Agatha mengikuti rapat.. Yang tentunya terisi oleh semua pemimpin anak perusahaan. Semua melaporkan perkembangan perusahaan yang dimpimpin masing-masing. Giliran Agatha selesai. Meski ada beberapa yang tidak setuju dengan caranya mengembangkan perusahaan. Tapi Agatha bisa mengatasinya. Buktinya pendapatkan perusahaannya meningkat. Dan kepercayaan publik pada perusahaannya kian besar. Sekarang…. Agatha menatap seorang pria yang sedang menjelaskan di depan sana. Anak Levin… Leonard. Pria itu menjelaskan kenapa bisa pendapatan perusahaan yang dipimpinnya selalu turun. Agatha menguap..... Seperti sedang didongengi. “Jadi kesimpulannya adalah alasan kenapa pendapatan bisa turun karena nasabah muda enggan berinvestasi lagi. karena, munculnya bank-bank yang membakar uang di awal, menawari mereka bunga yang tinggi sehingga mereka menarik tabungannya dari sini dan di taruh pada bank itu?” tanya Agatha. Leonard mengangguk. “Iya. Tapi kami berusaha untuk tetap mempert
21++ “Apa yang kau lakukan di sana?” tanya Agatha. Gio menarik kursi Agatha. “Kau ingin tahu?” tanya Gio. Bukannya menjawab malah balik bertanya. Agatha menoleh ke samping. Untungnya restoran ini sepi. Meski tidak sepenuhnya sepi, masih ada beberapa orang yang tengah makan di sana. Agatha menyipitkan mata. “Makan saja. Aku malah berdebat,” ucapnya. Gio berdecak. “Jika kau ingin tahu…” Menunjuk pipi kirinya. “Hanya itu?” tanya Agatha curiga. Gio mengangguk. Agatha mendekat dan… Bukan mencium pipi Gio, melainkan mengecup bibir pria itu. “Lebih dari cukup kan?” tanya Agatha. Tangan Gio terangkat mengusap rambut Agatha. “Bagus.” “Aku di sana untuk berinvestasi….” Ucapnya. “Kau berinvestasi padanya?” tanya Agatha. tiba-tiba merasa marah. “Tadi kita baru saja rapat evaluasi. Kau tahu apa yang terjadi? Pendapatannya turun. pendapatannya turun semenjak diambil alih oleh Leonard. Dan kau ingin menanamkan sahammu di sana?” tanya Agatha. “Kau tidak mencari tah
21++ Agatha kembali pada rutinitasnya. Tadi.. Pikirannya menjadi kotor semenjak mereka bercinta. Agatha tidak bisa menahan senyumnya ketika melihat Gio bergerak menghujamnya dengan keringat. Apalagi tubuh pria itu sangat kekar dan mendekap tubuhnya. Dengan permainan yang dominan dan membawa dirinya ke dalam kenikmatan yang tiada tara. Agatha menatap dirinya di depan cermin. Semakin banyak tanda yang dibuat pria itu. Semakin bekerja keras pula ia menutupi tanda-tanda itu. Agatha menggeleng pelan. Ia mengambil ponselnya dan membuka satu pesan dari Gio. [Kau sudah sampai?] [Aku sudah sampai] Agatha tersenyum. [Kirimi aku fotomu] Agatha menggigit bibirnya sebelum mengarahkan kamera pada dirinya. Kemudian tersenyum. lalu mengirimkannya pada Gio. [Kau menggodaku?] tanya Gio. Agatha menggeleng. lalu pria itu mengiriminya foto. Agatha memejamkan mata dan menahan napasnya ketika tahu Gio mengirimkan foto apa. Foto celana pria itu! milik Gio yang tengah tegang.
Sudah begitu larut—tapi Agatha masih begitu betah berada di dalam ruangannya. Ia juga sudah menyuruh sekretarisnya untuk pulang. Agatha keluar saat semuanya sudah sepi. Bahkan lampu kantor sudah dipadamkan. Agatha berjalan ke parkiran… Tapi ia merasa ada yang mengikutinya. Namun di saat ia menoleh—tidak ada siapapun. Agatha menggeleng pelan—ia belum melihat mobil sopirnya. “Hari ini aku harus pulang dulu,” ucap Agatha pada ponselnya. Gio meneleponnya dan menyuruhnya untuk pulang ke mansion pria itu saja. “Tapi aku merindukanmu,” ucap Gio. Agatha mengerucutkan bibirnya. “Aku sudah mencari apartemen di dekat kantorku. Aku akan pindah besok. Kita bisa bertemu dan menghabiskan waktu di sana.” “Kau membuat semuanya rumit Agatha,” ucap Gio. “Pulang ke mansionku semuanya akan beres.” “Beres apanya?” tanya Agatha. “Jarak mansion dengan kantorku jauh. Lagipula aku juga harus berhati-hati.” Agatha terdiam sesaat. “Kau lupa statusmu adalah tunangan orang? Sudah seharu
“Bagaimana?” tanya Agatha. Berada di sebuah Apartemen yang masih kosong. Ada beberapa kardus yang berisi barang-barang Agatha di sana. Agatha tidak memilih sendiri, apartemen ini dipilihkan oleh sekretarisnya. Kata Rami, Apartemen ini adalah Apartemen yang paling bagus dan paling dekat dengan kantor.Hanya membutuhkan waktu 3 menit dari kantor ke sini. “Tidak terlalu bagus.” Gio menatap Apartemen baru Agatha. “Kurang luas..” lirihnya. “Bagaimana kau akan tinggal di sini?” tanyanya. “Kamarnya hanya ada satu.” “Pergilah ke Apartemenku. Di sana ada banyak kamar, kau bisa menjadikan kamar-kama di sana sebagai ruang untuk bekerja.” Agatha mengembuskan nafas lelah. “Lalu?” tanyanya. “Aku numpang tinggal begitu?” Gio menyipitkan mata. “Itu milikku, aku bisa membalikkan nama atas namamu jika kau keberatan tinggal di sana karena masih milikku.” Agatha menggeleng. “Sangat buruk.” “Di sini sudah paling pas. Aku tidak perlu melakukan perjalanan panjang untuk pulang. juga…. Lingkungan d
21++ “Hm..” Gio mengangguk. “Aku akan mengingatnya.” Gio menarik tengkuk Agatha dan mencium bibir wanita itu. Menarik pinggang Agatha hingga tubuh mereka benar-benar menempel. Gio mengusap paha Agatha pelan—sampai jemarinya masuk ke dalam rok yang digunakan Agatha. “Kau masih menggunakan rok pendek…” Agatha dengan nafas yang terengah menjawabnya. “Rok ini sudah panjang…” lirih Agatha. Gio mengecup leher Agatha. menggigitnya lagi… Sehingga menimbulkan bekas dan tanda lagi. Agatha tidak bisa mencegahnya. Karena di bawah sana jemari Gio sudah bertindak agresif. Gio mengusap miliknya perlahan. “Kau menginginkannya sekarang?” tanya Agatha. “Hm. Aku menginginkanmu sekarang.” Gio menaikkan tubuh Agatha ke tubuhya. Kedua kaki Agatha melilit di pinggang Gio. Gio membawa Agatha ke dalam… Mereka masih saling memangut sama lain. Gio menurunkan tubuh Agatha di atas meja yang masih kosong. “Semakin menyentuhmu. Semakin aku tidak bisa berhenti,” ucap Gio melepaskan p
Hanya dalam hitungan bulan… Pendapatan Harper Advertise melejit tinggi. Banyak para investor yang tertarik menanamkan saham di sana. Agatha sendiri sebagai pemimpin merasa kerja kerasnya berhasil. Semuanya juga berkat karyawannya yang telah bekerja keras bersamanya. Untuk itu Agatha ingin mengadakan pesta kecil-kecilan bersama mereka. Nanti, Agatha sudah meminta pada Rami untuk mengatur agar mereka semua bisa makan bersama. “Ada brand sepatu yang terkenal ingin masuk ke pasar sini. mereka ingin tertarik menggunakan jasa kita. tapi mereka ingin bertemu dengan bu Agatha..” ucap seorang pria melaporkan hal itu pada Agatha. Agatha mengambil dokumen yang dibawa oleh pria itu. “Ada berapa?” tanyanya. “Ada tiga. Semuanya sepatu merek mewah dan kelas ke atas. kita pernah menanganinya…” “Tapi, kita gagal karena kebanyakan dari mereka kecewa.” “Kecewa karena apa?” tanya Agatha. “Kita gagal menarik para kelas atas untuk membeli. Promosi yang kita lakukan dianggap gagal
Gio itu pintar membuat kesepakatan. Semua pegawai menyetujui Gio ikut makan malam, karena Gio akan memberikan mereka sebuah voucher makan di Winston. Saat ini Agatha dan Gio duduk di bangku yang bersebelahan. Di depan sebuah meja panjang yang terisi oleh makanan. Di sekeliling mereka pegawai Agatha. Canggung, sudah pasti. Tapi Agatha juga enggan mencairkan suasana. Sampai seorang pria yang bernama Yoga itu mengangkat gelas yang terisi oleh air putih. “Cheers!” Semua akhirnya mengikuti Yoga. “Cheers!” “Karena malam ini sebagai perayaan Harper Advertise kembali berjaya…” Rami menatap Agatha. “Mari kita sambut ibu Agatha untuk mengucapkan sepatah atau dua patah kata…” Agatha mengambil sebuah botol minum yang disodorkan Rami padanya. Ia akan menganggap botol minum itu adalah mic. “Tidak banyak yang akan aku katakan…” Agatha menatap satu persatu pegawainya. “Aku sangat bersyukur menjadi bagian dari Harper Advertise. Sebenarnya aku datang tidak berharap banyak. T
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
21++ “Sayang ahh ohhh!” Gio menekan miliknya ke dalam mulut Agatha. Membuat Agatha terdorong sampai membentur pantry. Tapi untungnya telapak tangannya bergerak dengan cepat melindungi belakang kepala Agatha. Agatha melakukan tugasnya—membuat Gio semakin tergila-gila dengannya. Agatha pastikan, Gio akan semakin menyukainya. “babe..” Gio menggerakkan pinggulnya maju mundur. “Ahh babe… kau nikmat ohh!” Gio menarik Agatha kemudian menyatukan miliknya ke dalam milik Agatha. Menarik satu kaki Agatha—membawanya ke atas. Kemudian pelan-pelan menghujam milik Agatha. Tubuh Agatha terguncang.. kedua dadanya bergerak dengan pergerakan pria itu. Agatha hanya bertopang pada meja pantry sementara Gio yang terus menghujamnya. Gio menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya. kembali menghujamnya dari belakang. Salah satu tangannya di bawa ke belakang. Gio memang mengendalikan permainan ini. Tidak berhenti sebelum dirinya puas. Meskipun Agatha kelelahan. Tapi Agatha merutuk or
21++ “Kau ingin kita menjadi apa?” tanya Gio. Agatha mengedikkan bahu. Dasar tidak peka. Agatha menggerutu dalam hati. “Lupakan saja.” Agatha mengalunkan tangannya di leher Gio. “Tapi aku berterima kasih karena kau mau melakukan hal sebanyak itu. Aku hanya tidak menyangka kau melakukannya untukku.” Gio mengusap pinggang Agatha pelan. “Jika kau menurut, aku akan melakukan apapun…” Jemarinya mengusap bibir bawah Agatha. “Menurut padaku… kau akan mendapatkan keuntungan lebih banyak.” Agatha mengernyit. “Aku sudah menurut…” Gio tersenyum miring. “Tidak sepenuhnya.” Agatha berpikir lebih dalam. Ia sudah menuruti keinginan Gio. Semuanya…. Lalu apa yang diminta oleh pria itu. Agatha pun tidak tahu apa arti kata menurut itu di bagi Gio. Agatha mengedikkan bahu. “Aku merasa, aku sudah menurut dan melakukan apapun yang kau mau.” “Itu menurutku tapi tidak bagiku.” Gio benar-benar membuatnya bingung. Agatha perlahan naik ke atas pangkuan pria itu. Kemudian memiri
Ketika masuk ke dalam penthouse. Agatha disambut oleh bau masakan. Ketika melhat dapur—ia melihat pria yang tampan sedang memasak. Dengan lengan kemeja yang dilipat sampai siku. Pria itu terlihat fokus memasak. Entah apa yang dimasak. Gio hanya menatap Agatha sekilas dan kembali memasak. “Kau sudah pulang?” tanyanya. Agatha mengangguk. Gio mengacuhkannya. Agatha mendekat dan memeluk pria itu dari belakang. Memeluk pinggang pria itu dengan kedua tangannya. Agatha menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. “Jangan menggangguku. Aku akan menyelesaikannya dahulu.” Alhasil Agatha diam—tapi dia masih memeluk pria itu. Jadi, Gio memasak dengan Agatha yang selalu mengekorinya. Mengaduk masakannya—sampai menyajikan masakannya. Agatha masih menempel padanya. setelah itu barulah Gio memutar tubuhnya. “Ada apa?” tanya Gio. “Tapi sebelum kau berbicara, lebih baik makan dulu. aku yakin ada banyak yang ingin kau bicarakan.” Agatha menyipitkan mata. Kemudian mengambil duduk
Agatha baru saja menyelesaikan rapat bulanan bersama pegawainya. Ia masuk ke dalam ruangannya. Menerima satu telepon dari pak Rudi. “Apa anda sudah menyiapkan semua hal yang aku butuhkan?” tanya Agatha. Pak Rudi mengangguk. “Aku sudah menyiapkan berkas-berkasnya.” “Bagaimana dengan orang-orang?” tanya Agatha. “Apa aku harus menjilat mereka?” “Tidak usah. Gio sudah mengurusnya.” Agatha mengernyit. “Bagaimana?” tanya Agatha yang bingung. “Dia tidak memberitahuku apapun.” “Gio melakukan apapun untuk membantumu.” Agatha masih tidak mengerti. ia berdiri dari duduknya. Kemudian berkacak pinggang. “Aku tidak mengerti. Aku hanya meminta padanya untuk melindungiku dan memihakku ketika rapat diadakan. Apa dia bertindak sangat jauh?” “Benar. Dia bertindak sangat jauh. Itu dilakukannya untuk membantumu.” Agatha megusap wajahnya kasar. “Bagaimana dia melakukannya.” “Tunggu!” Agatha menggeleng pelan. “Apa anda berbicara dengan Gio.” “Ya. Aku berbicara dengannya. dia menje