Home / Romansa / Perjanjian Panas dengan Bos Arogan / Chapter 411 - Chapter 420

All Chapters of Perjanjian Panas dengan Bos Arogan: Chapter 411 - Chapter 420

465 Chapters

Chapter 412

Setelah acara makan. Agatha keluar dari restoran. “Bapak bisa mengantarmu,” ucap Pak Beni. “Tidak usah, pak.” Agatha menggeleng. “Istri bapak sudah menunggu bapak. Pulanglah.” “Yasudah. hati-hati ya.” Pak Beni pergi. Pak Robert sudah pulang lebih dulu karena ada urusan mendadak. Agatha tidak tahu kenapa sopirnya begitu lama menjemputnya. Salah sendiri juga. Agatha menyuruh sopirnya pulang saat ia berada di tempat golf. Ia kira akan lebih lama di tempat golf, mangkanya menyuruh sopirnya pulang dulu. Tapi sekarang—ia harus menunggu. Apalagi sekarang hujan. Agatha merogoh ponselnya. “Halo, pak.” “Bapak sampai mana ya?” tanya Agatha. “Mobilnya mogok, non. Bapak sudah manggil orang bengkel. Tapi butuh waktu 1 jam an untuk diperbaiki, non.” Agatha menghela nafas. “Yasudah pak, saya naik taksi online saja. bapak langsung pulang ya setelah diperbaiki. Jangan menyusul saya.” “Baik non.” Agatha mengakhiri panggilan itu. Ia ragu untuk memesan taksi
Read more

Chapter 413

Apakah Agatha menerima tawaran Gio? Yes! Of course yeah! Orientasi Agatha sekarang adalah bisnis. Ini adalah kesempatan bagus untuk menjalin hubungan yang baik dengan Gio. Sebagai rekan bisnis. Bukan sebagai mantan kekasih. Bagi Agatha mustahil sekali mendapatkan maaf dari Gio. Pria itu terlihat sangat membencinya. Terjadi kecanggungan yang luar biasa. Hawa dingin, suara senyap. Hanya ada suara mesin yang di dengar. Agatha menatap jendela…. Hampir sampai di rumahnya, tapi belum ada pembicaraan di antara mereka. Agahta menoleh ke samping. “Gio,” memberanikan diri memanggil Gio. “Maafkan aku,” ucap Agatha. “Aku sungguh minta maaf,” ucap Agatha. “Aku tidak memintamu untuk memaafkanku. Karena sikapmu memang keterlaluan.” “Tapi aku sungguh minta maaf atas semua perbuatan dan sikapku dulu padamu,” jelas Agatha. “Atas sikapmu yang mana?” tanya Gio. Agatha meremas roknya. “Kesalahanku yang banyak sekali….” lirihnya. “Ucapanku begitu kasar. Satu tahu setelahnya, ak
Read more

Chapter 414

Pertemuan pertama dengan Gio berakhir buruk. Agatha tidak mengharapkan apapun sekarang. Ia tidak tahu apakah ia bisa mendekati pria itu lagi atau tidak. Agatha masuk ke dalam perusahaan. Dalam hitungan hari saja.. Dengan promosi digital yang tepat, banyak brand ingin menggunakan jasa perusahaannya. Sesuai dengan target, mereka adalah brand kecil atau brand yang baru saja di bangun. Pagi-pagi sekali melakukan rapat. Agatha tidak akan setengah-setengah mengurus perusahaan. Ia akan mengerahkan seluruh jiwa dan raganya untuk membuat perusahaan ini terus berkembang. Bahkan kalau bisa, sampai bisa menyaingi Harper Electronic. “Selanjutnya yang harus kita lakukan adalah membangun kepercayaan. Dengan apa membangun kepercayaannya? Dengan kualitas yang kita berikan.” Agatha berdiri. “Aku meminta dan mengharuskan, proyek pertama kita berjalan dengan sukses.” Semua pegawai di sana mengangguk. Begitulah kira-kira kegiatan Agatha sehari-hari. Ia tidak tahu akan berjalan s
Read more

Chapter 415

Pesta yang diadakan sekali dalam setahun itu dibuat benar-benar mewah. Jajaran mobil yang terparkir membuktikan jika yang datang bukanlah dari kalangan sembarangan. Pasti dari mereka merupakan petinggi perusahaan besar. Agatha baru saja sampai dan ia keluar dari mobil. Beberapa wartawan memotretnya. Agatha yang tidak terbiasa dengan kilatan flash itu akhirnya buru-buru masuk. Agatha menatap ruangan yang begitu luas. semuanya nampak cantik dengan dekorasi putih. Haruskah Agatha menyapa Gio? Tapi itulah tujuannya ke sini. Setidaknya mengucapkan selamat ulang tahun perusahaan. Agatha berjalan dengan tenang, meski sebenarnya jantungnya berdegup dengan kencang. Sampai.. “Selamat pak,” ucap Agatha. Mata mereka saling bertemu. Agatha tersenyum dengan tangan yang terulur. Gio menatap tangan Agatha. perlahan tapi pasti—Gio menjabat tangan Agatha. Menariknya—hingga membuat tubuh Agatha hampir saja terhuyung ke depan. Gio menunduk—menjajarkan tubuhnya dengan tubuh Ag
Read more

Chapter 416

“Bagaimana ini, kenapa aku selalu bertemu denganmu…” Agatha dikagetkan oleh suara bapak-bapak. “Pak..” Agatha menggeleng pelan. “Pak Robert suka sekali ya mengagetkanku.” Pak Robert tertawa pelan. “Ini, Ma. Ini Agatha, teman Papa saat main golf.” Seorang wanita cantik diusia yang tidak muda itu. Wanita itu tersenyum. “Suamiku cerita banyak tentangmu.” Mendekat dan memeluk Agatha. Agatha tersenyum. “Saya dan Pak Robert sering bermain golf.” “Syukurlah temannya wanita semuda kamu.” istri pak Robert mendekat. “Kalau dia mengajak wanita lain, beritahu aku.” Agatha mengangguk. “Siap aunty,” ucap Agatha. “Kamu boleh bertanya apapun pada Agatha. Aku tidak pernah dekat dengan wanita lain saat bermain golf.” Pak Robert yang menjelaskan pada istrinya. “Agatha ini temanku, sama si Beni. Tapi si Beni tidak bisa datang hari ini.” Istri pak Robert menatap Agatha. “Aku harus mendapatkan nomormu, nak.” Agatha mengangguk saja. wajar saja kalau istri was-was kal
Read more

Chapter 417

Gio tidak tahu sama sekali tentang itu. Kenapa tiba-tiba langsung mengumumkan pertunangan. Ia dan Jihan bahkan tidak memberitahu apapun pada orang tua mereka. Gio menoleh ke samping. Jihan tersenyum. “Aku sudah memberitahu orang tuaku bagaimana hubungan kita. mereka bilang, mereka ingin kita segera meresmikan hubungan kita.” “Kenapa kau tidak bilang padaku?” tanya Gio. “Jika kau bilang padaku, aku akan menjelaskan pada semua bahwa kita tidak cocok menikah. kita hanya cocok sebagai teman, bukan sebagai pasangan,” lanjut Gio. Jihan menatap Gio dengan wajahnya yang sedikit kecewa. “Kau berpikir seperti itu…” lirihnya. Gio menyipitkan mata. “Kau berpikir hubungan kita lebih dari sekedar teman?” tanyanya. “Dari awal aku sudah memberitahumu bagaimana…” Gio berhenti. ia tidak boleh membuat keributan di hadapan banyak orang. Gio menatap Ethan yang masih memberi sambutan. Ia menghela nafas. “Aku akan membahasnya dengan keluargaku dan keluargamu juga. Hal ini adalah salah paham. Ak
Read more

Chapter 418

Agatha terdiam… Ia tidak tahu kenapa hatinya sakit sekali. Huft. Sudah waktunya ia pergi daripada terus melihat Gio dan Jihan. Agatha berpamitan pada Rino untuk pergi lebih dahulu. Berjalan dengan gontai keluar dari ruangan. Agatha berjalan ke parkiran. “Pak saya mau pulang, tapi saya mau menyetir sendiri.” Sopirnya itu menyerahkan kunci. Agatha sudah memesan taksi agar sopirnya bisa pulang langsung. Agatha duduk di kursi kemudi. Kedua tangannya memegang stir mobil. Kemudian menunduk—menghela nafas panjang. “Ada apa dengan diriku?” tanya Agatha. “Aku tidak bisa seperti ini terus. Hidup terus berjalan. aku sudah memilih untuk pergi. aku tidak bisa kembali begitu saja.” “Dia juga terlihat sangat membenciku.” Agatha mendongak. Inilah kenapa Agatha enggan pulang. Karena ia takut bertemu dan berurusan dengan Gio lagi. Ia takut perasaannya pada Gio semakin dalam. Pada akhirnya… Ia akan tersiksa sendiri karena mereka tidak bisa bersama. Agatha menghela naf
Read more

Chapter 419

Mobil terus berjalan sampai berhenti di sebuah toko vintage yang kecil. “Ini tempat apa?” tanya Gio. “Toko aksesoris, ada buku juga.” Agatha turun dari mobilnya. Agatha menghela nafas… Rintik hujan berubah menjadi deras. “Aku tidak punya payung. Ayo segera turun.” Tidak menunggu jawaban dari Gio. Agatha bergegas turun dan berlari masuk ke dalam toko. Gio mengikuti Agatha. namun sayangnya, ada bagian pakaiannya yang basah. “Oh..” Agatha mendekat. “Ada daun..” Agatha mengambil daun yang berada di bahu Gio. Sepertinya daun yang jatuh karena hujan. Jarak mereka begitu dekat. Ketika Agatha mendongak—Agatha bisa merasakan hembusan nafas pria itu. Untuk itu—segera Agatha menjaga jarak. Gio menatap sekitar. “Untuk apa ke sini?” tanyanya. “Katanya ke tempat bagus,” ucap Agatha. “Ini tempat bagus…” pandangan Agatha terhenti pada seorang pria tua. Pria tua itu adalah pemilik dari toko ini. pria itu nampak tertidur dengan posisi terlentang di kursi. Agatha menggeleng
Read more

Chapter 420

“Seneng kan?” tanya Agatha menatap Gio. Gio mengangguk. Agatha berdecak pelan. “Kerja apa lu sekarang?” tanya bapak itu. “Ada deh. saya jelasin juga kagak ngerti nanti,” balas Agatha. “Kerja yang bener lu ye.” Bapak itu menunjuk Agatha. “Temen-temen lu yang sering ke sini mentok-mentok jadi karyawan pabrik.” “Karyawan pabrik mah kagak masalah yang penting punya duit..” balas Agatha. tidak kalah, Agatha membalasnya dengan aksen khas betawi. “Iye, tapi gue ingetin lo nih ye. Alumni karyawan gue harus kerja yang bener.” “Iye dah. Cerewet amat.” Agatha menyenggol Gio pelan. “Mana yang mau kau beli?” tanyanya. “Jam,” ucap Gio singkat. “Nih temen saya mau beli jam.” Agatha berkacak pinggang. “Ada diskon dong nih, alumni nih mau beli.” “Temen atau demen nih,” balas bapak itu sembari menatap Gio dan Agatha bergantian. Tatapan dengan senyum aneh bagi Agatha. “Temen doang ini,” balas Agatha cepat. “Coba ambil,” ucap bapak itu. Agatha menyenggol Gio. “Ambil cepat,” uc
Read more

Chapter 421

Seperkian detik selanjutnya, Agatha sadar bahwa ia mengatakan hal konyol. “Oh.. tidak. Maksudku…” Agatha memijit keningnya sendiri. “Maksudku ayo kita pergi saja dari sini,” Agatha memutar balikkan tubuhnya. Namun baru saja ingin berjalan. Pinggangnya ditarik dan dikurung di rak. “Apa yang kau bilang tadi?” tanya Gio. “Kau melamarku?” tanyanya. Agatha mengerjap dengan gugup. “Aku…” lirihnya. “Aku hanya…” Agatha terbata-bata. “Jika kau ingin menikahiku, aku bisa menerimamu,” ucap Gio. “Tapi tentu aku tidak mau menikah dengan Cuma-Cuma.” “Apa pernikahan itu akan menguntungkanku?” tanya Gio dengan senyum miring. Agatha tidak bisa kabur, pria itu sengaja mengurungnya agar tidak bisa ke mana-mana. “Aku tahu apa yang ada di pikiranmu,” ucap Gio. Jemarinya terangkat—menyentuh kepala Agatha. “Aku yakin kau belum menyerah mendekatiku agar mendapat dukunganku,” ucapnya. Agatha menghela nafas. yang dikatakan pria itu memang benar. Lantas ia tidak perlu melakukan pembelaan diri. La
Read more
PREV
1
...
4041424344
...
47
DMCA.com Protection Status