Sudah beberapa hari Agatha dan Jessika bergantian menjaga Jordy. Setiap malam, Agatha akan menjaga Jordy. Ia menyuruh Jessika pulang agar bisa menemani Anton tidur. Agatha tidak pernah bertemu dengan kakeknya maupun Calista. Mereka pasti menjenguk kakaknya saat siang hari. Setiap malam Agatha akan menemani kakaknya di dalam ruang sembari bercerita apapun. Ia menyenderkan kepalanya di pembatas ranjang. “Kak…” panggil Agatha. “Kau tidak bosan?” Tangan Agatha terulur menyentuh punggung tangan Jordy. “Tidak masalah kalau kau tidak ingin cepat-cepat bangun. Tapi kau harus bangun. Aku tahu kau selama ini pasti lelah mengurus semuanya sendirian.” “Mungkin ini cara Tuhan agar kau bisa istirahat sejenak.” Agatha memandang wajah kakaknya yang tidak berubah. “Kata orang kita saudara tiri, tapi kenapa wajah kita mirip ya? Bahkan aku mengakui kalau wajah kita memang semirip itu.” Agatha tersenyum. “Kak aku ngantuk. Aku akan tidur di sini sebentar.” Agatha hampir saja terti
Jordy menutup matanya. Seiring dengan suara monitor itu. “Kak!” panggil Agatha. “Keluar.” perawat di sana mendorong Agatha dan Jessika keluar. Agatha dan Jessika menunggu di luar. “Sayang..” ucap Jessika melihat jendela. Di sanalah mereka bisa melihat bagaimana Dokter memberikan pertolongan pada Jordy. Tak beberapa lama.. Dokter keluar. “Kami tidak bisa menyelamatkan saudara Jordy.” Tubuh Jessika seketika begitu lemah. Agatha segera menangkap tubuh kakak iparnya itu. “Dok.. pasti akan cara kan? Kakak saya masih bisa bertahan. Anda harus melakukannya lagi.” “Dok saya mohon selamatkan kakak saya.” Agatha mengambil tangan dokter itu. “Saya mohon dok..” Dokter itu menggeleng. menarik pelan tangannya dari genggaman Agatha. “Tugas saya sampai di sini. ikhlaskan kepergian kakak kamu.” Dokter itu memilih pergi. Agatha tidak tahu apa yang dirasakannya saat ini. karena ia merasa kakaknya masih bisa bertahan. Jessika berjalan ke dalam. Memeluk tubuh Jordy yang saat
Karangan bunga itu berjajar di kediaman keluarga Harper. Semua orang yang datang menggunakan pakaian serba hitam. Sedangkan di dalam ruangan. Agatha duduk di barisan paling depan. Jessika memeluk Peti yang berisikan tubuh Jordy. Anton, bocah berusia 3 tahun itu menangis. Bocah itu menangis melihat ayahnya berada di dalam peti. Bocah itu tidak bisa berhenti menangis karena melihat ibunya yang berkali-kali pingsan. Agatha menatap lurus ke depan. Wajahnya pucat, tubuhnya lemah karena tidak bisa makan. Kedua matanya masih meneteskan air mata. Pagi ini seharusnya ia bisa lebih tenang. Karena ia yakin Jordy tidak ingin pergi dengan melihat keluarganya hancur. Agatha mengusap air matanya menggunakan tisu. Ia menoleh ketika bangku di sampingnya bergerak. “Matt..” lirihnya. Matthew menangguk. Matt memeluk Agatha. Akhirnya tangis Agatha lebih pecah di dalam pelukan Matt. Matt mengusap punggung Agatha pelan. “Aku yakin Jordy akan berada di tempat yang
Agatha akhirnya kembali ke rumah. Rumah keluarganya. Rumah yang begitu luas itu kehilangan satu orang… Jordy… Agatha menghela nafas panjang. Ia tidak boleh terlalu bersedih. Hari akan diadakan pertemuan keluarga yang akan membahas mengenai pembagian perusahaan. Ahli waris dan sebagainya. Hari ini juga, Agatha akan menyerahkan sahamnya. Apapun keputusan hari ini, ia harap yang terbaik. Agatha telah duduk di kursi bersama Jessika. Seorang kuasa hukum memegang beberapa dokumen penting. Dokumen yang berisi bagaimana pembagian itu akan dilaksanakan. “Sudah kita ketahui jika pemimpin Harper Group meninggalkan kita semua,” ucap kuasa hukum itu. “Maka, hari ini akan ditunjuk pula keluarga sebagai pengganti dari Jordy Alastair Harper.” Kuasa hukum itu membuka dokumen. “Yang pertama, yang berhak menggantkan posisi Jordy sebagai pemimpin adalah Levin Harper, selaku adik dari Bryan Harper.” Agatha mengernyit. “Levin yang selama ini menjabat sebagai direktur Harper Fi
Semua berjalan dengan begitu cepat. Hampir seminggu kakek menjalani perawatan intensif dan akhirnya kakek tidak bisa baertahan. Kakek meninggal… Setelah pemakaman selesai. Agatha kembali ke dalam mobilnya. “Aku tidak bisa tinggal diam saja.” Agatha menatap lurus ke depan. Ia menoleh ke samping. “Aku tidak bisa membiarkan orang-orang itu merebut hak keponakanku.” Matt mengangguk. “Melihat banyaknya saham yang kau miliki, kau harus masuk ke dalam perusahaan. kau harus menempati posisi kakakmu.” Agatha menghela nafas. “Aku harus mengamankan posisi Anton.” Matt mengusap bahu Agatha pelan. “Aku semakin merasa bersalah pada kakakku.” Agatha mengerucutkan bibirnya. “Aku tidak tahu apa yang dirasakannya selama ini. Dia pasti merasa sendirian karena tidak ada yang membantunya.” “Seharusnya aku bisa pulang lebih cepat dan berada di samping kakakku.” Air mata Agatha turun. “Sudah..” Matt membawa Agatha ke dalam pelukannya. “Bagaimanapun semuanya sudah terjadi. Kau jangan men
Perlahan tapi pasti, mata Agatha terbuka. Tubuhnya terasa begitu kaku. Melihat sekitar kemudian menyadari bahwa ia berada di rumah sakit. Agatha mencoba bangun—meraba dahinya yang diperban. Agatha teringat terakhir ia kecelakaan bersama Matt. Lantas di mana Matt sekarang? “Anda mau ke mana nona?” tanya seorang perawat yang masuk. “Bagiamana keadaan teman saya sus? Bagaimana keadaan Matt? Apa dia terluka parah?” tanya Agatha. Perawat itu tersenyum. “Anda tenang dulu. Teman anda sekarang sedang berada di ruangan yang berbeda.” “Bagaimana dengan lukanya?” tanyanya. “Teman anda mendapat luka dibeberapa bagian tubuhnya….” Agatha terdiam. “Saya ingin melihat teman saya.” Akhirnya perawat itu membantu Agatha untuk berjalan ke kamar Matt sedang dirawat. Agatha sampai di depan kamar Matt. Ia melihat ke jendela terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam. Ada orang tua Matt. Agatha menghela nafas—merasa bersalah karena semua terjadi karenanya. Tidak sehar
“Aku akan tinggal di sini.” Agatha membawa koper-kopernya bersamanya. Ia menatap Calista dengan berani. “Aku punya hak untuk tinggal di sini. dan aku tidak mau dihalangi oleh siapapun.” Calista mengepalkan tangannya. “Aku tidak memberimu ijin tinggal di sini,” ucapnya. “Semenjak kau datang, keluargaku menjadi hancur.” Calista yang memandang Agatha penuh amarah. Seakan benar-benar dendam pada Agatha. Seolah memang Agatha yang bertanggung jawab atas kematian putra dan mertuanya. “Kau belum puas?” tanya Calista. “Kau ingin menghancurkanku juga? Kau ingin menghancurkan kakak iparmu dan anaknya?” Agatha tertawa pelan. “Justru kedatanganku ke sini adalah mengamankan posisi mereka. Apa kau setuju jika Harper jatuh ke tangan bajingan itu?” tanyanya. “Kau setuju melihat cucu dan menantumu tidak mendapatkan apa-apa?” tanya Agatha. “Jika Jordy masih ada, aku dengan senang hati menyerahkan seluruh sahamku dan mendukung penuh dia menjadi pemimpin. Tapi sekarang siapa? siapa yang lebih p
Berdasarkan perhitungan saham. Agatha memiliki 25 %, Jordy 25 %. Jika digabungkan maka jumlahnya lebih dari cukup untuk menentang keputusan paman-pamannya yang ingin mengambil alih perusahaan. Tapi saham 50% tidak cukup untuk memperkuat posisi Agatha menjadi calon pengganti direktur utama di Harper Grup. Agatha harus mendapatkan dukungan dari sisa kepemilikan saham yang dipegang oleh para investor. Dua pamannya itu masing-masing memiliki 15 % saham. Sisanya 20% adalah milik para investor. Penentuan direktur utama pada Harper grup berdasarkan rapat bersama. Untuk itu, Agatha harus mendapatkan dukungan seluruh investor. Hari ini Agatha bertemu dengan orang kepercayaan Jordy dan menjelaskan situasi yang terjadi. “Jadi saya harus mendapatkan dukungan dari investor untuk menggantikan posisi Jordy?” tanya Agatha. Pak Rudy mengangguk. “Iya. Berdasarkan surat wasiat dari Jordy, Jordy menyumbangkan seluruh sahamnya pada Anton.” “Kamu tidak bisa menjadi pemimpin resmi Harpe
“maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
21++ “Sayang ahh ohhh!” Gio menekan miliknya ke dalam mulut Agatha. Membuat Agatha terdorong sampai membentur pantry. Tapi untungnya telapak tangannya bergerak dengan cepat melindungi belakang kepala Agatha. Agatha melakukan tugasnya—membuat Gio semakin tergila-gila dengannya. Agatha pastikan, Gio akan semakin menyukainya. “babe..” Gio menggerakkan pinggulnya maju mundur. “Ahh babe… kau nikmat ohh!” Gio menarik Agatha kemudian menyatukan miliknya ke dalam milik Agatha. Menarik satu kaki Agatha—membawanya ke atas. Kemudian pelan-pelan menghujam milik Agatha. Tubuh Agatha terguncang.. kedua dadanya bergerak dengan pergerakan pria itu. Agatha hanya bertopang pada meja pantry sementara Gio yang terus menghujamnya. Gio menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya. kembali menghujamnya dari belakang. Salah satu tangannya di bawa ke belakang. Gio memang mengendalikan permainan ini. Tidak berhenti sebelum dirinya puas. Meskipun Agatha kelelahan. Tapi Agatha merutuk or
21++ “Kau ingin kita menjadi apa?” tanya Gio. Agatha mengedikkan bahu. Dasar tidak peka. Agatha menggerutu dalam hati. “Lupakan saja.” Agatha mengalunkan tangannya di leher Gio. “Tapi aku berterima kasih karena kau mau melakukan hal sebanyak itu. Aku hanya tidak menyangka kau melakukannya untukku.” Gio mengusap pinggang Agatha pelan. “Jika kau menurut, aku akan melakukan apapun…” Jemarinya mengusap bibir bawah Agatha. “Menurut padaku… kau akan mendapatkan keuntungan lebih banyak.” Agatha mengernyit. “Aku sudah menurut…” Gio tersenyum miring. “Tidak sepenuhnya.” Agatha berpikir lebih dalam. Ia sudah menuruti keinginan Gio. Semuanya…. Lalu apa yang diminta oleh pria itu. Agatha pun tidak tahu apa arti kata menurut itu di bagi Gio. Agatha mengedikkan bahu. “Aku merasa, aku sudah menurut dan melakukan apapun yang kau mau.” “Itu menurutku tapi tidak bagiku.” Gio benar-benar membuatnya bingung. Agatha perlahan naik ke atas pangkuan pria itu. Kemudian memiri
Ketika masuk ke dalam penthouse. Agatha disambut oleh bau masakan. Ketika melhat dapur—ia melihat pria yang tampan sedang memasak. Dengan lengan kemeja yang dilipat sampai siku. Pria itu terlihat fokus memasak. Entah apa yang dimasak. Gio hanya menatap Agatha sekilas dan kembali memasak. “Kau sudah pulang?” tanyanya. Agatha mengangguk. Gio mengacuhkannya. Agatha mendekat dan memeluk pria itu dari belakang. Memeluk pinggang pria itu dengan kedua tangannya. Agatha menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. “Jangan menggangguku. Aku akan menyelesaikannya dahulu.” Alhasil Agatha diam—tapi dia masih memeluk pria itu. Jadi, Gio memasak dengan Agatha yang selalu mengekorinya. Mengaduk masakannya—sampai menyajikan masakannya. Agatha masih menempel padanya. setelah itu barulah Gio memutar tubuhnya. “Ada apa?” tanya Gio. “Tapi sebelum kau berbicara, lebih baik makan dulu. aku yakin ada banyak yang ingin kau bicarakan.” Agatha menyipitkan mata. Kemudian mengambil duduk