Agatha meraih ponselnya lagi ketika bunyi dering itu kembali terdengar. Agatha menghela nafas. “Apa lagi? belum cukup memarahiku?” tanyanya. “Apa?” tanya seseorang di balik telepon itu. Agatha mengernyit dan melihat siapa nama di dalam ponselnya. Tidak ada. Nomo asing. “Aku ingin tahu bagaimana kabarmu setelah kabar itu?” tanya seseorang itu. Agatha baru menyadari bahwa ini adalah suara Matt. “Oh…” Agatha mengerjap. “Aku kira kakakku.” Terdengar suara tawa ringan. “Kau pasti dimarahi kakakmu setelah berita itu tersebar.” Agatha mengangguk. “Hm. Aku dimarahi habis-habisan.” “Aku sudah menyuruh orang untuk menutup beritu itu. jadi kau tidak usah kawatir. Berita itu tidak akan melebar ke mana-mana,” jelas Matt. “Baiklah. Terima kasih.” Agatha bangkit dari duduknya. Melihat tanggalan. Seminggu lagi ia harus pulang. Sekian lama tidak pulang dan akhirnya akan pulang. “Matt,” panggil Agatha. “Ya?” “Kalau sudah tidak ada yang kau bicarakan. Aku akan mengakhiri
1 minggu itu waktu yang singkat. Agatha harus pulang… sebelum kakaknya melangsungkan pernikahan. Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, ia sampai juga. Menutup mata sebentar sebelum benar-benar turun dari pesawat. Udara di sini benar-benar sejuk. Pernikahan kakaknya akan diadakan di Bali. Mengusung tema privat. Akan ada tamu-tamu terpilih yang akan datang. “Agatha…” panggil seorang perempuan di sampingnya. “Aku sangat exited..” Agatha menghela nafas dan menoleh ke samping. Salah siapa membawa Emily. Agatha tersenyum. “Ayo..” mengajak Emily untuk segera meninggalkan bandara. Dijemput satu mobil. Membawa mereka ke sebuah hotel. “Aku tidak tahu ternyata kau sekaya ini.” ocehan Emily. “Agatha.. pokoknya sebelum datang ke pernikahan kakakmu. Ajak aku jalan-jalan.” “Iya-iya,” pasrah Agatha. Sebenarnya Agatha juga tidak yakin mengajak Emily. Tapi kata kakaknya, ajak temanmu juga. Emily kan teman baiknya selama kuliah satu tahun ini. perempuan
Agatha terpaku sejenak.Benar kan..Benar kan kalau pria itu adalah Gio. Tidak ada yang berubah dari pria itu. Agatha menghela nafas dan segera mengalihkan pandangannya. “Kau baik-baik saja?” tanya Matt. Agatha menoleh—tidak ada yang salah jika memanfaatkan Matt sejenak. “Duduklah.” Agatha menarik pergelangan tangan Matt dan menariknya untuk duduk di sampingnya. “Kau ingin makan apa?” tanya Agatha. Emily yang melihat hal itu mengernyit. “Kau—” menatap Agatha dengan curiga. “Kau mungkin sudah sadar kalau Matt tampan,” lanjutnya. Agatha menatap Emiliy sengit. “Diam saja.” Agatha menatap Matt dari samping. ia juga bertopang dagu. “Kau sudah makan? belum kan?” Matthew tersenyum. Ia tahu dibalik sikap Agatha ada sesuatu hal yang disembunyikan. “Aku masih basah, aku tidak bisa makan denganmu,” balas Matthew sembari menatap tubuhnya. Baju renangnya yang basah bahkan membuat kursi yang ia duduki menjadi basah juga. Agatha menggeleng. “Makan di sini saja ya..” sembari memohon.
Gio mengetukkan jari di dalam mobilnya. Menyandarkan dirinya di kursi penumpang. Melepas kancing teratas kemejanya. “Mau ganti tempat Sir?” tanya Cika, sekretarisnya. Tiba-tiba saja pergi padahal sudah memesan tempat di sana. Untung saja Cika tahu kalau di sana ada mantan bosnya. Agatha yang terlihat bersama Matthew. Bagaimanapun pasti Gio masih memiliki perasaan pada Agatha. “Tidak usah, kembali saja ke vila,” ucap Gio. Cika menghela nafas. “Saya akan memesankan makanan dan akan mengantar ke vila,” ucapnya. “Itu lebih baik,” balas Gio. Gio memandang jendela. Kedatangannya di sini adalah urusan bisnis. Dan ia mewakili ayahnya untuk menghadiri pernikahan kakak Agatha. Harper menjalin kerja sama dengan Winston beberapa bulan lalu. Dan Winston menjadi penanam modal terbanyak pada projek tersebut. Tidak heran jika Winston diundang pada pernikahan yang katanya berkonsep privat. Gio menoleh ke samping, wajahnya yang datar kian datar dengan suasana yang tida
Agatha dan Emily datang ke pesta kecil-kecilan yang diadakan oleh tim produksi film Matthew. Semua berjalan dengan lancar. Agatha dan Emily berbaur dengan mereka. Mereka menerima Agatha dan Emily. Malam yang semakin larut. Satu persatu orang-orang pergi. Emily berbincang dengan seorang aktor tampan. Kalau urusan tampan jangan ditanya lagi, pokoknya nomor satu. Agatha menyingkir dan memilih duduk di pinggir kolam renang. Ia memegang satu gelas yang berisi jus. “Kau tidak ingin memberitahuku apa yang terjadi tadi siang?” tanya Matt yang mengambil duduk di samping Agatha. Agatha terdiam. “Aku tidak bisa memberitahumu.” Agatha menoleh. “Untuk tadi siang, aku minta maaf.” “Aku terlalu kasar. Entahlah.. aku merasa aku hanya marah. Tapi aku melampiaskannya padamu.” Agatha tersenyum. “Maafkan aku.” Matt mengangguk. “Its oke. tidak masalah,” balasnya. Agatha menatap lurus ke depan. “Tapi actingmu tadi kurang menghayati,” ucap Matt. “Kau tadi berakting seolah-olah
Menggunakan dress hitam. Lekuk tubuhnya sedikit terlihat. Penampilannya hari ini sedikit memberikan kesan seksi namun tidak berlebihan. Agatha menggandeng lengan Matt saat keluar dari mobil. Begitupun dengan Emily yang berada di belakangnya. Emily bersama seorang pria yang merupakan sutradara film. Tidak tahu kenapa malah bersama sutradara yang masih mudah itu daripada dengan aktor. Agatha masuk ke dalam gedung yang digunakan sebagai pesta pernikahan kakaknya. Agatha menghela nafas berkali-kali. Pasti di dalam sana ada beberapa orang yang selalu ia hindari. “Agatha,” panggil Matt. “Ya?” Agatha menoleh. “Ayo.” Mereka akhirnya berjalan dan sampailah di dalam gedung. Gedung yang luas dan ketika berjalan lebih dalam di sana ada balkon yang begitu luas langsung menghadap ke laut. Agatha mencari kakaknya.. yang ternyata berada dengan beberapa orang untuk berbincang. “Kak,” panggil Agatha. Jordy menoleh. “Akhirnya kau datang juga.” Memeluk A
Acara berlanjut dengan lancar. Dari pemotongan kue sampai saat ini Jordy dan Jessika tengah berada di tengah ruangan. Lampu di padamkan dan Ada satu lampu yang menyorot ke arah mereka. Agatha melirik kakek dan ibu tirinya. Tadi sempat berbasa-basi. Tapi tidak lama karena Agatha tidak mau lama-lama berbicara dengan mereka. Agatha memilih untuk tetap dibangku bersama dengan Matt. Jangan tanya Emily ke mana. Entah ke mana. entah pergi ke tempat lain atau masih di sini. Tapi Agatha tidak melihat keberadaan temannya itu. “Kau mau dansa?” tanya Matt. Ia mengulurkan tangannya. Agatha menggeleng. “Aku tidak pernah.” Agatha melihat sekeliling mereka, orang-orang yang tadinya duduk kini berdiri dan berdansa dengan pasangan masing-masing. Alunan musik yang romantis terdengar. “Kau bisa percaya padaku,” ucap Matt. “Ayo.” Matt menarik pelan pinggang Agatha hingga memaksa perempuan itu yang semula duduk menjadi berdiri. Agatha mengalunkan tangannya di leher Matt. Seda
“Lepaskan aku.” Agatha memejamkan mata sebentar. Kedua tangannya berada di dada Gio. Seakan menahan pria itu untuk tetap berada dalam jarak aman. “Tidak mau,” balas Gio. Agatha mendongak dan mengernyit. “Kau gila?” “Hm aku gila.” Gio tersenyum. “Aku gila karena mencoba melupakanmu. Tapi sayangnya aku selalu gagal.” Agatha melengos. Mendengus kesal.. Aroma parfum pria itu masih sama seperti 1 tahun yang lalu. Agatha menghela nafas. ia harus segera pergi jika tidak ingin hatinya menguasai akal sehatnya. “Lepaskan aku,” ucap Agatha dengan tegas. “Aku akan melepaskanmu pergi setelah aku mendapat jawaban.” Kedua tangan Gio berada di pinggang Agatha dengan lancang. “Apa kau berkencan dengan pria itu?” tanya Gio. Tanpa memberi jeda, Agatha langsung mengangguk memberi jawaban Iya. “Hm. Aku berkencan dengan Matthew.” Gio menyipitkan mata. “Kau mencintainya?” “Kau tidak perlu ikut campur dalam hubunganku. Berkencan atau tidak. Mencintainya atau tidak. Itu bukan ur
“maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
21++ “Sayang ahh ohhh!” Gio menekan miliknya ke dalam mulut Agatha. Membuat Agatha terdorong sampai membentur pantry. Tapi untungnya telapak tangannya bergerak dengan cepat melindungi belakang kepala Agatha. Agatha melakukan tugasnya—membuat Gio semakin tergila-gila dengannya. Agatha pastikan, Gio akan semakin menyukainya. “babe..” Gio menggerakkan pinggulnya maju mundur. “Ahh babe… kau nikmat ohh!” Gio menarik Agatha kemudian menyatukan miliknya ke dalam milik Agatha. Menarik satu kaki Agatha—membawanya ke atas. Kemudian pelan-pelan menghujam milik Agatha. Tubuh Agatha terguncang.. kedua dadanya bergerak dengan pergerakan pria itu. Agatha hanya bertopang pada meja pantry sementara Gio yang terus menghujamnya. Gio menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya. kembali menghujamnya dari belakang. Salah satu tangannya di bawa ke belakang. Gio memang mengendalikan permainan ini. Tidak berhenti sebelum dirinya puas. Meskipun Agatha kelelahan. Tapi Agatha merutuk or
21++ “Kau ingin kita menjadi apa?” tanya Gio. Agatha mengedikkan bahu. Dasar tidak peka. Agatha menggerutu dalam hati. “Lupakan saja.” Agatha mengalunkan tangannya di leher Gio. “Tapi aku berterima kasih karena kau mau melakukan hal sebanyak itu. Aku hanya tidak menyangka kau melakukannya untukku.” Gio mengusap pinggang Agatha pelan. “Jika kau menurut, aku akan melakukan apapun…” Jemarinya mengusap bibir bawah Agatha. “Menurut padaku… kau akan mendapatkan keuntungan lebih banyak.” Agatha mengernyit. “Aku sudah menurut…” Gio tersenyum miring. “Tidak sepenuhnya.” Agatha berpikir lebih dalam. Ia sudah menuruti keinginan Gio. Semuanya…. Lalu apa yang diminta oleh pria itu. Agatha pun tidak tahu apa arti kata menurut itu di bagi Gio. Agatha mengedikkan bahu. “Aku merasa, aku sudah menurut dan melakukan apapun yang kau mau.” “Itu menurutku tapi tidak bagiku.” Gio benar-benar membuatnya bingung. Agatha perlahan naik ke atas pangkuan pria itu. Kemudian memiri
Ketika masuk ke dalam penthouse. Agatha disambut oleh bau masakan. Ketika melhat dapur—ia melihat pria yang tampan sedang memasak. Dengan lengan kemeja yang dilipat sampai siku. Pria itu terlihat fokus memasak. Entah apa yang dimasak. Gio hanya menatap Agatha sekilas dan kembali memasak. “Kau sudah pulang?” tanyanya. Agatha mengangguk. Gio mengacuhkannya. Agatha mendekat dan memeluk pria itu dari belakang. Memeluk pinggang pria itu dengan kedua tangannya. Agatha menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. “Jangan menggangguku. Aku akan menyelesaikannya dahulu.” Alhasil Agatha diam—tapi dia masih memeluk pria itu. Jadi, Gio memasak dengan Agatha yang selalu mengekorinya. Mengaduk masakannya—sampai menyajikan masakannya. Agatha masih menempel padanya. setelah itu barulah Gio memutar tubuhnya. “Ada apa?” tanya Gio. “Tapi sebelum kau berbicara, lebih baik makan dulu. aku yakin ada banyak yang ingin kau bicarakan.” Agatha menyipitkan mata. Kemudian mengambil duduk