Semua Bab Perjanjian Panas dengan Bos Arogan: Bab 371 - Bab 380

469 Bab

Chapter 372

Sebuah rumah besar berwarna putih. 8 tahun yang lalu. Agatha meninggalkan rumah ini dengan tangan kosong. Tidak ada satupun orang yang mencegahnya pergi. Dengan kesalahan yang sama sekali tidak pernah ia perbuat. Dituduh penjahat dan diusir begitu saja. Lantas kenapa ia masih saja menginjakkan kakinya di sini. Agatha menoleh ke samping. menahan agar air matanya tidak jatuh. Jordy menoleh ke samping sebentar. “Kita tidak akan membuatmu menderita lagi..” “Siapa yang tahu.” Agatha mengedikkan bahu. “Tidak ada yang tahu jika diam-diam kalian berencana membunuhku.” Jordy tertawa. “Tidak ada untungnya.” Agatha menyipitkan mata. “Untuk apa kau membawaku ke sini?” “Sudah aku bilang, kakek ingin bertemu denganmu. Bertemulah dengannya dulu.” Agatha yang kini tertawa. “Bukankah dia yang paling menentang kehadiranku?” tanyanya pada Jordy. “Bahkan aku mendengar dia adalah orang yang menyuruh ibuku untuk menggugurkanku yang masih berada di dalam kandungan. Dia juga tidak pernah mengang
Baca selengkapnya

Chapter 373

Entah keptusan yang benar atau salah. Agatha mengiyakan permintaan kakeknya untuk tinggal di sini. Ia kembali ke kamar ini. kamar yang ia tempati sampai belasan tahun. Untungnya mereka masih memberikan kamar yang layak untuk Agatha. Kamar ini dulu tidak sebagus ini. Entah kapan mereka merubahnya. Agatha merogoh ponselnya. akhirnya menghidupkan ponselnya—menerima banyak sekali pesan dari Gio. Pria itu berkali-kali mencoba menghubunginya. Sampai akhirnya pria itu kembali menghubunginya. “Halo,” ucap Agatha. “Ke mana saja? kenapa tidak mengangkat panggilanku?” tanya Gio. “Aku begitu kawatir. Orang-orang yang ada di rumah tidak mengatakan apa-apa tentangmu.” Agatha terdiam. tidak mungkin juga menyembunyikan hal ini pada Gio. “Aku pergi,” ucap Agatha. “Apa?” tanya Gio. “Pergi ke mana?” tanya Gio. “Pergi malam-malam.. di sana pasti malam kan? Pergi ke mana? ke minimarket? Kau sudah beli es krim banyak. Jangan pergi malam-malam. aku akan menyuruh orangku menjemput
Baca selengkapnya

Chapter 374

“Boleh..” Calista tersenyum. “Duduklah di samping kakakmu.” Agatha ingin mengumpat saja. Sejak kapan dia dianggap sebagai adik Jordy. Agatha menghela nafas sebelum mengambil duduk berjauhan dengan Jordy. Sengaja. Memang sengaja menjauhi. Biar mereka tahu kalau Agatha masih membenci mereka. “Agatha kamu dulu suka melukis. Mau belajar lagi gak?” tanya kakek. Agatha menoleh. “Aku sudah tidak pernah melukis semenjak semua lukisanku di buang.”Agatha melirik Calista singkat. “Aku tidak memiliki hal yang aku suka. Tidak usah repot-repot mengurusiku.” Agatha masih makan dengan nyaman. Tidak terganggu dengan ucapan kakeknya. Tidak terganggu juga dengan tatapan Calista yang seakan menghunusnya. “Lalu apa yang kamu sukai?” tanya Kakek. “Kakek akan berusaha untuk membantu kamu.” “Tidak usah..” Agatha menoleh. “Tidak usah kakek..” “Kakek menawarkan hal baik untuk kamu.” Calista memandang Agatha. “Kakek hanya ingi kamu bisa berkemban dan melakukan banyak hal baik. apa susahnya
Baca selengkapnya

Chapter 375

Agatha mengambil tasnya. Ia menghela nafas berkali-kali untuk menenangkan dirinya sendiri. Agatha segera menghapus air matanya yang berjatuhan. Ia tidak akan kembali ke rumah ini ia berjanji tidak akan membiarkan orang lain menginjak-injak dirinya sendiri. Agatha berjalan keluar. Namun ia terdiam ketika mendengar percakapan mereka. “Jangan biarkan Agatha pergi,” ucap kakek. “Bagaimanapun dia memegang saham perusahaan,” ucap Calista. “Dia bisa pergi jika menyerahkan sahamnya.” Jordy berdiri memandang mereka berdua. “Apakah itu penting sekarang? Agatha sudah mau pulang itu adalah hal yang baik.” “Kata kakek ingin menebus semua kesalahan di masa lalu. untuk saat ini memikirkan saham bukanlah hal yang penting.” “Agatha adalah bagian dari keluarga ini. Dia tidak bisa diperlakukan semene-mena terus oleh kalian.” “Kalian?” tanya Calista. “Bukankah kamu dulu juga membencinya? Kenapa sekarang malah mendukungnya?” tanya Calista. “Jangan sampai kamu menyukai adik tiri kam
Baca selengkapnya

Chapter 376

Agatha melangkah dengan cepat. “Aku akan memberikan semua sahamku pada Jordy.” Setelah itu menatap mereka berdua dengan remeh. “Puas kan?” tanyanya. Kemudian berjalan dengan cepat berjalan ke arah pintu. Agatha mengusap air matanya yang lagi-lagi menetes. “Agatha!” panggil Jordy setengah berteriak. Kenapa ia dilahirkan jika seperti ini? Kenapa ia ada di dunia jika hanya ada kesengsaraan untuknya. Tidak pernah dianggap oleh siapapun. Keberadaannya pun selalu dianggap aib. Orang-orang berusaha menyingkirkannya apapun yang terjadi. “Agatha!” teriak Jordy. Jordy berhasil menangkap pergelangan tangan Agatha. “Jangan pergi.” “Maksudmu apa melarangku pergi?” tanya Agatha menahan emosi. “Beraninya kau menahanku pergi setelah aku mendengar semua percakapan kalian.” Agatha mengusap air matanya. Ia berharap tidak menangis agar tidak terlihat menyedihkan di mata orang lain. “Bergabunglah denganku mengurus perusahaan.” Jordy berkacak pinggang. “Jangan melepaskan kepemilikan sahammu
Baca selengkapnya

Chapter 377

Ada alasan kenapa Jordy begitu peduli pada Agatha. Sebagai putra pertama sekaligus pewaris Harper group, tekanan yang diberikan keluarga begitu besar. Sering kali Jordy bersedih sepulang sekolah mendapatkan nilai yang buruk. Ia akan dimarahi habis-habisan oleh Calista. Disaat itulah Agatha datang, Agatha mengajaknya melukis. Agatha menghiburnya dengan mengajak Jordy melukis bersamanya. Namun tidak lama hal itu terjadi, semua lukisan beserta alat-alatnya malah dibuang oleh Calista. Calista mengancam akan menyakiti Agatha jika Jordy masih tetap mendekati Agatha. Maka dari itu, Jordy berusaha menjaga jarak dengan Agatha meskipun ia sebenarnya peduli dengan adiknya sendiri. “Kau pikir mereka akan merestui hubungan kalian dengan keadaanmu yang sekarang?” tanya Jordy lagi. Agatha terdiam. semua yang dikatakan Jordy sudah terjadi. Bahkan dirinya sendiri diusir oleh nenek Gio karena tidak setara dengan pria itu. Lantas apakah ia bisa bertahan dengan keadaan seperti ini
Baca selengkapnya

Chapter 378

Agatha datang ke sebuah kafe. Melangkah dengan helaan nafas yang berat.. Ia berhenti sebentar—menatap seorang pria yang tengah duduk dengan tenang di sebuah bangku. Agatha mendekat dan mengambil duduk di hadapan Gio. Gio mengernyit dan memandang Agatha. “Bukan di sana..” “Ke marilah.” Menunjuk kursi di sampingnya. Agatha menggeleng. “Tidak..” suaranya yang begitu pelan. “Di sini lebih nyaman.” Agatha tetap memilih duduk di hadapan Gio daripada duduk di samping pria itu. Gio menghela nafas. dan membiarkan Agatha duduk di hadapannya saja. “Aku tahu semuanya. Aku tahu kenapa kau pergi dari Mansion.” Tangan Gio terulur mengusap punggung tangan Agatha. “Aku sudah memberitahumu, abaikan saja perkataan keluargaku. Aku tidak mau kau pergi, Agatha.” Agatha menatap tangannya yang diusap lembut Gio. Ia mengerucutkan bibirnya. Sadar bahwa sesungguhnya ia memang merindukan pria itu. Namun karena keadaan yang sekarang, ia tidak bisa.Jadi ia hanya diam dan berusaha tenang. “Aku tida
Baca selengkapnya

Chapter 379

“Tapi kita tetap bisa bersama,” balas Gio. Sungguh ia tidak ingin kehilangan Agatha. Ditinggal satu hari saja pusing, ini mau ditinggal kuliah di luar negeri. Bagaimana dirinya. Apa jadinya dirinya.. “Sesekali aku akan mengunjungimu. Hubungan jarak jauh tidak sesulit itu.” Gio tidak bisa memikirkan lagi bagaimana jika ditinggal Agatha seperti ini. Kebersamaan mereka… Sentuhan yang mereka lakukan. Apa dipikir ia bisa lepas dari semua ini dengan mudah? Agatha menggeleng. ia berdiri duduknya. “Hubungan kita berakhir di sini.” Agatha berjalan dengan cepat keluar dari kafe. Segera mengusap air matanya yang berjatuhan. Padahal ia merindukan pria itu. Ingin memeluk pria itu. Ingin menyandarkan kepalanya di dada pria itu dan berkata. Semuanya terasa sangat sulit. “Agatha!” panggil Gio segera mengejar Agatha. Agatha tidak berhenti sampai Gio berhasil mencekal tangannya. Gio menarik tangan Agatha—dan mendekap tubuh mungil wanita itu. “Jangan tinggalkan aku. Aku
Baca selengkapnya

Chapter 380

“Kau putus dengannya?” tanya Jordy yang berada di samping Agatha. Agatha mengangguk tanpa mengangkat kepalanya. “Hm..” “Di sana ada tisu.” Jordy menunjuk dashbord. Agatha mengambilnya. mengusap air matanya dengan tisu. “Dia ingin kita tetap berhubungan. Ldr.. tapi aku tidak mau. Aku tidak yakin dengan hubungan seperti itu,” ucap Agatha dengan air mata yang masih berlinang. “Ya..” Jordy menyetujui. “Ldr memang sulit. Hubungan kalian bisa kandas di tengah jalan..” Agatha menghela nafas. “Maka dari itu aku mengakhirinya dari awal.” Agatha menatap lurus ke depan. Kembali menangis… Jordy menoleh sebentar sembari menggeleng pelan. Berusaha memahami orang yang lagi patah hati. Ia masih fokus menyetir sedangkan Agatha masih menangis. “Aku membuatnya membenciku. Karena, hanya dengan cara itu dia bisa melepasku. Jika aku memberinya harapan, dia bisa mengikutiku dan mengawasiku.” “Kau bisa menjelaskan padanya nanti..” Agatha menoleh pada jendela. “Aku tidak tahu kapan aku bisa bert
Baca selengkapnya

Chapter 381

“Jawab nanek apa maksud kamu?” tanya Margaret pada akhirnya memegang kedua bahu cucunya. “Dokter bilang kamu sepenuhnya sembuh. Tapi kenapa kamu bilang penyakit ini menggoroti? Apa maksud kamu?” Gio menghela nafas. “Gio belum sepenuhnya sembuh. Dan—” Gio menepuk dadanya. “Di sini masih sering sakit.” Akhirnya Gio memberitahukan penyakitnya pada keluarganya.. “Di saat hal itu terjadi. Agatha selalu berada di sampingku. Hanya dia yang bisa membuatku tenang. Hanya dia yang membuatku rutin minum obat.” Gio segera mengusap sudut air matanya yang berair. “Hanya dia yang bisa membuatku minum obat di saat aku benar-benar muak dengan obat-obatan…” lirihnya. “Tapi dia sekarang sudah pergi…” Margaret terdiam. Ia tidak tahu jika cucunya menyimpan hal sebesar ini. “Kenapa tidak bilang dari awal?” tanya Margaret. “Karena aku tidak ingin membuat kalian kawatir. Aku tidak ingin membuat semua orang kawatir dan heboh dengan keadaanku.” Gio menatap neneknya. “Mulai sekarang, nene
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3637383940
...
47
DMCA.com Protection Status