All Chapters of Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri : Chapter 141 - Chapter 150

158 Chapters

Bab 141. biarkan Stefy belajar tanggung jawab.

"Udah ya Ma, sekarang Abi harus kembali ke kantor, ada banyak kerjaan di kantor yang terbengkalai dari sejak kejadian Tyas di culik. Abian jadi nggak fokus kerja," pamitku, kemudian meraih punggung tangan Mama dan menciumnya takzim."Ya sudah, kamu hati-hati ya.""Iya Ma."Baru saja aku hendak beranjak. Tiba-tiba saja terdengar suara teriakkan dari luar."Abi! Keluar kamu! Abian! Kamu benar-benar nggak punya hati ya! Keterlaluan kamu!""Lho siapa sih, siang-siang begini teriak-teriak di rumah orang," gumamku"Mbakyu! Mana Abi Mbak!" Tiba-tiba saja Tante Melia datang ke rumah dan langsung menerobos masuk ke dalam rumah.Wajahnya merah padam menandakan dia tengah diliputi emosi yang memuncak."Melia. Ada apa sih teriak-teriak begini, ada apa? Sini duduk dulu," pinta Mama meminta Tante Melia untuk duduk di sofa ruang keluarga."Halah sudahlah Mbakyu! Nggak usah pura-pura! Aku datang kesini cuma mau bicara sama Mbakyu dan terutama sama kamu Bi, kamu itu kan laki-laki kok ya, nggak punya s
Read more

Bab 142. Hari Bahagia.

Hari terus berganti, tanpa terasa seminggu bagi hari pernikahan kami. Semua sudah kami serahkan pada wedding organizer terbaik di negeri ini. Selebihnya Mama bantu mengurusnya.Segala persiapan sudah hampir 90% rampung, kartu undangan, sebagian sudah di sebar. Gedung, katering, semua sudah siap hingga gaun pun sudah siap.Aku yang tak sabar menunggu hari itu tiba, menjalani hari terasa begitu lama. Tyas pun tak diijinkan pergi sendiri, kemana-mana harus bersama Bodyguard. Dan sementara waktu dia tidak diijinkan untuk ke kantor sama Pak Aditama. Urusan pekerjaan, 100% di handle Pak Aditama dibantu oleh Nando.Stefy sudah resmi di tahan atas kasus penculikan dan penyekapan. Dia di jatuhi hukuman lima tahun penjara.Dan semenjak itu Tante Melia seolah menghindar dari keluarga kami. Mungkin dia sakit hati atau tak terima Stefy harus mendekam di bui, tapi memang itu kenyataan yang terjadi. Yang bersalah tentu harus di hukum. Hari berganti hari, kini tiba saat dimana aku bersama rombonga
Read more

Bab 143. Gagal.

"Minder Kenapa? Hem? Memangnya aku kenapa?" tanyaku seraya menarik pelan pinggang ramping itu, dan membalikkan tubuhnya. Kini posisi kami saling berhadapan. Aku menahan tubuhku dengan berpegangan pagar balkon, dan dengan lembut kedua telapak tangannya membelai dada bidangku yang masih tertutup kemeja."Kamu itu banyak di kejar wanita, dari mulai Amel, Stefy, terus siapa lagi itu, karyawan kamu yang di Bandung."Bibir mungil berwarna merah ceri itu mengerucut. Membuatku gemas dan ingin sekali aku mengecupnya. Tapi aku tak ingin terlalu terburu-buru. Aku ingin kami berdua menikmati masa-masa seperti ini, saling bicara dari hati ke hati."Ya itu sudah resiko jadi orang ganteng. Memang di kejar banyak wanita, kau harus memaklumi itu."Tyas melirikku dengan alis bertaut. Aku tersenyum."Kenapa? Memang benar kan? Kalau suamimu ini ganteng jadi wajar lah banyak yang suka. Tapi kamu nggak perlu cemburu, sebanyak apapun wanita di luar sana yang mengantri, dan menggodaku. Di hatiku hanya ada k
Read more

Bab 144. Indahnya pengantin baru.

"Maaf, aku sedang datang bulan, Bi."Seketika aku menjatuhkan kepalaku di atas ranjang dan menutupi wajahku dengan bantal.Haduh!"Tapi, bukannya siang tadi kamu salat?" Aku mengangkat bantal yang menutupi wajahku sesaat.Tyas mengangguk."Baru datang tamunya tadi," jawabnya sambil tersenyum."Yah! Aku harus puasa dulu dong, ini!" Kembali aku menutupi wajah ini dengan bantal. Tyas mengangguk kemudian tertawa, seolah ini adalah hal yang sangat lucu baginya.Haduh, nasib, nasib!Padahal aku sudah sangat menunggu momen ini sejak tadi. Hasrat dalam diri memuncak seketika kala mata dan tubuh ini di beri suguhan wanita cantik yang sudah halal untuk disentuh.Aku laki-laki normal, dan kini harus bersabar sampai tamu bulanannya selesai. Tahu kan, bagaimana tersiksanya jadi aku."Bi, kamu kenapa?" tanyanya sambil kembali tertawa."Nggak! Aku nggak apa-apa!" sungutku."Bener nggak apa-apa?" ledeknya, seraya membuka bantal yang menutupi wajahku. Aku merengut menanggapi pertanyaannya. Namun Tyas
Read more

Bab 145. Tak sengaja menabrak.

Tyas Pov.Acara pernikahanku dengan Abian berjalan lancar, meski sebenarnya ada yang mengganjal di hati ini karena Amel tak datang. Meski aku tahu dia tak kan datang, tapi mengapa aku masih menunggunya?Sampai acara selesai Amel benar-benar tak datang. Apa dia benar-benar sudah tak ingin mengenal aku lagi?Sesekali Abian melirikku, kemudian tersenyum, seakan meyakinkan aku bahwa semuanya akan baik-baik saja tanpa kehadiran Amel.Apa yang ia pikirkan tentu saja berbeda dengan apa yang ada di pikiranku.Amel sudah seperti saudara bagiku, kedekatan kami lebih dari seorang temandan kini hubungan kami benar-benar harus berakhir karena cinta segitiga.Sesak. Sungguh dada ini terasa sesak memikirkan itu.Hingga malam hari kami menghabiskan waktu bersama dengan status yang berbeda. Aku bisa melihat sisi lain yang berbeda dari diri Abian. Caranya mengungkapkan perasaannya. Caranya memperlakukan aku. Membuatku bahagia. Aku merasa sangat beruntung memiliknya.Sayangnya malam ini aku tak bisa
Read more

Bab 146. Bertemu Iqbal.

"Hasna!" "Mbak Tyas! Pak Abi!" Gadis itu terkejut melihat kami."Ya Allah Hasna! Kamu nggak apa-apa?!" Aku langsung jongkok untuk melihat Hasna lebih dekat, adakah luka serius di tubuhnya atau tidak."Oh ternyata saling kenal?""Oh, temannya.""Ya, bagus deh."Suara beberapa orang yang melihat kejadian ini."Iya Pak, dia teman kami, terimakasih semuanya, kami akan bertanggung jawab penuh, kok. Akan bawa gadis ini ke rumah sakit. Terimakasih ya semuanya!" ucap Abian kepada beberapa orang yang tengah mengelilingi kami."Apa.ada yang sakit? Ada yang luka! Ya Allah, sekali lagi maafkan kami ya Hasna!" Aku khawatir sekali. "Nggak apa-apa Mbak. Aku nggak apa-apa." "Ayo Mbak bantu, kita ke rumah sakit atau klinik terdekat ya, Na." Aku membantu Hasna untuk bangun."Nggak usah Mbak, nggak perlu ke Klinik, aku nggak apa-apa kok, cuma lecet sedikit ini.""Tapi untuk memastikan, kita harus ke klinik ya! Mbak nggak tenang, takut kamu kenapa-kenapa Hasna, Mbak benar-benar minta maaf nggak sengaj
Read more

Bab 147. Makan malam spesial.

Mas Abi, menarik lenganku keluar dari kantor polisi. Hasna masih di dalam berusaha menenangkan Iqbal."Kamu nggak apa-apa Sayang?" Aku hanya menggeleng pelan. Ucap Mas Abi begitu kami sampai di mobil."Benar-benar gila si Iqbal. Dia yang salah, tapi justru tak merasa. Di hukum di bui bukannya sadar akan kesalahannya, tapi justru semakin parah." Mas Abi menggelengkan kepala."Kita pulang sekarang?" tawarnya."Tapi Hasna, Mas?""Biar nanti dia pulang dengan ojeg online. Sekarang kita pulang, kamu istirahat. Sudah jangan dipikirkan kata-kata Iqbal tadi, Ya!" Mas Abi menarikku dalam pelukannya. Lalu mengecup lembut pucuk kepalaku.Aku masih tak mengerti mengapa Mas Iqbal masih menyalahkan aku atas semua kejadian yang menimpa keluarganya.Padahal itu adalah akibat dari ulahnya sendiri.Mas Abi melajukan mobil ke arah pulang."Mau mampir beli es krim?" tanyanya. Sekarang dia tahu kalau aku sedang badmood atau sedang gundah, aku biasanya membeli es krim untuk mendinginkan kepalaku. Rasa mani
Read more

Bab 148. Mengusut

Abian POV.Pernikahanku dengan Tyas menjadi babak baru yang penuh kebahagiaan. Hari-hari yang kami habiskan setelah pernikahan dipenuhi dengan tawa dan canda, hidup ini terasa sangat sempurna.Setiap hari terasa indah, setiap pagi, kala kubuka mata ini, maka yang pertama kali kulihat adalah senyumannya. Belaian lembut tangannya di pipiku.Setiap detik setiap menit yang berlalu, aku ingin selalu mendekapnya. Terimakasih Ya Allah. Engkau limpahkan segala rasa bahagia ini. Jadikan kami menjadi insan yang selalu bersyukur.Aku akan selalu menjaganya, membahagiakannya, semampu yang aku bisa. Tak 'kan aku menyakitimu. Itu janjiku padamu, Sayang.*"Mas kok bengong? Ayo cepet, mandi, aku tunggu," ucapnya. Membuatku tersenyum. Malam tadi aku menyentuhnya untuk pertama kalinya. Kami berhasil mereguk madu cinta, semoga benihku di dalam sana, segera tumbuh, dan menjadi Abian junior."Ih, malah senyum-senyum!" cetusnya lagi dengan kedua pipi merona. Tyas sudah mengenakan gamis berwarna Baby pink
Read more

Bab 149. Kesaksian supir pribadi Papa.

Pagi ini, aku berkendara sendirian menuju desa tempat Pak Bambang tinggal. Jalan menuju sana berkelok-kelok dan sepi.Aku memastikan kembali alamat yang diberikan Andi. Benar memang jalannya ke sini.Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya aku menemukan rumah Pak Bambang. Aku turun dari mobil, sejenak memandangi rumah sederhana.Setelah beberapa saat, seorang pria tua muncul di balik pintu. Tapi aku bisa mengenalinya—dia adalah Pak Bambang, supir yang selalu setia pada ayahku.Laki-laki itu terpana melihatku ada di sini. Aku langsung melangkah mendekat. "Pak Bambang," sapaku. Dia terlihat terkejut melihatku."Mas Abian ..." suaranya serak, seakan-akan tak percaya melihatku di depan pintu rumahnya."Kenapa Pak Abi, bisa sampai di sini?""Aku perlu bicara, Pak. Tentang ayah."Wajah Pak Bambang pun langsung berubah. Pucat. Seakan ada ketakutan yang melintas di matanya. Dia mempersilakan aku masuk. Setelah kami duduk di ruang tamunya yang sederhana, aku langsung ke po
Read more

Bab 150. Jebakan untuk Om Martin.

"Halo Sayang, aku sekarang bagi diperjalanan pulang ke Jakarta." Aku mengabari Tyas melalui sambungan telepon."Iya Mas hati-hati. Gimana tadi ketemu sama Pak Bambang?""Ketemu Sayang.""Terus?""Nanti aku ceritakan di rumah ya. Assalamualaikum."Panggilan selesai. Aku fokus mengemudi dengan karena jalan berbelok-belok dan berbatu.Aku kembali ke Jakarta dengan menggenggam luka. Kesaksian Pak Bambang, tentu memberi titik terang sekaligus memberikan luka. Betapa Martin sangat jahat. Padahal Papa sudah sangat percaya padanya.Ternyata dia tega mengkhianati kepercayaan Papa. Sungguh ini sakit sekali."Ya Allah Pa. Lihat kan Pa, orang yang selalu Papa bela mati-matian, orang selalu menjadi diri diantara hubungan kita. Ternyata dia adalah orang yang sangat busuk! Brengsek! Awas saja Kau Martino, aku pastikan kau akan mendekam di balik jeruji besi untuk waktu yang sangat lama," geramku, sambil memukul stir mobil beberapa kali.Aku berhasil keluar dari jalan desa, kini melewati jalanan yang
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status