Semua Bab Perjanjian Panas dengan Bos Arogan: Bab 391 - Bab 400

476 Bab

Chapter 392

Acara berlanjut dengan lancar. Dari pemotongan kue sampai saat ini Jordy dan Jessika tengah berada di tengah ruangan. Lampu di padamkan dan Ada satu lampu yang menyorot ke arah mereka. Agatha melirik kakek dan ibu tirinya. Tadi sempat berbasa-basi. Tapi tidak lama karena Agatha tidak mau lama-lama berbicara dengan mereka. Agatha memilih untuk tetap dibangku bersama dengan Matt. Jangan tanya Emily ke mana. Entah ke mana. entah pergi ke tempat lain atau masih di sini. Tapi Agatha tidak melihat keberadaan temannya itu. “Kau mau dansa?” tanya Matt. Ia mengulurkan tangannya. Agatha menggeleng. “Aku tidak pernah.” Agatha melihat sekeliling mereka, orang-orang yang tadinya duduk kini berdiri dan berdansa dengan pasangan masing-masing. Alunan musik yang romantis terdengar. “Kau bisa percaya padaku,” ucap Matt. “Ayo.” Matt menarik pelan pinggang Agatha hingga memaksa perempuan itu yang semula duduk menjadi berdiri. Agatha mengalunkan tangannya di leher Matt. Seda
Baca selengkapnya

Chapter 393

“Lepaskan aku.” Agatha memejamkan mata sebentar. Kedua tangannya berada di dada Gio. Seakan menahan pria itu untuk tetap berada dalam jarak aman. “Tidak mau,” balas Gio. Agatha mendongak dan mengernyit. “Kau gila?” “Hm aku gila.” Gio tersenyum. “Aku gila karena mencoba melupakanmu. Tapi sayangnya aku selalu gagal.” Agatha melengos. Mendengus kesal.. Aroma parfum pria itu masih sama seperti 1 tahun yang lalu. Agatha menghela nafas. ia harus segera pergi jika tidak ingin hatinya menguasai akal sehatnya. “Lepaskan aku,” ucap Agatha dengan tegas. “Aku akan melepaskanmu pergi setelah aku mendapat jawaban.” Kedua tangan Gio berada di pinggang Agatha dengan lancang. “Apa kau berkencan dengan pria itu?” tanya Gio. Tanpa memberi jeda, Agatha langsung mengangguk memberi jawaban Iya. “Hm. Aku berkencan dengan Matthew.” Gio menyipitkan mata. “Kau mencintainya?” “Kau tidak perlu ikut campur dalam hubunganku. Berkencan atau tidak. Mencintainya atau tidak. Itu bukan ur
Baca selengkapnya

Chapter 394

Agatha sengaja mencium Matt lebih dulu. Ia melihat Gio yang tidak jauh dari mereka. Kedua tangannya mengalun di leher Matt. Kakinya berjinjit dan lebih dulu mencium pria itu. Agatha memejamkan mata ketika Matt membalas ciumannya. Matt mengusap pipi Agatha sebelum mengakhirinya. Agatha menunduk dan menghela nafas. “Terima kasih. Walaupun kau melakukannya untuk membuat mantanmu pergi,” ucap Matt. Agatha mendongak. “Aku..” “Aku tahu.” Matt mengangguk lagi. Tangannya bergerak mengusap puncak kepala Agatha. “Seberapa cinta kau dengannya sampai-sampai kau susah melupakannya…” “Aku tidak tahu.” Agatha mendengus. “Tapi aku akan berusaha melupakannya. “Butuh bantuan?” tanya Matt. “Aku tidak ingin melibatkan orang lain Matt.” Agatha menatap Matt. “Kau baik. aku tidak bisa menyakitimu.” “Ayo pergi dari sini.” Agatha menggandeng tangan Matt dan mengajak pria itu untuk pergi dari sini. Sesampainya di mobil, Matt duduk di kursi kemudi. “Kau yakin?” tanya Agatha. “A
Baca selengkapnya

Chapter 395

“Shut up Matthew!” ucap Agatha. Matt tertawa pelan sebelum keluar dari mobil. Pria itu juga membukakan pintu mobilnya untuk Agatha. Matt mengulurkan lengannya agar digandeng oleh Agatha. Agatha menggeleng pelan sambil terkekeh sebelum menggandeng tangan Matt. “Bagus sekali.” Matt mengusap puncak kepala Agatha lagi. “Lagi..” lirih Agatha berdecak. “Aku bukan anak kecil.” Matt tersenyum. “Tapi kau lucu.” “Kau yakin masuk di sini?” tanya Agatha lagi. Ia hanya takut jika diam-diam di foto lagi. ia tidak mau mengganggu karir Matt. Juga, dirinya sendiri. jika duni media sosial heboh dengan dirinya dan Matt. Mereka pasti akan mencari tahu tentang Agatha. mengorek sedalam mungkin tentang dirinya. Agatha tidak mau hal itu terjadi. “Yakin.” Matt mengangguk dengan mantap. “Tidak semua orang mengenalku.” Agatha berdecak pelan. “Semua orang tahu filmmu. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu jika kau adalah pemeran utama dari film yang mereka sukai?” “Kau tahu dari mana
Baca selengkapnya

Chapter 396

3 tahun berlalu. Agatha sudah lulus tepat waktu dengan nilai sempurna. Meski tidak ada yang datang pada wisudanya. Tetap saja ia bahagia. Huft. Setelah acara wisuda di gedung, Agatha keluar bersama Emily. Tak lama setelah berfoto ria, Emily sudah menghilang bersama keluarganya. Sedangkan Agatha—ia berjalan ke parkiran dan akan langsung pulang. Tapi ketika di parkiran, ia dikejutkan oleh seseorang yang membawa bunga yang begitu besar. Ukuran bunga tersebut bahkan menutupi kepala pria itu. “Congratss Agatha…” Matt tersenyum. “Waah…” Agatha mendekat dengan takjub. “Bagaimana kau mendapatkan bunga sebesar ini waah..” “Ini untukmu.” Matt menyodorkan bunganya. Tapi Agatha buru-buru membuka pintu mobilnya. “Itu berat. langsung letakkan di sini.” Matt menaruh bunga berwarna merah itu ke dalam mobil Agatha. “Waah..” Agatha memandang bunga itu. “Cantik sekali.” “Sepertimu,” ucap Matt tepat di belakang Agatha. Agatha hanya mendengus pelan. “Kau tidak bekerja?” tan
Baca selengkapnya

Chapter 397

Agatha sampai di rumah setelah makan bersama Matt. Dering ponselnya terdengar. Agatha merogoh ponselnya dan mengambil ponselnya. Segera mengangkat panggilan dari kakaknya itu. “Aku dengar hari ini kelulusanmu. Aku ingin mengucapkan selamat. Maaf aku tidak bisa datang ke sana.” suara Jordy. Agatha mengangguk pasrah. Dari awal ia tidak pernah mengharapkan siapapun datang ke acara kelulusannya. Semua orang sibuk dan semua orang memiliki dunia masing-masing. “Baiklah.” Agatha mengangguk. “Jangan bersedih seperti itu, aku menjadi merasa bersalah tidak datang ke sana,” ucap Jordy. “Lalu kau ingin aku marah-marah?” tanya kembali Agatha “Bukan. Jangan bersedih. Bukannya aku sengaja tidak datang. Tapi kau tahu sendiri aku benar-benar sibuk di sini.” “Iya-iya aku mengerti.” Agatha terdiam sebentar. Haruskan ia memberitahukan rencananya sekarang. Bagaimana jika kakaknya menolak. Ah tidak mungkin. Kakaknya pasti akan mendukungnya. “Sebenarnya…” lirih Agatha. “Seben
Baca selengkapnya

Chapter 398

Setelah menempuh perjalanan belasan jam. Akhirnya Agatha sampai juga di tanah kelahirannya. Meski ia sampai saat keadaan sudah malam. Agatha tidak peduli. Ia langsung menuju ke rumah sakit di mana kakaknya dirawat. Agatha berlari—ia berhenti ketika melihat Jessika yang terduduk lemah di depan sebuah ruang ICU. *ICU (Intensive Care Unit) adalah ruangan khusus di rumah sakit yang digunakan untuk merawat pasien yang membutuhkan pengawasan ketat dan perawatan intensif. “Bagaimana keadaan Jordy?” tanya Agatha menunduk di hadapan Jessika yang saat ini duduk. Jessika mengangkat kepalanya dan menatap Agatha dengan wajahnya yang sembab karena menangis. “Jordy mengalami luka yang sangat banyak. Kata dokter perutnya terkena hantaman.” Jessika menarik nafasnya dengan berat. Air matanya kembali bercucuran. “Kata dokter… hanya keajaiban yang bisa menolong Jordy..” Agatha memeluk Jessika. “Dia akan bangun. Aku yakin dia akan bangun. Selama ini dia sangat kuat.” Jessika kembali
Baca selengkapnya

Chapter 399

Sudah beberapa hari Agatha dan Jessika bergantian menjaga Jordy. Setiap malam, Agatha akan menjaga Jordy. Ia menyuruh Jessika pulang agar bisa menemani Anton tidur. Agatha tidak pernah bertemu dengan kakeknya maupun Calista. Mereka pasti menjenguk kakaknya saat siang hari. Setiap malam Agatha akan menemani kakaknya di dalam ruang sembari bercerita apapun. Ia menyenderkan kepalanya di pembatas ranjang. “Kak…” panggil Agatha. “Kau tidak bosan?” Tangan Agatha terulur menyentuh punggung tangan Jordy. “Tidak masalah kalau kau tidak ingin cepat-cepat bangun. Tapi kau harus bangun. Aku tahu kau selama ini pasti lelah mengurus semuanya sendirian.” “Mungkin ini cara Tuhan agar kau bisa istirahat sejenak.” Agatha memandang wajah kakaknya yang tidak berubah. “Kata orang kita saudara tiri, tapi kenapa wajah kita mirip ya? Bahkan aku mengakui kalau wajah kita memang semirip itu.” Agatha tersenyum. “Kak aku ngantuk. Aku akan tidur di sini sebentar.” Agatha hampir saja terti
Baca selengkapnya

Chapter 400

Jordy menutup matanya. Seiring dengan suara monitor itu. “Kak!” panggil Agatha. “Keluar.” perawat di sana mendorong Agatha dan Jessika keluar. Agatha dan Jessika menunggu di luar. “Sayang..” ucap Jessika melihat jendela. Di sanalah mereka bisa melihat bagaimana Dokter memberikan pertolongan pada Jordy. Tak beberapa lama.. Dokter keluar. “Kami tidak bisa menyelamatkan saudara Jordy.” Tubuh Jessika seketika begitu lemah. Agatha segera menangkap tubuh kakak iparnya itu. “Dok.. pasti akan cara kan? Kakak saya masih bisa bertahan. Anda harus melakukannya lagi.” “Dok saya mohon selamatkan kakak saya.” Agatha mengambil tangan dokter itu. “Saya mohon dok..” Dokter itu menggeleng. menarik pelan tangannya dari genggaman Agatha. “Tugas saya sampai di sini. ikhlaskan kepergian kakak kamu.” Dokter itu memilih pergi. Agatha tidak tahu apa yang dirasakannya saat ini. karena ia merasa kakaknya masih bisa bertahan. Jessika berjalan ke dalam. Memeluk tubuh Jordy yang saat
Baca selengkapnya

Chapter 401

Karangan bunga itu berjajar di kediaman keluarga Harper. Semua orang yang datang menggunakan pakaian serba hitam. Sedangkan di dalam ruangan. Agatha duduk di barisan paling depan. Jessika memeluk Peti yang berisikan tubuh Jordy. Anton, bocah berusia 3 tahun itu menangis. Bocah itu menangis melihat ayahnya berada di dalam peti. Bocah itu tidak bisa berhenti menangis karena melihat ibunya yang berkali-kali pingsan. Agatha menatap lurus ke depan. Wajahnya pucat, tubuhnya lemah karena tidak bisa makan. Kedua matanya masih meneteskan air mata. Pagi ini seharusnya ia bisa lebih tenang. Karena ia yakin Jordy tidak ingin pergi dengan melihat keluarganya hancur. Agatha mengusap air matanya menggunakan tisu. Ia menoleh ketika bangku di sampingnya bergerak. “Matt..” lirihnya. Matthew menangguk. Matt memeluk Agatha. Akhirnya tangis Agatha lebih pecah di dalam pelukan Matt. Matt mengusap punggung Agatha pelan. “Aku yakin Jordy akan berada di tempat yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3839404142
...
48
DMCA.com Protection Status