Agatha pergi.. Ia menghela nafas sembari menyeret kopernya. Kepergiannya yang begitu cepat… Agatha menoleh ke belakang. Jordy mengantarnya—pria itu masih berdiri di belakangnya. “Pergilah,” ucap Jordy. Seakan mengusir Agatha agar segera pergi. Agatha menghela nafas. “Aku benar-benar pergi?” tanyanya. Hatinya tidak rela meninggalkan kota ini. Kota yang menyimpan banyak kenangannya. Bersama… Gio Agatha mengerucutkan bibirnya. Akhirnya Jordy mendekat. memegang bahu Agatha. “Jika ingin mengejar sesuatu, ada yang harus kau relakan. Contohnya adalah cinta. Aku yakin setelah kau kembali. Kau akan mendapatkan cinta yang lebih dari kemarin.” “Aku mengerti.” Agatha mengangguk. “Jangan menghawatirkan apapun. Di sana ada orangku yang akan membantumu.” Lagi-lagi Agatha mengangguk. “Aku tidak punya siapapun. Hanya kau yang bisa aku andalkan.” “Aku harap aku tidak salah memilihmu.” Agatha mendongak. “Aku juga tidak sedang main-main.” Jordy mengangguk. “Semua yang aku
1 tahun pertama dilewati Agatha dengan belajar sungguh-sungguh. Ia bahkan tidak banyak berteman. “Agatha!” panggil seorang perempuan yang memiliki suara cempreng. “Agatha!” memanggil Agatha lagi. Agatha pura-pura tidak kenal karena memalukan dipanggil sekencang itu. Tapi perempuan itu mengejar Agatha sampai memeluk Agatha dari belakang. “Jangan kabur.” Emily menahan lengan Agatha. “Aku ingin mengatakan sesuatu.” Agatha berjalan santai dan menoleh ke samping. “Jangan banyak bicara, kita harus mengikuti kelas sebentar lagi.” Emily dan Agatha masuk ke dalam ruang. Memilih bangku tengah yang nyaman untuk mendengarkan penjelasan dosen. “Nanti malam…” Emily mulai berbicara. “Nanti malam ayo pergi ke pesta.” Tanpa menoleh Agatha langsung menggeleng. “Tidak!” Emily mengguncang pelan bahu Agatha. “Ayolah… di sana ada banyak mahasiswa tampan. Aku dengar kakak tingkat juga datang ke pesta itu.” Agatha menghela nafas. “Aku terlalu tua menghadiri pesta seperti
Agatha tidak tahu pesta seperti apa yang dimaksud oleh Emily. Tapi bukankah pesta itu menggunakan dress formal.Tapi ini ia dilihkan Emily rok jeans selutut. Dengan kaos crop. Menggunakan heels tinggi untuk menunjang tingginya yang pendek. Agatha mengernyit ketika taksi yang membawa mereka sampai di sebuah rumah. “Ini…” lirihnya tidak yakin. “Kau pasti belum pernah.” Emily menggandeng tangan Agatha. “Pesta di sini memang seperti ini Agatha. pesta ini diadakan oleh kakak tingkat kita.” “Dia Influencer yang lumayan terkenal. Semua minuman dan makanan di sana premium. Juga.. dia mengundang DJ..” Ocehan Emily yang seperti lewat saja di telinga Agatha. Bagi Agatha yang penting Emily senang ia bisa ikut. Tapi ia akan segera pergi setelah Emily tidak sadar. Agatha tersenyum sendiri memikirkan rencana liciknya. Agatha menghela nafas dan memilih untuk mengikuti Emily saja. Emily mendekat. “Yang aku suka dari pesta ini karena ada banyak pria tampan. Aku harus mendapatkan satu..” bi
Pada akhirnya.. Agatha duduk di mobil dengan sampingnya ada Matt. “Asalmu dari mana?” tanya Matt. Agatha menoleh. “Aku dari Indonesia.” “Really..” Matt tiba-tiba antusias. “Nenek kakekku dari sana. aku sering ke indonesia.” Agatha mengangguk dan tersenyum. “Apa yang membuatmu ke pesta padahal kau sendiri tidak minum apalagi merokok?” tanyanya. “Entahlah.” Matt mengedikan bahu. “Aku hanya menyetujui permintaan temanku.” “Sama denganku.” Matt ini begitu tampan. Tampannya orang London. Agatha bisa menebaknya, mungkin Matt adalah salah satu influencer yang dibicarakan oleh Emily. Tapi Matt nampak begitu muda. “How older you matt?” tanya Agatha memberanikan diri. “Aku 22.” Benar kan.. Agatha tertawa sendiri. Pasti di pesta itu hanya terisi oleh anak-anak muda. “Kenapa kau tertawa?” tanya Matt. “Aku terlalu tua untukmu?” Agatha menggeleng. “Aku yang terlalu tua. Aku 26.” “Whaat?” tanya Matt. “Tapi kau tidak terliihat tua—oh maksudku wajahmu masih begitu muda
Agatha meraih ponselnya lagi ketika bunyi dering itu kembali terdengar. Agatha menghela nafas. “Apa lagi? belum cukup memarahiku?” tanyanya. “Apa?” tanya seseorang di balik telepon itu. Agatha mengernyit dan melihat siapa nama di dalam ponselnya. Tidak ada. Nomo asing. “Aku ingin tahu bagaimana kabarmu setelah kabar itu?” tanya seseorang itu. Agatha baru menyadari bahwa ini adalah suara Matt. “Oh…” Agatha mengerjap. “Aku kira kakakku.” Terdengar suara tawa ringan. “Kau pasti dimarahi kakakmu setelah berita itu tersebar.” Agatha mengangguk. “Hm. Aku dimarahi habis-habisan.” “Aku sudah menyuruh orang untuk menutup beritu itu. jadi kau tidak usah kawatir. Berita itu tidak akan melebar ke mana-mana,” jelas Matt. “Baiklah. Terima kasih.” Agatha bangkit dari duduknya. Melihat tanggalan. Seminggu lagi ia harus pulang. Sekian lama tidak pulang dan akhirnya akan pulang. “Matt,” panggil Agatha. “Ya?” “Kalau sudah tidak ada yang kau bicarakan. Aku akan mengakhiri
1 minggu itu waktu yang singkat. Agatha harus pulang… sebelum kakaknya melangsungkan pernikahan. Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, ia sampai juga. Menutup mata sebentar sebelum benar-benar turun dari pesawat. Udara di sini benar-benar sejuk. Pernikahan kakaknya akan diadakan di Bali. Mengusung tema privat. Akan ada tamu-tamu terpilih yang akan datang. “Agatha…” panggil seorang perempuan di sampingnya. “Aku sangat exited..” Agatha menghela nafas dan menoleh ke samping. Salah siapa membawa Emily. Agatha tersenyum. “Ayo..” mengajak Emily untuk segera meninggalkan bandara. Dijemput satu mobil. Membawa mereka ke sebuah hotel. “Aku tidak tahu ternyata kau sekaya ini.” ocehan Emily. “Agatha.. pokoknya sebelum datang ke pernikahan kakakmu. Ajak aku jalan-jalan.” “Iya-iya,” pasrah Agatha. Sebenarnya Agatha juga tidak yakin mengajak Emily. Tapi kata kakaknya, ajak temanmu juga. Emily kan teman baiknya selama kuliah satu tahun ini. perempuan
Agatha terpaku sejenak.Benar kan..Benar kan kalau pria itu adalah Gio. Tidak ada yang berubah dari pria itu. Agatha menghela nafas dan segera mengalihkan pandangannya. “Kau baik-baik saja?” tanya Matt. Agatha menoleh—tidak ada yang salah jika memanfaatkan Matt sejenak. “Duduklah.” Agatha menarik pergelangan tangan Matt dan menariknya untuk duduk di sampingnya. “Kau ingin makan apa?” tanya Agatha. Emily yang melihat hal itu mengernyit. “Kau—” menatap Agatha dengan curiga. “Kau mungkin sudah sadar kalau Matt tampan,” lanjutnya. Agatha menatap Emiliy sengit. “Diam saja.” Agatha menatap Matt dari samping. ia juga bertopang dagu. “Kau sudah makan? belum kan?” Matthew tersenyum. Ia tahu dibalik sikap Agatha ada sesuatu hal yang disembunyikan. “Aku masih basah, aku tidak bisa makan denganmu,” balas Matthew sembari menatap tubuhnya. Baju renangnya yang basah bahkan membuat kursi yang ia duduki menjadi basah juga. Agatha menggeleng. “Makan di sini saja ya..” sembari memohon.
Gio mengetukkan jari di dalam mobilnya. Menyandarkan dirinya di kursi penumpang. Melepas kancing teratas kemejanya. “Mau ganti tempat Sir?” tanya Cika, sekretarisnya. Tiba-tiba saja pergi padahal sudah memesan tempat di sana. Untung saja Cika tahu kalau di sana ada mantan bosnya. Agatha yang terlihat bersama Matthew. Bagaimanapun pasti Gio masih memiliki perasaan pada Agatha. “Tidak usah, kembali saja ke vila,” ucap Gio. Cika menghela nafas. “Saya akan memesankan makanan dan akan mengantar ke vila,” ucapnya. “Itu lebih baik,” balas Gio. Gio memandang jendela. Kedatangannya di sini adalah urusan bisnis. Dan ia mewakili ayahnya untuk menghadiri pernikahan kakak Agatha. Harper menjalin kerja sama dengan Winston beberapa bulan lalu. Dan Winston menjadi penanam modal terbanyak pada projek tersebut. Tidak heran jika Winston diundang pada pernikahan yang katanya berkonsep privat. Gio menoleh ke samping, wajahnya yang datar kian datar dengan suasana yang tida
“maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
21++ “Sayang ahh ohhh!” Gio menekan miliknya ke dalam mulut Agatha. Membuat Agatha terdorong sampai membentur pantry. Tapi untungnya telapak tangannya bergerak dengan cepat melindungi belakang kepala Agatha. Agatha melakukan tugasnya—membuat Gio semakin tergila-gila dengannya. Agatha pastikan, Gio akan semakin menyukainya. “babe..” Gio menggerakkan pinggulnya maju mundur. “Ahh babe… kau nikmat ohh!” Gio menarik Agatha kemudian menyatukan miliknya ke dalam milik Agatha. Menarik satu kaki Agatha—membawanya ke atas. Kemudian pelan-pelan menghujam milik Agatha. Tubuh Agatha terguncang.. kedua dadanya bergerak dengan pergerakan pria itu. Agatha hanya bertopang pada meja pantry sementara Gio yang terus menghujamnya. Gio menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya. kembali menghujamnya dari belakang. Salah satu tangannya di bawa ke belakang. Gio memang mengendalikan permainan ini. Tidak berhenti sebelum dirinya puas. Meskipun Agatha kelelahan. Tapi Agatha merutuk or
21++ “Kau ingin kita menjadi apa?” tanya Gio. Agatha mengedikkan bahu. Dasar tidak peka. Agatha menggerutu dalam hati. “Lupakan saja.” Agatha mengalunkan tangannya di leher Gio. “Tapi aku berterima kasih karena kau mau melakukan hal sebanyak itu. Aku hanya tidak menyangka kau melakukannya untukku.” Gio mengusap pinggang Agatha pelan. “Jika kau menurut, aku akan melakukan apapun…” Jemarinya mengusap bibir bawah Agatha. “Menurut padaku… kau akan mendapatkan keuntungan lebih banyak.” Agatha mengernyit. “Aku sudah menurut…” Gio tersenyum miring. “Tidak sepenuhnya.” Agatha berpikir lebih dalam. Ia sudah menuruti keinginan Gio. Semuanya…. Lalu apa yang diminta oleh pria itu. Agatha pun tidak tahu apa arti kata menurut itu di bagi Gio. Agatha mengedikkan bahu. “Aku merasa, aku sudah menurut dan melakukan apapun yang kau mau.” “Itu menurutku tapi tidak bagiku.” Gio benar-benar membuatnya bingung. Agatha perlahan naik ke atas pangkuan pria itu. Kemudian memiri
Ketika masuk ke dalam penthouse. Agatha disambut oleh bau masakan. Ketika melhat dapur—ia melihat pria yang tampan sedang memasak. Dengan lengan kemeja yang dilipat sampai siku. Pria itu terlihat fokus memasak. Entah apa yang dimasak. Gio hanya menatap Agatha sekilas dan kembali memasak. “Kau sudah pulang?” tanyanya. Agatha mengangguk. Gio mengacuhkannya. Agatha mendekat dan memeluk pria itu dari belakang. Memeluk pinggang pria itu dengan kedua tangannya. Agatha menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. “Jangan menggangguku. Aku akan menyelesaikannya dahulu.” Alhasil Agatha diam—tapi dia masih memeluk pria itu. Jadi, Gio memasak dengan Agatha yang selalu mengekorinya. Mengaduk masakannya—sampai menyajikan masakannya. Agatha masih menempel padanya. setelah itu barulah Gio memutar tubuhnya. “Ada apa?” tanya Gio. “Tapi sebelum kau berbicara, lebih baik makan dulu. aku yakin ada banyak yang ingin kau bicarakan.” Agatha menyipitkan mata. Kemudian mengambil duduk