Share

Bab 112. Perasaan Yusuf.

[Yas, apa kau sudah tidur?] tanya Yusuf dalam pesannya.

Aku terdiam.

[Belum. Ada Apa?]

[Ada yang ingin aku sampaikan? Bisa keluar sebentar?]

Apa yang hendak Yusuf katakan?

[Tapi ini sudah malam, aku nggak bisa keluar. Besok jam tujuh pagi di sungai. Sekalian aku mau ke pasar, sama Zaki.]

Sebab aku tak ingin bertemu dengannya hanya berduaan saja. Bagaimanapun aku orang baru di sini, aku juga harus menjaga etika di tanah ini.

Sekalian aku juga hendak pamit pada Yusuf kalau besok sore aku akan kembali ke Jakarta.

[Oke. Istirahatlah, selamat malam]

Aku tak membalas lagi. Aku memutuskan untuk ke kamar, merebahkan tubuhku di pembaringan.

***

Kicau burung mewarnai pagi yang dingin. Ketika aku menoleh ke samping dari arah timur, pancaran sinar mentari berwarna jingga, terlihat gagah, menghias awan putih. Menandakan hari ini cerah, walau udara di sini terasa di dingin.

Aku menarik resleting sweater berwarna biru Dongker yang kukenakan, sambil menunggu Zaki keluar.

Tak lama kemudian Zaki keluar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status