Semua Bab Perjanjian Panas dengan Bos Arogan: Bab 421 - Bab 430

476 Bab

Chapter 422

21++ “Kau gila!” teriak Agatha tepat di hadapan Gio. Gio tersenyum miring. “Sejak lama aku sudah gila,” balasnya. Anggap saja sebagai pembalasan atas rasa sakit Gio melihat Agatha bersama pria lain. Ia tidak tahu bagaimana hubungan Agatha dengan pria itu. “Lepaskan aku,” balas Agatha. Gio mengeratkan pelukannya di pinggang Agatha yang mungil. “Kabur kalau bisa,” balasnya. Agatha memejamkan mata. ia menyerah… Karena mau sebanyak apapun usahanya, Gio tetap berkuasa… Agatha yang sudah tidak memberontak itu, membuat Gio menarik tubuh Agatha dan memeluknya. Gio mengusap punggung Agatha pelan. “Aku tidak menawarimu hal sama dua kali. Jadi, pikirkan hal ini baik-baik,” balas Gio. “Teganya kau bilang seperti ini….” lirih Agatha. “Kau berniat menjadikanku jalangmu kan?” tanyanya. “Aku tidak lebih dari simpanan orang kaya….” Lirih Agatha lagi. “Kau benar-benar jahat..” Gio terdiam….. Perlahan ia merasakan bahunya basah. Agatha pasti menangis. hatinya menciut. Tida
Baca selengkapnya

Chapter 243

Terbangun dengan tubuh yang meringkuk. Agatha menatap sekitar. Ia berada di atas sofa. Tadi malam… Tidak ada yang terjadi selain ciuman. Agatha tertidur di dalam pelukan Gio. Mereka tidur di atas sofa kecil itu dengan posisi saling memeluk. Ketika terbangun, Agatha hanya mendapati dirinya sendirian di sini. Lalu menemukan sebuah kertas. ‘Aku pergi dulu.’ Hanya pesan singkat itu. tidak ada kalimat lain. Agatha bangkit dan menatap jam tangannya. Sebentar lagi ada meeting. Ia akan langsung ke kantor tanpa pulang dulu. “Rami siapkan pakaianku di kantor,” ucap Agatha. Agatha menjalankan mobilnya. “Jangan bertanya. Aku akan segera sampai. Jangan undurkan jadwal rapat. Kita harus rapat evaluasi.” “Baik, bu.” Agatha menatap ke depan. Mengarahkan kaca spion pada dirinya. Ada banyak kissmark yang tercetak di lehernya. “Aku harus menutupinya,” ucap Agatha. sayangnya tidak ada apapun yang bisa menutupi lehernya. Rambutnya juga pendek. Sesampainya di kantor, Agatha tidak langsung
Baca selengkapnya

Chapter 224

“Kenapa tadi malam kamu menghilang?” tanya Ethan pada anaknya. “Kamu bukan anak kecil Gio…” Ethan menatap Gio dengan helaan nafas panjang. “Di acara sepenting itu kenapa kamu malah menghilang?” “Kenapa di acara sepenting itu Papa malah membuat keputusan konyol?” tanya Gio. “Kenapa di acara sepenting itu memalakukan diriku dengan mengumumkan pernikahan yang tidak aku sukai?” tanyanya. Ethan menatap putranya. “Papa melakukannya untuk kebaikan kamu,” ucapnya. Gio menggeleng. “Aku tidak mau.” “Gio… “ panggil Ethan. “Kamu ini satu-satunya pewaris Winston. Papa yakin kamu bisa memegang perusahaan. tapi untuk meneruskan perusahaan kamu butuh keturunan.” Gio menutup mata sebentar. “Aku akan memberi Dad keturunan. Tapi batalkan perjodohanku dengan Jihan. Aku tidak menyukainya.” “Apa yang kamu rencanakan?” tanya Ethan. “Kamu tidak berencana menyewa rahim wanita bukan?” tanyanya. “Papa berpikir sejauh itu?” tanya Gio. “Papa juga pernah mudah. Papa pernah berpikir seperti kam
Baca selengkapnya

Chapter 425

Agatha tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Ia harus melibatkan seseorang untuk mengambil keputusan yang terbaik. Agatha tidak ingin salah langkah lagi. Untuk itu ia akan bertemu dengan pak Rudi untuk meminta saran. Hari ini di sebuah restoran tertutup. Agatha tidak tahu kenapa tiba-tiba ingin bertemu di tempat yang tertutup. Biasanya mereka bertemu di kafe terbuka. “Sudah lama menunggu saya?” tanya Agatha. Ia melihat pak Rudi lebih dulu di dalam ruangan. Pak Rudi menggeleng. yang pasti mimik wajah pak Rudi berbeda dari biasanya. Terlihat lebih serius. “Apa yang terjadi?” tanya Agatha. “Kenapa anda terlihat sangat berbeda dengan terakhir kali kita bertemu?” tanya Agatha. Pak Rudi menggeleng lagi. “Seharusnya aku yang bertanya seperti itu pada kamu Agatha. apa yang terjadi sampai kamu ingin bertemu dengan saya?” tanyanya. Pak Rudi memandang Agatha. “Kamu sudah menjalankan rencana kita?” Agatha mengangguk. “Aku sudah mendekati Gio….” Lirih Agatha. Agatha terdiam. apaka
Baca selengkapnya

Chapter 426

Agatha berjalan keluar dari restoran. Ia menghela nafas pelan. Memijit keningnya yang terasa pening. Ia berjalan ke jalan raya. Ia akan pergi membeli soda sebentar. Melihat lampu yang sudah berubah menjadi hijau bagi pejalan kaki, Agatha melangkah. Berjalan pelan—sampai akhirnya ia berhenti karena kepalanya yang terasa berputar. Agatha berhenti tepat di tengah jalan…. Memegang kepalanya sendiri. TIIIIIIIIT TIIIIIIIIT Bunyi klakson yang begitu keras. Agatha tidak tahu—mobil di hadapannya itu terasa semakin dekat. Sorot lampu semakin tajam dan membuat pandangannya semakin mengabur. Agatha hanya pasrah saat mobil yang berjalan begitu cepat ke arahnya. Namun—ketika ia bersiap akan ditabrak. Tubuhnya justru ditarik oleh seseorang. “Kau gila?” tanya seorang pria marah-marah. “Kau gila?” tanyanya sekali lagi. “KENAPA KAU BERDIRI DI TENGAH JALAN SEPERTI ITU?” teriaknya kian marah. Gio mengguncang bahu Agatha. seolah menyadarkan perempuan itu. Mobil Gio berada
Baca selengkapnya

Chapter 427

Agatha terbangun. Ia menatap sekitar…. Di mana? Ini bukan kamarnya? Tapi ini tidak asing. Agatha mengedarkan pandangannya… Kemudian menatap dirinya sendiri—kedua matanya melebar. “Kenapa—” Agatha mengingat dengan jelas kejadian tadi malam.. Kenapa pakaiannya berganti..Apa Gio yang menggantikan pakaiannya?“Bukan aku.” Gio datang dari arah pintu. Pria itu membawa nampan yang berisi bubur dan obat. Gio menaruhnya di nakas samping ranjang. “Maid yang menggantikan pakaianmu.” Gio mengambil duduk di samping ranjang Agatha.Agatha bangkit—ia menatap Gio. “Ini di rumahmu ya?” tanyanya. “Hm.” Gio mengangguk. “Tadi malam kau pingsan dan aku memutuskan untuk membawamu ke sini agar kau bisa dirawat dokter pribadiku.” Agatha mengusap kepalanya sendiri. “Seharusnya kau mengantarkanku pulang saja.” Agatha menurunkan kakinya ke bawah. Tangan Gio terlentang menghalanginya. “Kau tidak boleh pulang sebelum sembuh.” Agatha menyipitkan mata. “Aku harus bekerja.” “Ini weekend. Kau bisa ber
Baca selengkapnya

Chapter 428

Agatha termenung di dalam kamar. Gio pergi karena ada urusan yang mendadak. Penjelasan pria itu cukup memukul dirinya. Apakah kesakitan Gio benar-benar diakibatkan karenanya? Agatha meremas tangannya pelan. Ia berdiri dan mondar-mandir dengan gelisah. Belum sempat ia ingin bertanya, Gio sudah lebih dulu pergi. Tok tok!Pintu diketuk. Agatha menoleh—kemudian tak lama pintu dibuka. “Bagaimana keadaanmu?” tanya seorang wanita yang muncul di balik pintu. Itu Anggun. Agatha mendekat—ia langsung memeluk Anggun. “Sudah lama sekali..” ucapnya. Ia kira hanya ada Anggun, ternyata ada Yaya juga.. Dan ia menyipitkan mata melihat satu orang wanita yang tengah tersenyum. “Kenapa kau ada di sini?” tanyanya pada Mina. Mina berdecak pelan. “Itukah kalimat pertama yang kau ucapkan pada sahabatmu yang tidak pernah kau hubungi selama ini?” tanya Mina. Agatha memeluk Mina dan Yaya bersamaan. “Maaf-maaf..” ucapnya. “Sombong.” Mina berdecak pelan. “Dasar sombong!” teriak Mina. Mina mengus
Baca selengkapnya

Chapter 429

21++ Gio menarik tengkuk Agatha dan mencium bibir wanita itu. Agatha mendongak—kedua tangannya mengalun di leher Gio. Agatha membalas setiap pangutan di bibirnya. membuka bibirnya agar Gio bisa mengakses lebih dalam ciuman mereka. Jemari Gio mengusap pelan pinggang Agatha. Perlahan naik—mengusap dada Agatha yang masih terbalut dengan dress. “Ah!” Agatha meremas bahu Gio. “Kau suka?” tanya Gio tepat di samping telinga Agatha. “Jangan lupa kau harus melindungiku,” ucap Agatha. “Lindungi aku dan jangan biarkan aku mati dibunuh mereka.” Gio mengernyit—pergerakannya terhenti. Namun jarak mereka masih begitu dekat. “Mereka siapa yang kau maksud?” tanya Gio. “Mereka yang membunuh keluaragaku,” ucap Agatha. Jemari Gio terulur mengusap kening Agatha. “Aku akan melindungimu.” Telunjuknya turun ke bawah—ke bibir Agatha. Masuk ke dalam bibir Agatha. dua jemarinya membelai lidah Agatha yang basah. Agatha memejamkan mata—mengikuti nalurinya. Ia menghisap dan meluma
Baca selengkapnya

Chapter 430

21++ Gio tidak main-main dengan ucapannya yang ingin menyentuh Agatha sepenuhnya dan seluruhnya. Jemarinya bergerak di dalam milik Agatha yang sudah basah. Agatha mencengkram tangan Gio yang berada di dadanya. Kepalanya bergerak ke sana ke mari. Remasan di dadanya kain kuat dan gerakan jemari Gio di bawah kian cepat. Gio membiarkan Agatha menjemput kenikmatan. Tubuh Agatha melengkung dan bergetar hebat. seiring dengan perasaan lega dan aneh… Agatha mengatur nafasnya yang terasa habis. Gio mengangkat pinggang Agatha agar wanita itu bangun. Gio berdiri sedangkan Agatha berada di bawahnya. Gio mengangkat dagu Agatha. “Lakukan tugasmu.” Mengambil tangan Agatha dan mengarahkannya ke miliknya yang panjang dan besar. Miliknya telah berdiri dengan sempurna karena menunggu sentuhan Agatha. Agatha memegangnya dengan ragu. Akhirnya ia memegangnya dan memijatnya. Gio menyelipkan helaian rambut Agatha ke belakang. “Gunakan bibirmu..” Agatha mendekat—memberanikan diri un
Baca selengkapnya

Chapter 431

Tubuh yang terasa begitu remuk. Agatha terbangun lebih dulu. Ia mengernyit perlahan. Melihat jendela yang sudah memancarkan sinar matahari. Agatha menoleh ke samping. Gio sudah tidak ada. Melihat jam dinding—waktu sudah menunjukkan pukul setengah 8. Setengah jam lagi adalah waktunya bersiap untuk berangkat ke kantor. Agatha bangkit dan melilit selimut di tubuhnya. Mengambil ponselnya. menerima banyak sekali panggilan dan pesan dari sekretarisnya. “Halo..” Agatha menjawab. “Miss saya mau mengingatkan kalau kita pagi ini ada rapat evaluasi dengan pusat. Sebelum itu kata anda kita harus melakukan meeting sebentar.” Agatha mengangguk. ia mengusap rambutnya yang berantakan. “Hm. Aku mengingatnya. Tapi mungkin aku telat. Aku tidak bisa tepat waktu kali ini.” “Saat aku sampai—” Agatha terpekik saat tubuhnya di peluk dari belakang. Hembusan segar nafas Gio mengenai tengkuknya. Agatha membiarkannya saja. “Saat aku sampai—” Agatha menoleh dengan kesal. “Diam dulu!” dengan menjau
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
4142434445
...
48
DMCA.com Protection Status