21++âTernyata banyak yang suka denganmu yaâĶâ gumam Gio yang berada di belakang Agatha. Agatha berdecak pelan. âMemang.â Agatha menoleh ke belakang dan mengibaskan rambutnya. âAku cantik dan menarik. Siapapun juga akan tertarik denganku.â Gio menyipitkan mata. âOh kau terlihat senang sekali.â Agatha mengedikkan bahunya. âAku senang karena ternyata punya penggemar banyak di kantor.â Agatha tertawa melihat raut wajah Gio yang terlihat kesal sekali. âKau marah?â tanya Agatha. âSeberapa banyak apapun yang suka denganku. Aku tetap terjebak denganmu dan tidak bisa ke mana-mana. apa kau belum puas?â Mereka masuk ke dalam ApartemenâĶ Agatha menghidupkan saklar lampu. Ia menoleh pada Gio yang masih berdiri di pintu. âKau akan pulang?â tanya Agatha. Ada perasaan yang sulit dijelaskan. Tapi Agatha tahu ia tidak ingin Gio pulang. Ingin pria itu tetap di sini bersamanya. âAku akan melakukan sesuai keinginanmu.â Gio mendekat dan menarik pinggang Agatha. âJadi kau ingin aku
Hari ini adalah jadwal Agatha untuk bermain golf. Seperti biasa ia selalu datang lebih awal. Disusul pak Beni dan yang terakhir adalah pak Robert. âAku dengar perusahaanmu semakin maju,â ucap pak Beni. âKau pintar juga yaâĶâ Agatha tersenyum bangga. âAku kan muridmu, pak.â Pak Beni menggeleng pelan. âAku tertarik menanamkan modalku di perusahaanmu.â Agatha menoleh. âSemakin banyak orang yang tertarik dengan perusahaanku. Semakin lelah pula aku.â Pak Beni tertawa pelan. âAgatha..â panggil pak Beni. âSebenarnya..â Agatha menyipitkan mata dengan curiga. âKenapa?â âSebenarnyaâĶ keponakanku baru saja pulang dari Amerika. Kau cobalah bertemu dengannya. Dia tampanâĶ juga belasteran seperti tipemu. kau tidak akan menyesal jika bertemu dengannya.â Agatha berdecak. âAku sudah punya.â âApa?â tanya Pak Robert. âBagaiman dengan anakku? Kau pasti memberi harapan palsu padanya.â Seorang pria yang baru saja datang tapi langsung marah-marah. Agatha tertawa. âYaaa mau bagaimana lagi, p
Sudah lama sekali Gio tidak pergi bermain golf. Ia sendiri tidak yakin bisa melakukannya. Namun, ia ingin melihat bagaimana aktivitas Agatha di sini. Ia juga ingin tahu teman-teman wanita itu ketika di sini. Untuk itu Gio datang meski sebenarnya tidak pernah bermain. âSenang melihat anda, pak.â Pak Robert menyambut Gio dengan pelukan hangat. Gio tersenyum tipis. âKebetulan sekali ada kalian di sini,â balas Gio sembari melirik Agatha. Agatha ikut tersenyum. ia akan berpura-pura biasa sajaâĶ âSaya boleh bergabung di sini?â tanya Gio. âTentu saja.â pak Beni mengangguk setuju. Pada akhirnya. Gio duduk bersama mereka. ia berdiri dan melakukan pukulan yang pertama. Agatha tidak bisa menahan tawanya. Baru kali ini melihat Gio yang konyol. Pria itu melakukan pukulan asal-asalan tidak ada teknik sama sekali. Pak Robert mengangguk. âTidak masalah..â âPemula memang harus sering belajar supaya bisa.â Pak Robert memanggil Agatha. âDaripada kamu mentertawakan pak Gio, l
Setelah masuk ke dalam mobil. Agatha langsung ditarik Gio dan dicium pria itu tanpa jeda. âKau belum memberitahuku.â Agatha memukul dada Gio. Ia menunjuk Gio dengan jari telunjuknya. âJangan menciumku sebelum kau memberitahuku.â Agatha menunjukkan wajahnya yang marah bercampur kesal. âAku hanya ingin mengatakan. Berteman secukupnya. Kau harus tahu batasannya. Jangan memberitahu mereka semua hal. Apalagi sampai mereka ikut terlalu masuk ke dalam perusahaanmu.â Agatha masih belum mengerti. Agatha memejamkan mata sebentar. âBeritahu aku yang jelas. Kenapa? bukankah lebih bagus kalau mereka memang menanamkan sahamnya di perusahaanku. Dengan begitu, nanti aku selain mendapat modal. Aku juga mendapat dukungan dari mereka.â âKau memang masih polos.â Gio mengusap puncak kepala Agatha. Gio memandang Agatha. seperti ingin mengatakan sesuatu namun ditahan. âJangan seperti iniâĶâ agatha belum puas mendapatkan jawaban dari Gio. âJelaskan padaku semuanya.â Gio menunjuk pipi k
âApa yang kau rencanakan?â tanya Agatha. Gio menatap Agatha sebentarâĶ Kemudian mengusap pipi wanita itu. âApapun yang aku rencanakan. Semuanya untukmu. Kau tidak perlu tahu. Aku tidak ingin menambah beban pikiranmu.â Agatha menggeleng. âTidak menambah beban pikiranku tapi kau menambah beban pikiranmu sendiri.â âAku tidak masalah. Jantungku juga sehat. Aku bisa berpikir lebih banyak untukmu.â Agatha berdecak entah darimana pria itu belajar merayu. Gio menoleh ke belakang. Mengambil sebuah paper bag. Memberikannya pada Agatha. âApa ini?â tanya Agatha. tangannya bergerak membuka paper bag tersebut. Isinya adalah sebuah jam tangan.. Jam tangan hadiah dari membeli sebuah telepon kuno. Agatha mengambil jam tangan itu. âKau memberikan jam tangan ini padaku?â Gio mengangguk. âTentu saja. kau juga terlihat suka melihatnya.â Agatha mengambil jam tangan itu dan memasangkannya di tangan. Tapi karena kesusahan. Akhirnya Gio membantunya. Akhirnya jam tangan itu terpasa
Agatha terbangun dari tidurnya saat mendengar bunyi bel. Ketika melihat sekarang pukul 3 pagi. Agatha berjalan ke arah pintuâkemudian melihat dari sebuah layar. Tidak ada siapa-siapa. Tapi ketika ia berbalik dan hendak kembali ke kamarnya, suara belnya kembali terdengar. Akhirnya Agatha membuka pintu apartemennya. Tubuhnya sedikit keluarâmenatap ke kanan dan ke kiri. âSiapaâĶ.â suara Agatha terdengar sedikit keras. âAkhh!â Agatha berteriak karena bahunya di pegang dari belakang. Agatha menghela napas lega saat Gio berada di belakangnya. Gio menatap Agatha dengan heran. Tangannya segera menarik kembali pintu Apartemen. âApa yang kau lakukan di sini?â tanya Gio. âSeharusnya kau pergi tidur lebih lama.â Agatha menatap Gio. âTadi aku mendengar bel berbunyi. jadi aku memutuskan untuk keluar. tapi tidak ada siapapunâĶ.â Gio mengernyit. âTidak ada siapapun?â tanyanya. Agatha mengangguk. ia mengusap rambutnya pelan. âAku tidak yakinâĶ tapi aku mendengar dengan jelas
Agatha datang ke rumah sakit bersama Gio. Di sanalah ia melihat istri Rudi yang sedang terduduk dengan lesu. Agatha menghela napas dan terdiam sebentar. Gio menoleh ke samping dan menatap Agatha yang terlihat begitu sedih bercampur kecewa. Gio yakin bahwa Agatha sekarang sedang menyalahkan diri sendiri atas kecekalaan itu. Gio mengambil tangan Agatha dan menggenggamnya. Agatha menatap tangannya sebentar sebelum melangkah mendekat. âAgatha?â tanya Raisa istri Rudi. Agatha mengangguk. âBagaimana keadaan pak Rudi, bu?â âRudi masih dirawatâĶ dia mengalami beberapa luka parah. Dia mengatakan padaku saat terjadi sesuatu dengannya. aku harus menghubungimu.â Agatha mengusap rambutnya kasar. âBagaimana dia kecelakaan?ââApa dia ditabrak mobil?â tanya Agatha. Raisa mengangguk. âPolisi bilang, ada mobil yang melaju sangat kencang sampai menabrak mobil Rudi.âAgatha langsung terduduk dengan lemas. Semua orang yang berada di sampingnya menjadi incaran. Agatha menatap Gio yang kini tengah
âBagaimana keadaanmu?â tanya Agatha. Pak Rudi berbaring di atas ranjang rumah sakit. Kepalanya diperban dan kakinya digips. Agatha meringis pelan. ia pernah berada di posisi seperti itu. Jadi ia masih terbayang dengan rasa sakitnya. âLumayanâĶ.â Pak Rudi tersenyum. Agatha mengambil duduk di kursi samping ranjang pak Rudi. âMulai sekarang jangan membantuku pak. Aku tidak ingin membuatmu menderita.â âApalagi sampai membahayakanmu.â âBagaimana bisa?â tanya Pak Rudi. âAku sudah berjanji pada kakakmu untuk membantumu. Aku tidak bisa berhenti sebelum kau mencapai tujuanmu.â âJangan membahayakan dirimu. Aku akan berusaha semampukuâĶâ âKau tidak akan bisa. Kau baru bergabung di perusahaan berapa bulan. pengalamanmu tidak akan cukup untuk melawan orang-orang seperti mereka.â pak Rudi menatap Agatha. âAku tidak akan membantumu secara terang-terangan. Kita harus menjaga jarak agar mereka mengira aku tidak akan membantumu lagi.â Baiklah Agatha tidak bisa membantah perkataan pak
GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpanâĶ Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. âKenapa dad di sana?â tanya Aiden mengernyit. âDad ingin membuang motorku?â tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. âWarnanya bagusâĶ helmnya juga cocok.â Gio tersenyum. âKamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?â kemudian mengangguk. âMotornya bagus.â Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. âApa yang terjadi dengan Dad?â Gio mengusap pelan bahu anaknya. âDad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamuâĶâ âDad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahanâĶâ Gio tersenyum. âDad seharusnya memuji kamu daripada
GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpanâĶ Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. âKenapa dad di sana?â tanya Aiden mengernyit. âDad ingin membuang motorku?â tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. âWarnanya bagusâĶ helmnya juga cocok.â Gio tersenyum. âKamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?â kemudian mengangguk. âMotornya bagus.â Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. âApa yang terjadi dengan Dad?â Gio mengusap pelan bahu anaknya. âDad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamuâĶâ âDad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahanâĶâ Gio tersenyum. âDad seharusnya memuji kamu daripada
GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpanâĶ Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. âKenapa dad di sana?â tanya Aiden mengernyit. âDad ingin membuang motorku?â tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. âWarnanya bagusâĶ helmnya juga cocok.â Gio tersenyum. âKamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?â kemudian mengangguk. âMotornya bagus.â Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. âApa yang terjadi dengan Dad?â Gio mengusap pelan bahu anaknya. âDad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamuâĶâ âDad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahanâĶâ Gio tersenyum. âDad seharusnya memuji kamu daripada
âPuas membuat kawatir orang tua? Puas bermain-main dengan acara penting?â tanya Gio pada Aiden. Aiden berhenti. pada langkah yang ketiga di tangga. Laki-laki itu berhenti dan menghadap ayahnya. âBagaimana rasanya?â tanya Aiden sembari tersenyum. âKalian tidak pernah datang ke acara pentingku. Jadi aku ingin melakukannya jugaâĶâ âBagaimana rasanya?â tanyanya. âAiden!â Gio memijit keningnya yang terasa pusing. âKami melakukannya karena ada alasannya.â âAku juga punya alasan untuk tidak datang ke acara itu.â Aiden memutar tubuhnya. berjalanâsampai Gio memanggilnya lagi. âAcara balapan yang kamu maksud?â tanyanya. âBalapan tidak jelas seperti itu? jika ingin balapan di sirkuit bukan di jalan raya. Kamu membahayakan orang lain. kamu juga membahayakan diri kamu sendiri.â âAiden kamu jangan melakukan hal seperti ini lagi ya..â Agatha menatap putranya. âMom dan Dad tidak akan melakukan hal seperti dulu lagi.â âKalau kamu mau balapan, kamu bisa mengajak kamu ke sir
Di sinilahâĶ Raini pergi ke atap gedung. Sendirian di tengah gelap yang hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang bersinar dengan terang. Raini membiarkan rambutnya tertiup angin ke sana ke mari. Kedua tangannya bersandar pada dinding pembatas. Tempatnya memang di sini. Jelas dirinya dan Aiden sangat berbeda. Aiden memang lebih cocok dengan perempuan bernama Talia itu. Tadi, Raini melihat mereka dari kejauhan. Talia pasti dari keluarga yang memiliki perusahaan besar juga. Mereka memang cocok. LantasâĶ Kenapa hatinya sedikit tidak rela ya? Apa mungkin ia tidak rela jika Aiden bersama perempuan lain? Tidak! Sampai kapanpun Raini tidak boleh mendambakan apa yang tidak boleh didambakan. Tempatnya di siniâĶ Menyingkir lalu tidak terlihat oleh siapapun. âJadi seperti ini ya pemandangan kota dari atas gedung tinggi..â Raini tersenyum pelan. âMaklum orang kampungâĶâ Raini menggeleng pelan. âTernyata sangat bagus. pantas saja banyak orang kampung yang berbondong-b
Seorang pemuda dengan setelan kemeja dan jas rapi baru saja turun dari mobil. Langkahnya mantapâkemudian disusul oleh perempuan yang berada di belakangnya. Perempuan cantik yang menggunakan dress berwarna putih. Nampak sangat cantik dengan rambut panjang yang digeraiâĶ Aiden menyodorkan lengannya. Raini tersenyum manis dan menggandeng tangan Aiden. Tahukah permintaan Aiden? Ya, membawa Raini untuk pergi ke pesta bersamanya. Lantas, Raini harus menuruti permintaan lelaki itu jika ingin lelaki itu hadir di pesta. Raini tidak pernah berhadapan dengan orang segila Aiden. Tapi mari imbangi kegilaan Raini. Bersikap seperti apa kemuan Aiden saja. Raini berjalan dengan hati-hati. di luar ternyata banyak sekali kamera wartawan yang menyorot dirinya. Pasti mereka akan membuat berita dan bertanya-tanya tentang identitasnya. Raini bersumpahâĶ Pasti setelah ini, kehidupan sekolahnya kian rumit. Pasti akan muncul rumor aneh tentan dirinya dan Aiden. Aiden dan Raini b
âDia di mana?â Agatha berkacak pinggang sembari mondar-mandir. Ia sudah berdandan rapi namun Aiden malah belum pulangâĶ Gio menggenggam tangan Agatha. âKali ini aku tidak bisa mentolerir perbuatannya..â âTunggu sebentar. dia pasti pulang.â Agatha mengeluarkan ponselnya.. Melakukan panggilan berkali-kali namun satupun tidak dijawab. âAyo kita berangkat..â nampak wajah Gio begitu dingin. Hanya berjalan beberapa langkah saja.. âBagaimana kalau kita menunggu sedikit lebih lama..â Agatha mendongak. âAku yakin dia akan segera pulang.â Gio menatap jam tangannya. âKalaupun pulang dia butuh berganti pakaian segala macam. Kita tidak ada waktu sayang.â Agatha akhirnya mengangguk. menyetujui untuk berangkat. Akhirnya dengan berat hati Agatha dan Gio berangkat tanpa anak mereka. Entah, Gio tidak mau tahu keberadaan anaknya. Di sisi lain, Raini yang melihat mereka merasa ini tidak benar. Ia harus mencari Aiden dan membuat laki-laki itu datang ke pesta ulang tahun Winston.
Raini menjadi semakin panik ketika tubuh mereka terasa benar-benar menempel. âCepat ambil,â lirih Raini. Aiden tersenyum. menunduk dan mendekatkan bibirnya pada telinga kanan perempuan itu. âCepat ambil, aku tidak akan melihatmu,â ucap Raini. âLantas kenapa wajahmu memerah seperti itu?â Raini mengerjap karena kesal akhirnya ia berbalikânamun kakinya tidak bisa berpijak dengan benar alhasilâĶ Braak! Raini memejamkan mataâbersiap menerima kerasnya lantai. Tapi yang ia dapatkan adalah pelukan dari tangan seseorang. Raini membuka mataâwajah Aiden yang sudah begitu dekat di hadapannya. KenapaâĶ Jantungnya berdetak sangat cepat. Juga, suhu tubuhnya yang tiba-tiba memanas sampai membuat pipinya begitu panas seperti terbakar. Raini baru menyadari jika Aiden masih bertelanjang dadaâĶ âBu-bu buahnya jatuh!â Raini melepaskan diri dari Aiden. Buru-buru mengambil buah itu dengan cepat. âAku tidak makan buah yang sudah jatuh.â Aiden mengamati Raini yang begitu gugup memungut
âApa aunty tahu kau menggunakan motor ke sekolah?â tanya Raini yang baru memarkirkan sepeda listriknya di halaman mansion. Aiden melepas helmnya. Pertama kalinya ia membawa motornya ke rumah. âBelum.â Aiden menggeleng. âSekarang akan tahu.â Raini mendekati Aiden. âBukankah bahaya?â tanyanya. âKau belum memiliki sim juga.â âBukan urusanmu.â Aiden menyipitkan mata. Aiden pergi begitu saja ke dalam mansion. Meninggalkan Raini yang ngomel-ngomel. Aiden pergi ke dalam rumah. disambut oleh ibunya yang selalu berada di rumah menunggunya pulang. âKamu sudah pulang..â Agatha mendekat. âDi luar itu motor kamu?â tanya Agatha. Aiden mengangguk. Agatha berhenti sejenak. âMom marah?â tanya Aiden. Agahta menggeleng. âItu hobi baru kamu kan?â Agatha mengusap pelan bahu Aiden. âAsalkan kamu menaikinya dengan hati-hati, jangan sampai terluka. Mom tidak masalah.â âMom dulu juga bisa tahu naik motor. Tapi sekarang lupa caranya..â Agatha terkekeh pelan. âMom bisa?â Agatha men