Gio itu pintar membuat kesepakatan. Semua pegawai menyetujui Gio ikut makan malam, karena Gio akan memberikan mereka sebuah voucher makan di Winston. Saat ini Agatha dan Gio duduk di bangku yang bersebelahan. Di depan sebuah meja panjang yang terisi oleh makanan. Di sekeliling mereka pegawai Agatha. Canggung, sudah pasti. Tapi Agatha juga enggan mencairkan suasana. Sampai seorang pria yang bernama Yoga itu mengangkat gelas yang terisi oleh air putih. “Cheers!” Semua akhirnya mengikuti Yoga. “Cheers!” “Karena malam ini sebagai perayaan Harper Advertise kembali berjaya…” Rami menatap Agatha. “Mari kita sambut ibu Agatha untuk mengucapkan sepatah atau dua patah kata…” Agatha mengambil sebuah botol minum yang disodorkan Rami padanya. Ia akan menganggap botol minum itu adalah mic. “Tidak banyak yang akan aku katakan…” Agatha menatap satu persatu pegawainya. “Aku sangat bersyukur menjadi bagian dari Harper Advertise. Sebenarnya aku datang tidak berharap banyak. T
21++“Ternyata banyak yang suka denganmu ya…” gumam Gio yang berada di belakang Agatha. Agatha berdecak pelan. “Memang.” Agatha menoleh ke belakang dan mengibaskan rambutnya. “Aku cantik dan menarik. Siapapun juga akan tertarik denganku.” Gio menyipitkan mata. “Oh kau terlihat senang sekali.” Agatha mengedikkan bahunya. “Aku senang karena ternyata punya penggemar banyak di kantor.” Agatha tertawa melihat raut wajah Gio yang terlihat kesal sekali. “Kau marah?” tanya Agatha. “Seberapa banyak apapun yang suka denganku. Aku tetap terjebak denganmu dan tidak bisa ke mana-mana. apa kau belum puas?” Mereka masuk ke dalam Apartemen… Agatha menghidupkan saklar lampu. Ia menoleh pada Gio yang masih berdiri di pintu. “Kau akan pulang?” tanya Agatha. Ada perasaan yang sulit dijelaskan. Tapi Agatha tahu ia tidak ingin Gio pulang. Ingin pria itu tetap di sini bersamanya. “Aku akan melakukan sesuai keinginanmu.” Gio mendekat dan menarik pinggang Agatha. “Jadi kau ingin aku
Hari ini adalah jadwal Agatha untuk bermain golf. Seperti biasa ia selalu datang lebih awal. Disusul pak Beni dan yang terakhir adalah pak Robert. “Aku dengar perusahaanmu semakin maju,” ucap pak Beni. “Kau pintar juga ya…” Agatha tersenyum bangga. “Aku kan muridmu, pak.” Pak Beni menggeleng pelan. “Aku tertarik menanamkan modalku di perusahaanmu.” Agatha menoleh. “Semakin banyak orang yang tertarik dengan perusahaanku. Semakin lelah pula aku.” Pak Beni tertawa pelan. “Agatha..” panggil pak Beni. “Sebenarnya..” Agatha menyipitkan mata dengan curiga. “Kenapa?” “Sebenarnya… keponakanku baru saja pulang dari Amerika. Kau cobalah bertemu dengannya. Dia tampan… juga belasteran seperti tipemu. kau tidak akan menyesal jika bertemu dengannya.” Agatha berdecak. “Aku sudah punya.” “Apa?” tanya Pak Robert. “Bagaiman dengan anakku? Kau pasti memberi harapan palsu padanya.” Seorang pria yang baru saja datang tapi langsung marah-marah. Agatha tertawa. “Yaaa mau bagaimana lagi, p
Sudah lama sekali Gio tidak pergi bermain golf. Ia sendiri tidak yakin bisa melakukannya. Namun, ia ingin melihat bagaimana aktivitas Agatha di sini. Ia juga ingin tahu teman-teman wanita itu ketika di sini. Untuk itu Gio datang meski sebenarnya tidak pernah bermain. “Senang melihat anda, pak.” Pak Robert menyambut Gio dengan pelukan hangat. Gio tersenyum tipis. “Kebetulan sekali ada kalian di sini,” balas Gio sembari melirik Agatha. Agatha ikut tersenyum. ia akan berpura-pura biasa saja… “Saya boleh bergabung di sini?” tanya Gio. “Tentu saja.” pak Beni mengangguk setuju. Pada akhirnya. Gio duduk bersama mereka. ia berdiri dan melakukan pukulan yang pertama. Agatha tidak bisa menahan tawanya. Baru kali ini melihat Gio yang konyol. Pria itu melakukan pukulan asal-asalan tidak ada teknik sama sekali. Pak Robert mengangguk. “Tidak masalah..” “Pemula memang harus sering belajar supaya bisa.” Pak Robert memanggil Agatha. “Daripada kamu mentertawakan pak Gio, l
Setelah masuk ke dalam mobil. Agatha langsung ditarik Gio dan dicium pria itu tanpa jeda. “Kau belum memberitahuku.” Agatha memukul dada Gio. Ia menunjuk Gio dengan jari telunjuknya. “Jangan menciumku sebelum kau memberitahuku.” Agatha menunjukkan wajahnya yang marah bercampur kesal. “Aku hanya ingin mengatakan. Berteman secukupnya. Kau harus tahu batasannya. Jangan memberitahu mereka semua hal. Apalagi sampai mereka ikut terlalu masuk ke dalam perusahaanmu.” Agatha masih belum mengerti. Agatha memejamkan mata sebentar. “Beritahu aku yang jelas. Kenapa? bukankah lebih bagus kalau mereka memang menanamkan sahamnya di perusahaanku. Dengan begitu, nanti aku selain mendapat modal. Aku juga mendapat dukungan dari mereka.” “Kau memang masih polos.” Gio mengusap puncak kepala Agatha. Gio memandang Agatha. seperti ingin mengatakan sesuatu namun ditahan. “Jangan seperti ini…” agatha belum puas mendapatkan jawaban dari Gio. “Jelaskan padaku semuanya.” Gio menunjuk pipi k
“Apa yang kau rencanakan?” tanya Agatha. Gio menatap Agatha sebentar… Kemudian mengusap pipi wanita itu. “Apapun yang aku rencanakan. Semuanya untukmu. Kau tidak perlu tahu. Aku tidak ingin menambah beban pikiranmu.” Agatha menggeleng. “Tidak menambah beban pikiranku tapi kau menambah beban pikiranmu sendiri.” “Aku tidak masalah. Jantungku juga sehat. Aku bisa berpikir lebih banyak untukmu.” Agatha berdecak entah darimana pria itu belajar merayu. Gio menoleh ke belakang. Mengambil sebuah paper bag. Memberikannya pada Agatha. “Apa ini?” tanya Agatha. tangannya bergerak membuka paper bag tersebut. Isinya adalah sebuah jam tangan.. Jam tangan hadiah dari membeli sebuah telepon kuno. Agatha mengambil jam tangan itu. “Kau memberikan jam tangan ini padaku?” Gio mengangguk. “Tentu saja. kau juga terlihat suka melihatnya.” Agatha mengambil jam tangan itu dan memasangkannya di tangan. Tapi karena kesusahan. Akhirnya Gio membantunya. Akhirnya jam tangan itu terpasa
Agatha terbangun dari tidurnya saat mendengar bunyi bel. Ketika melihat sekarang pukul 3 pagi. Agatha berjalan ke arah pintu—kemudian melihat dari sebuah layar. Tidak ada siapa-siapa. Tapi ketika ia berbalik dan hendak kembali ke kamarnya, suara belnya kembali terdengar. Akhirnya Agatha membuka pintu apartemennya. Tubuhnya sedikit keluar—menatap ke kanan dan ke kiri. “Siapa….” suara Agatha terdengar sedikit keras. “Akhh!” Agatha berteriak karena bahunya di pegang dari belakang. Agatha menghela napas lega saat Gio berada di belakangnya. Gio menatap Agatha dengan heran. Tangannya segera menarik kembali pintu Apartemen. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Gio. “Seharusnya kau pergi tidur lebih lama.” Agatha menatap Gio. “Tadi aku mendengar bel berbunyi. jadi aku memutuskan untuk keluar. tapi tidak ada siapapun….” Gio mengernyit. “Tidak ada siapapun?” tanyanya. Agatha mengangguk. ia mengusap rambutnya pelan. “Aku tidak yakin… tapi aku mendengar dengan jelas
Agatha datang ke rumah sakit bersama Gio. Di sanalah ia melihat istri Rudi yang sedang terduduk dengan lesu. Agatha menghela napas dan terdiam sebentar. Gio menoleh ke samping dan menatap Agatha yang terlihat begitu sedih bercampur kecewa. Gio yakin bahwa Agatha sekarang sedang menyalahkan diri sendiri atas kecekalaan itu. Gio mengambil tangan Agatha dan menggenggamnya. Agatha menatap tangannya sebentar sebelum melangkah mendekat. “Agatha?” tanya Raisa istri Rudi. Agatha mengangguk. “Bagaimana keadaan pak Rudi, bu?” “Rudi masih dirawat… dia mengalami beberapa luka parah. Dia mengatakan padaku saat terjadi sesuatu dengannya. aku harus menghubungimu.” Agatha mengusap rambutnya kasar. “Bagaimana dia kecelakaan?”“Apa dia ditabrak mobil?” tanya Agatha. Raisa mengangguk. “Polisi bilang, ada mobil yang melaju sangat kencang sampai menabrak mobil Rudi.”Agatha langsung terduduk dengan lemas. Semua orang yang berada di sampingnya menjadi incaran. Agatha menatap Gio yang kini tengah
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
21++ “Sayang ahh ohhh!” Gio menekan miliknya ke dalam mulut Agatha. Membuat Agatha terdorong sampai membentur pantry. Tapi untungnya telapak tangannya bergerak dengan cepat melindungi belakang kepala Agatha. Agatha melakukan tugasnya—membuat Gio semakin tergila-gila dengannya. Agatha pastikan, Gio akan semakin menyukainya. “babe..” Gio menggerakkan pinggulnya maju mundur. “Ahh babe… kau nikmat ohh!” Gio menarik Agatha kemudian menyatukan miliknya ke dalam milik Agatha. Menarik satu kaki Agatha—membawanya ke atas. Kemudian pelan-pelan menghujam milik Agatha. Tubuh Agatha terguncang.. kedua dadanya bergerak dengan pergerakan pria itu. Agatha hanya bertopang pada meja pantry sementara Gio yang terus menghujamnya. Gio menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya. kembali menghujamnya dari belakang. Salah satu tangannya di bawa ke belakang. Gio memang mengendalikan permainan ini. Tidak berhenti sebelum dirinya puas. Meskipun Agatha kelelahan. Tapi Agatha merutuk or
21++ “Kau ingin kita menjadi apa?” tanya Gio. Agatha mengedikkan bahu. Dasar tidak peka. Agatha menggerutu dalam hati. “Lupakan saja.” Agatha mengalunkan tangannya di leher Gio. “Tapi aku berterima kasih karena kau mau melakukan hal sebanyak itu. Aku hanya tidak menyangka kau melakukannya untukku.” Gio mengusap pinggang Agatha pelan. “Jika kau menurut, aku akan melakukan apapun…” Jemarinya mengusap bibir bawah Agatha. “Menurut padaku… kau akan mendapatkan keuntungan lebih banyak.” Agatha mengernyit. “Aku sudah menurut…” Gio tersenyum miring. “Tidak sepenuhnya.” Agatha berpikir lebih dalam. Ia sudah menuruti keinginan Gio. Semuanya…. Lalu apa yang diminta oleh pria itu. Agatha pun tidak tahu apa arti kata menurut itu di bagi Gio. Agatha mengedikkan bahu. “Aku merasa, aku sudah menurut dan melakukan apapun yang kau mau.” “Itu menurutku tapi tidak bagiku.” Gio benar-benar membuatnya bingung. Agatha perlahan naik ke atas pangkuan pria itu. Kemudian memiri
Ketika masuk ke dalam penthouse. Agatha disambut oleh bau masakan. Ketika melhat dapur—ia melihat pria yang tampan sedang memasak. Dengan lengan kemeja yang dilipat sampai siku. Pria itu terlihat fokus memasak. Entah apa yang dimasak. Gio hanya menatap Agatha sekilas dan kembali memasak. “Kau sudah pulang?” tanyanya. Agatha mengangguk. Gio mengacuhkannya. Agatha mendekat dan memeluk pria itu dari belakang. Memeluk pinggang pria itu dengan kedua tangannya. Agatha menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. “Jangan menggangguku. Aku akan menyelesaikannya dahulu.” Alhasil Agatha diam—tapi dia masih memeluk pria itu. Jadi, Gio memasak dengan Agatha yang selalu mengekorinya. Mengaduk masakannya—sampai menyajikan masakannya. Agatha masih menempel padanya. setelah itu barulah Gio memutar tubuhnya. “Ada apa?” tanya Gio. “Tapi sebelum kau berbicara, lebih baik makan dulu. aku yakin ada banyak yang ingin kau bicarakan.” Agatha menyipitkan mata. Kemudian mengambil duduk
Agatha baru saja menyelesaikan rapat bulanan bersama pegawainya. Ia masuk ke dalam ruangannya. Menerima satu telepon dari pak Rudi. “Apa anda sudah menyiapkan semua hal yang aku butuhkan?” tanya Agatha. Pak Rudi mengangguk. “Aku sudah menyiapkan berkas-berkasnya.” “Bagaimana dengan orang-orang?” tanya Agatha. “Apa aku harus menjilat mereka?” “Tidak usah. Gio sudah mengurusnya.” Agatha mengernyit. “Bagaimana?” tanya Agatha yang bingung. “Dia tidak memberitahuku apapun.” “Gio melakukan apapun untuk membantumu.” Agatha masih tidak mengerti. ia berdiri dari duduknya. Kemudian berkacak pinggang. “Aku tidak mengerti. Aku hanya meminta padanya untuk melindungiku dan memihakku ketika rapat diadakan. Apa dia bertindak sangat jauh?” “Benar. Dia bertindak sangat jauh. Itu dilakukannya untuk membantumu.” Agatha megusap wajahnya kasar. “Bagaimana dia melakukannya.” “Tunggu!” Agatha menggeleng pelan. “Apa anda berbicara dengan Gio.” “Ya. Aku berbicara dengannya. dia menje
“Tadi nenek bilang apa saja?” tanya Gio. Tadi, margaret hanya menjawab pertanyaan Gio seperti ini. “Aku hanya ingin mengobrol sebentar dengan Agatha.” Setelah itu margaret pergi. Agatha menoleh. “Seperti itulah..” mengedikkan bahu. Gio memegang bahu Agatha. “Beritahu aku apa yang dia katakan?” tanya Gio paksa. “Tidak perlu tahu apa yang dia katakan.” Agatha memandang Gio. “Tapi aku bilang padanya, aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan meninggalkanmu jika kau tidak menginginkanku lagi.” Gio tersenyum miring. “Kau lebih pintar dari yang aku kira.” Agatha mendekat. “Kau puas dengan jawabanku?” Gio mengangguk. Jemarinya mengusap pipi Agatha. “Lumayan.” Agatha mendongak. “Intinya kita punya perjanjian. Kita sama-sama diuntungkan. Jadi…” Agatha mengalunkan kedua tangannya di leher Gio. “Jangan mengingkari perjanjian kan?” Jemari lentik Agatha mengusap rahang Gio. “Aku hanya memintamu untuk jangan meninggalkanku saat tujuanku belum tercapai.” Kenapa ia memperjelasny