kukenakan, sambil menunggu Zaki keluar.Tak lama kemudian Zaki keluar
last updateLast Updated : 2024-09-10
Read more

Bab 113. Penolakan.

"Apa? Ehm, Suf, maksud kamu?" Aku cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Yusuf saat ini. Bahkan ia membuka kotak merah itu, memperlihatkan cincin emas putih bertahtakan berlian. Walau hanya melihatnya saja aku sudah tahu jika barang mungil itu harganya tidak main-main."Aku serius Yas. Aku mencintaimu, sungguh. Bahkan rasa ini sudah ada ketika kita masih kecil dulu. Taukah kamu bagaimana jadi aku selama ini memendam rasa ini. Aku tersiksa sendiri ketika aku berusaha menghapus rasa ini." Yusuf berkata dengan suara serak.Aku tercekat."Yusuf aku–""Aku tahu ini mengejutkan bagimu. Tapi itulah kenyataannya Yas. Aku sendiri tak tahu, kenapa aku sulit sekali melupakanmu, padahal kita bersama-sama itu dulu. Aku pikir itu hanya perasaan cinta monyet yang nantinya akan terlupakan dengan seiring berjalannya waktu. Tapi ternyata aku salah. Selama aku di pesantren, tak pernah aku merasakan suka atau rasa tertarik pada perempuan lain, dalam keyakinanku hatiku, aku telah memiliki kamu, orang y
last updateLast Updated : 2024-09-11
Read more

Bab 114. di culik

Sore hari Yuda dan Riyan sudah datang menjemput dengan membawa mobil. "Istirahat dulu Kalian, satu jam lagi baru kita jalan," ucapku pada mereka. Mereka yang baru saja tiba aku suruh untuk istirahat dulu. "Tante, makasih banyak ya, atas semua kebaikan Tante selama Tyas di sini. Tyas sebenarnya betah lho di sini, di sini tenang, adem, damai, kalau nggak inget kerjaan di Jakarta, mungkin Tyas pengin netap aja di sini Tante." Tante Fira tersenyum hangat. "Netap aja di sini, nikah sama Yusuf. Tante lihat dia itu beneran tulus sayang sama kamu lho Yas," ucap Tante Fira dengan berbisik. "Ih Tante apaan sih! Enggak lah! Yusuf pantas mendapatkan yang lebih baik dari aku Tante. Tante apa nggak pernah dengar beberapa tetangga pada mengidamkan dia jadi menantunya." Tante Fira justru terkekeh. "Ya, Tante denger. Tapi ya, kalau memang Yusuf-nya sukanya sama kamu, mereka bisa apa?" Aku menarik senyum menanggapi. Aku menganggap Yusuf hanya teman. Aku tak ingin memberinya harapan leb
last updateLast Updated : 2024-09-12
Read more

Bab 115. Hilang.

Abian POV.Aku masih fokus di depan layar laptop di depanku. Ketika tiba-tiba dering ponsel di laci meja kerja berbunyi.Sejenak menghentikan aktivitasku yang tengah memeriksa seluruh laporan keuangan selama tiga tahun terkahir ini.Ya, sekarang aku memutuskan untuk kembali. Kembali masuk dan aktif di kantor milik Papaku.Tak peduli tatapan sinis Om Martin setiap hari kala kami bertemu.Toh aku ini anak Papa. Jika dibandingkan dia, tentu aku lebih berhak di sini. Bisa saja aku memberhentikan dia saat ini juga, kalau aku mau. Tapi belum saatnya aku mengungkap semuanya. Om Martin Satu-satunya orang yang tahu semua seluk beluk tentang perusahaan ini. Dia satu-satunya orang kepercayaan Papa yang di beri akses sepenuhnya oleh Papa dalam mengendalikan perusahaan.Aku membuka laci karena ponsel terus saja berdering.Pak Aditama tertera di layar."Ya Hallo Pak!" "Hallo Bi, maaf saya ganggu waktu kamu, saya cuma mau kasih kabar kalau Tyas ....""Tyas kenapa Pak?" Mendadak perasaanku tak enak.
last updateLast Updated : 2024-09-12
Read more

Bab 116. Mencurigai.

"Bagaimana? Sudah ada kabar?"Panggilan dari pak Aditama, ketika aku baru saja tiba di lokasi rest area menyusu Yuda dan Riyan. "Belum Pak," sahutku lesu. Kini aku masih berdebat dengan pegawai minimarket dan pihak pengelola rest area. Mereka keberatan jika harus memutar cctv. Dengan alasan tidak boleh sembarang orang melihat rekaman cctv.Sungguh tak.masuk akal.Tak kehabisan akal, aku memilih untuk telpon polisi. Untung saja aku punya teman seorang perwira polisi namanya Rahman."Hallo Bro, maaf ganggu waktu kamu.""Ada apa? Tumben," sahutnya dari seberang sana."Aku mau minta tolong, jadi begini."Aku ceritakan semuanya, sesuai dengan apa yang diceritakan Yuda dan Riyan, tak ada yang ditutupi.Namun Rahman di seberang sana justru tertawa. Tentu membuatku kesal. Memangnya yang tadi sudah kujelaskan panjang lebar itu hanya sekedar lelucon?"Heh! Gue serius!" sentakku. Kalau saja aku dekat dengannya, sudah pasti Rahman akan menerima tinju dariku."Santai Bro! Frustasi banget kayaknya
last updateLast Updated : 2024-09-13
Read more

Bab 117. Sedikit terungkap

Tyas terlihat melangkah dari teras ke halaman minimarket yang terdiri dari tiga undakan tangga. Namun, baru beberapa langkah ia melintasi sebuah mobil hitam yang terparkir di sisi jalan sempit depan minimarket. Tiba-tiba saja seorang laki-laki mengenakan topi dan masker dengan secepat kilat, membekap mulut Tyas dari belakang. Tyas berontak, tapi sia-sia tenaganya tentu kalah dengan laki-laki bertubuh tingg dengan rambut gondrong sebahu. Dengan cepat laki-laki itu, menarik Tyas ke belakang, membawanya masuk ke dalam mobil. Mereka bermain sangat cepat hingga tak seorang pun yang menyadari kejadian itu. Karena kebetulan area sedang sepi. "Stop Pak! Tolong di zoom," titah Pak polisi yang berdiri di sebelahku. Setelah di zoom, memperbesar layar, dimana layar komputer menampilkan wajah laki-laki gondrong yang menculik Tyas. Tentu tak kelihatan, dia memakai masker dan topi, hanya matanya saja kelihatan sedikit. Setelah beberapa saat polisi memperhatikan, rekaman cctv kembali di la
last updateLast Updated : 2024-09-14
Read more

Bab 118. apakah ini perbuatan Yusuf?

Zaki Pov."Assalamualaikum, permisi!" Suara seorang laki-laki mengagetkanku. Aku yang baru saja hendak memejamkan mata ini jadi kembali duduk.Siapa yang bertamu malam-malam begini, ini sudah larut malam, waktu sudah menunjukkan jam sebelas malam."Assalamualaikum!" Kembali terdengar suara salam di depan. Ruang tengah juga kamar Mama dan kamar Azizah juga sudah gelap lampunya, artinya Mama dan Azizah sudah terlelap.Aku pun melangkah ke depan untuk membuka pintu, melihat siapa yang datang malam-malam begini.Begitu pintu utama kubuka, aku terkejut bukan main melihat Pakde Aditama di sana."Lho, Pakde?""Iya Zak, ini Pakde.""Mari masuk dulu Pakde." Aku langsung membuka lebar pintu utama, mempersilahkan Pakde untuk segera masuk. Meski di benakku bertanya, kenapa Pakde datang malam-malam begini, padahal kan Kak Tyas sudah berangkat ke Jakarta sore tadi, harusnya Kak Tyas sudah sampai di Jakarta. Tapi kenapa justru malah Pakde menyusul kesini?"Maaf Pakde ganggu tidur kamu ya Zak.""Ngg
last updateLast Updated : 2024-09-16
Read more

Bab 119. Zaki Pov

Zaki Pov."Bisa jadi sih Zak, soalnya Mama lihat Yusuf memang sudah menaruh rasa pada Tyas dari sejak mereka masih kecil loh! Jadi nggak menutup kemungkinan dia itu sakit hati banget. Cinta yang dipendam sekian lama, begitu diutarakan justru di tolak. Siapapun pasti sakit hati banget Zak.""Jadi maksud Mama, ini perbuatan Mas Yusuf?""Mama bukannya menuduh Zak, hanya saja Yusuf bisa dikatakan masuk dalam list orang yang patut di curigai," ucap Mama.Aku lihat Pakde Aditama mengangguk.Aku terdiam."Apa kita ke sana saja?""Kemana?" tanya Pakde."Ke rumah Mas Yusuf.""Kalau sekarang ini sudah larut malam, tak elok bertamu malam-malam begini Zak," kata Pakde."Iya, besok pagi-pagi saja kalian coba kesana. Jangan langsung main asal tuduh, coba bicarakan baik-baik. Mas Aditama sama Zaki tentu paham ciri-ciri orang yang sedang berbohong atau tidak kan."Aku dan Pakde Aditama mengangguk."Sebaiknya sekarang kalian istirahat, saja."Pakde memilih untuk tidur di kamarku. Sekalian sambil menyu
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

Bab 120. Abian Pov. menemui Amel.

Abian Pov.Kembali ke Jakarta, pagi harinya aku langsung datang ke sebuah kantor agensi model, untuk menemui seseorang."Abian? Hei! Tumben kemari, ada apa?" suara manja nan ceria serta lengkungan senyum menawan dari seorang perempuan yang sebenarnya sangat aku hindari.Amel.Entah mengapa aku pun menaruh curiga padanya, sebelum Tyas pergi ke Semarang, ia ada terlibat konflik dengan Amel. Tak menutup kemungkinan Amel bisa saja mencelakai sahabatnya sendiri karena aku lebih memilih Tyas daripada dirinya.Terkadang soal cinta seseorang bisa saja gelap mata, tak pandang siapa orang itu."Iya Mel, aku ... Ada perlu sedikit denganmu Mel," sahutku sesantai mungkin, meski sebenarnya aku malas sekali menemuinya."Ya, ya, duduk yuk, sini."Aku melangkah mengikutinya untuk duduk di sofa panjang berada tak jauh dari meja resepsionis, kantor agensi tempatnya bernaung.Tak kupungkiri, Amel itu cantik. Tubuhnya tinggi semampai, kulitnya putih bersih, dengan rambut sepanjang bahu, berwarna kecokelat
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
16
DMCA.com Protection Status