All Chapters of Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri : Chapter 131 - Chapter 140

158 Chapters

Bab 131. Lamaran.

"A–Abian."Ia masih menatapku dalam. Aku sampai tak mampu berkata-kata lagi. Laki-laki yang kini bersimpuh di hadapanku adalah dia yang sudah menungguku sekian lamanya. Dia yang menyimpan rasa di hatinya bahkan ketika aku telah bersama dengan pria lain. Dan selama itu pula ia tak pernah melabuhkan cinta ke hati yang lain. Bahkan ia menutup rapat perasaannya itu, sampai-sampai aku sendiri baru tahu belakangan ini.Aku terharu sekaligus tak percaya. Dia, lelaki hebat itu, memilihku untuk menjadi pendamping hidupnya. Menjalani sisa hidup ini bersama, mengarungi bahtera dalam suka maupun duka.Ada rasa bahagia, juga bingung. Entahlah, aku sendiri tak mengerti. Satu sisi terkadang aku merasa tak pantas bersanding dengannya. Terlepas dari masalah cinta segitiga antara aku, dia dan Amel. Ada beberapa hal yang terkadang menjadikan aku bimbang. Perbedaan status, dia seorang perjaka, sedangkan aku hanya seorang janda.Dia seorang CEO muda, calon penerus tahta perusahaan milik ayahnya. Sudah ten
Read more

Bab 132. cemas.

Aku berjalan dengan di gandeng oleh Bu Agustin, menuju tempat dimana dua keluarga berkumpul untuk menyaksikan acara ini. Aku menoleh sekeliling. Mereka yang tengah asyik berbincang, dan ada juga yang sedang menikmati hidangan yang sudah disediakan. Dan ketika Mc menyuarakan penyambutan atas diriku, riuh tamu undangan seketika meredam, di saat yang sama, semua mata seolah tertuju padaku yang tengah berjalan pelan bersama Bu Agustin menuju kursi yang sudah disiapkan. Di sana Abian dan Tante Suryani juga Papa sudah duduk menungguku. Senyum merekah di bibirku, melihat wajah tenang Papa terlihat begitu gagah penuh wibawa tak dapat menyembunyikan aura kebahagiaan yang tengah ia rasakan kini. Disebelahnya ada Abian yang juga mengenakan jas dengan warna senada dengan kebaya yang kukenakan. Ia terlihat begitu mempesona, senyum menghiasi bibirnya, kedua netranya menatapku. Ketika aku balas menatap irish hitam itu, tatapan mata kami bertemu. Pun dengan Tante Suryani yang duduk dengan angg
Read more

Bab 133. Stefy ngambek

Abian Pov. Ada pelangi menyambut dengan warna indah, setelah hujan badai menerpa. Laksana hujan yang turun di gurun pasir yang gersang nan panas, seketika berganti dengan kesejukan yang luar biasa Hal itu yang aku rasakan ketika Pak Aditama menghubungiku, memberitahukan bahwa Tyas telah selamat. Ia berhasil kabur dari para penculik itu. Aku lega luar biasa. Aku langsung meminta alamat dimana Tyas berada, biar aku yang menjemputnya pulang. Tapi ternyata Tyas tak memberitahu keberadaannya. Ktnya ia akan pulang sendiri diantar oleh orang yang menolongnya. Tak masalah bagiku, yang terpenting sekarang, Tyas selamat, dia akan kembali. Keesokan harinya, aku datang ke rumah Pak Aditama, menunggu Tyas pulang. Jangan tanya bagaimana rasanya hatiku, menahan rindu yang tak tertahankan sejak ia memutuskan untuk pergi sendiri. Aku tahu, dia melakukan ini untuk menghindariku, dengan dalih ingin menenangkan diri. Oke, aku berusaha memahami itu. Aku sabar menunggu ia kembali, walau pada
Read more

Bab 134. Kekanakan.

Abian pov. "Stefy! Stefy!" panggilku seraya mengetuk pelan pintu kamar gadis manja itu. Hening. Tak ada sahutan. "Stefy! Buka pintunya Nak! Ini ada Abian nih," ucap Tante Melia sambil mengetuk pintunya. "Stefy, udah yuk keluar." Tante Melia tak menyerah, terus meminta Stefy membuka pintu. "Memang kenapa sama Stefy Tante?" tanyaku, kenapa bisa dia ngambek, pasti ada penyebabnya. "Tadi pagi saat Tante kasih kabar tentang kamu yang mau melamar Tyas. Dia kaget dia marah, dan ngamuk-ngamuk, Bi. Maksud Tante kan mau ngajak dia untuk ikut ke acara kamu melamar Tyas." Tentu ucapan Tante Melia seketika membuat dahiku mengerenyit. "Kenapa ngamuk?" "Aduh, Abian, kenapa sih, kamu ini jadi laki-laki kok ya nggak peka sama sekali sih!" sungut Tante Melia padaku yang memang tak paham mengapa dia ngambek, apa hubungannya denganku? "Ya memang Abi nggak tahu Tante, tiba-tiba dia ngambek gitu." Tante Melia membuang napas. "Dia itu sakit hati melihat kamu melamar Tyas, Abi! Dia itu
Read more

Bab 135. Permintaan konyol Stefy.

"Tapi aku maunya cuma Mas Abi, Budhe!" sentaknya kemudian beranjak dari duduknya dan berlari masuk ke dalam kamarnya.Aku dan Mama saling pandang. Aku menggeleng tak mengerti, ada ya orang seperti itu. "Ayo Ma kita pulang aja. Abi, pusing juga lama di sini," ajakku pada Mama."Eh, ya nggak bisa gitu dong Bi! Kamu harus tanggung jawab!" ketus Tante MeliaNetraku membeliak, makin tak mengerti dengan Tante Melia ini."Lho kenapa Abi? Abi nggak ngapa-ngapain kenapa suruh tanggungjawab." Aku berdecak kesal."Ya iya, Stefy jadi begini kan gara-gara kamu nggak balas cintanya. Ya, paling nggak, kamu bujukin dia dulu Bi! Jangan malah di tinggal pergi gitu aja!" sungut Tante Melia lagi.Astaghfirullah mimpi apa aku ini, mengapa jadi begini."Tante, ini juga sudah malam, Abi dan Mama ingin istirahat, jadi kami mau pulang saja." Aku yang sudah capek, ingin istirahat, justru di sini di buat seperti ini, tentu saja emosiku naik."Eh, enggak-enggak! Mbakyu, ayolah tolong saya ini, tadi Stefy sudah
Read more

Bab 136. Tak peduli.

"Tapi aku maunya cuma sama kamu Mas. Aku rela jadi istri kedua kamu Mas. Aku janji akan akur dengan Tyas, berjanjilah setelah menikah dengan Tyas, kamu juga akan menikahiku Mas.""Astaghfirullah, Stefy! Kamu ini benar-benar konyol! Ayo Ma pulang! Abi udah nggak tahan Ma, Stefy benar-benar menguji kesabaran kita. Maaf Stefy, aku bukan benci atau tak suka sama kamu, aku sayang sama kamu, tapi rasa sayang sebagai Kakak pada adiknya. Aku mohon kamu jangan mengartikan yang berbeda! Aku mencintai Tyas, nggak mungkin aku juga menikahi kamu! Kamu jangan seperti ini!" ucapku tegas dengan deru napas memburu.Astaghfirullah! Aku hanya manusia biasa, mana mungkin aku bisa melakukan poligami. Sedangkan mimpiku sejak dulu, hanyalah aku ingin hidup bersama Tyas, sampai nanti menua bersama, membesarkan anak-anak kami bersama-sama kelak. Sebuah impian untuk merajut cinta setiap hari, menggapai ridho Allah, dan mencapai surga Allah bersama. Mana mungkin aku tega menghadirkan orang ketiga dalam rumah t
Read more

Bab 137. di rumah sakit.

"Abian, ayo cepetan!" Pagi-pagi sekali Mama sudah mengetuk pintu kamarku mengajakku ke rumah sakit.Ya, Semalam Stefy mencoba mengiris pergelangan tangan kanannya dengan sebuah pisau.Benar-benar konyol!"Iya Ma, iya! Sebentar!" Aku dengan tergesa-gesa mengenakan kaos dan celana.Semalam aku memutuskan untuk tidur tanpa membuka pesan dari Tante Melia.Dan selepas subuh tadi Mama membangunkanku, menunjukkan sebuah foto Melia sudah tak sadarkan diri dengan kondisi pergelangan tangan kanannya berlumuran darah.Untung saja Tante Melia cepat mengetahui, kalau tidak sudah dipastikan Stefy bisa tak tertolong akibat kehabisan darah.Astaghfirullah! Dia benar-benar nekat. Dan hal ini bukan membuatku makin simpati, yang ada aku justru semakin muak dengan tingkahnya.Maksudnya apa? Dia mau bunuh diri? Begitu? Astaghfirullah, betapa dia sangat pendek sekali cara berpikirnya. Apa dia pikir dengan mengakhiri hidupnya, akan selesai semua masalah? Dia tak menyadari justru hal itu akan jadi titik awal
Read more

Bab 138. Dalang dari penculikan.

Tak ada obrolan lain, Mama mengupas apel dan menyuapi Stefy layaknya anak sendiri. "Aku keluar dulu Ma, sebentar, ini ada telpon dari orang kantor,"di pamitku. Mama mengangguk, aku tak bohong, memang ini ada panggilan masuk dari orang kantor, karena hari ini aku nggak ke kantor."Hallo Rafli, ada apa?""Semua perintah yang Bapak suruh sudah saya kerjakan semua. Semua hasilnya akan saya kirimkan lewat email," ucapnya."Oke, bagus, terimakasih. Nantin saya cek, saya sekarang lagi di rumah sakit.""Baik Pak, dan hari ini Pak Martino ada janji ketemu sama perusahaan Cahaya Makmur, Pak.""Dengan siapa dia bertemu mereka?" "Sendiri Pak.""Bukankah mereka sudah membatalkan rencana kerjasama dengan kita?" tanyaku lagi."Iya Pak, tapi Pak Martin tidak menyerah. Beliau, menerim tawaran untuk membayar lawyer untuk mempermudah perizinannya."Aku tercengang."Astaghfirullah, ini justru akan membahayakan perusahaan kita.""Di kantor nggak ada yang berani melawan Pak Martin, Pak."Aku memijit pel
Read more

Bab 139. Marah

"Bodoh! Kalian berdua memang tolol! Harusnya kemarin kalian habisi saja perempuan sialan itu sekalian! Sekarang dia sudah kembali, bahkan akan segera menikah dengan Abian!" "Ngurus satu cewek aja, Kalian nggak becus! Percuma saya bayar mahal kalian berdua!"Degh! Aku terkesiap. Siapa yang dia maksud? Brakk!Aku menendang pintu kamar rawat ini. Tak peduli jika pintunya rusak. Seketika membuat Stefy terkejut dan langsung menoleh ke arah pintu. Dimana kaki ini melangkah masuk."Mas Abi.""Siapa perempuan yang kamu maksud?" tanyaku seraya menatapnya tajam tepat di kedua matanya yang kini bergerak liar seolah bingung harus menjawab apa."Si–siapa apa maksud kamu Mas?""SIAPA?!" bentakku lagi. Aku masih menatap tajam wajah pucat Stefy seraya berjalan pelan mendekatinya, kini seakan darah di sekujur tubuhku mendidih hingga ke ubun-ubun."Siapa yang kamu maksud? Yang kamu bicarakan di telepon tadi? Hem?!"Wajah Stefy makin pias. Ia sampai gelagapan tak mampu menjawab. Aku merebut ponsel it
Read more

Bab 140. dilaporkan ke polisi.

"Assalamualaikum, Pak Aditama," ucapku seraya mengetuk pelan pintu ruangan Pak Aditama."Masuk!" Terdengar suara dari dalam memintaku untuk masuk. Perlahan aku membuka pintu ruangan, dan langsung terlihat penampakkan sosok penuh wibawa tengah duduk di kursi kebesarannya. Sosok pemimpin yang sangat bijaksana menjadi panutan bagi semua karyawan. Disegani karena ketegasannya dalam memimpin."Duduk Bi."Aku meriah punggung tangan laki-laki yang sudah kuanggap seperti ayahku sendiri. Beliau selalu tersenyum hangat."Ada apa? Kayaknya ada hal yang sangat penting, sampai kamu harus datang kemari di saat jam kerja begini." Pak Aditama menatapku, seolah tahu ada hal penting yang akan disampaikan."Iya Pak. Ini memang hal yang sangat penting. Yaitu soal siapa dalang yang ada di balik penculikan Tyas.""Siapa? Kamu sudah dapat telpon dari polisi?""Saya bahkan mendengar sendiri dia berbincang dengan para penculik itu di telpon Pak. Dan saya langsung membuat laporan pada polisi saat itu juga.""
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status