Acara berlanjut dengan lancar. Dari pemotongan kue sampai saat ini Jordy dan Jessika tengah berada di tengah ruangan. Lampu di padamkan dan Ada satu lampu yang menyorot ke arah mereka. Agatha melirik kakek dan ibu tirinya. Tadi sempat berbasa-basi. Tapi tidak lama karena Agatha tidak mau lama-lama berbicara dengan mereka. Agatha memilih untuk tetap dibangku bersama dengan Matt. Jangan tanya Emily ke mana. Entah ke mana. entah pergi ke tempat lain atau masih di sini. Tapi Agatha tidak melihat keberadaan temannya itu. “Kau mau dansa?” tanya Matt. Ia mengulurkan tangannya. Agatha menggeleng. “Aku tidak pernah.” Agatha melihat sekeliling mereka, orang-orang yang tadinya duduk kini berdiri dan berdansa dengan pasangan masing-masing. Alunan musik yang romantis terdengar. “Kau bisa percaya padaku,” ucap Matt. “Ayo.” Matt menarik pelan pinggang Agatha hingga memaksa perempuan itu yang semula duduk menjadi berdiri. Agatha mengalunkan tangannya di leher Matt. Seda
“Lepaskan aku.” Agatha memejamkan mata sebentar. Kedua tangannya berada di dada Gio. Seakan menahan pria itu untuk tetap berada dalam jarak aman. “Tidak mau,” balas Gio. Agatha mendongak dan mengernyit. “Kau gila?” “Hm aku gila.” Gio tersenyum. “Aku gila karena mencoba melupakanmu. Tapi sayangnya aku selalu gagal.” Agatha melengos. Mendengus kesal.. Aroma parfum pria itu masih sama seperti 1 tahun yang lalu. Agatha menghela nafas. ia harus segera pergi jika tidak ingin hatinya menguasai akal sehatnya. “Lepaskan aku,” ucap Agatha dengan tegas. “Aku akan melepaskanmu pergi setelah aku mendapat jawaban.” Kedua tangan Gio berada di pinggang Agatha dengan lancang. “Apa kau berkencan dengan pria itu?” tanya Gio. Tanpa memberi jeda, Agatha langsung mengangguk memberi jawaban Iya. “Hm. Aku berkencan dengan Matthew.” Gio menyipitkan mata. “Kau mencintainya?” “Kau tidak perlu ikut campur dalam hubunganku. Berkencan atau tidak. Mencintainya atau tidak. Itu bukan ur
Agatha sengaja mencium Matt lebih dulu. Ia melihat Gio yang tidak jauh dari mereka. Kedua tangannya mengalun di leher Matt. Kakinya berjinjit dan lebih dulu mencium pria itu. Agatha memejamkan mata ketika Matt membalas ciumannya. Matt mengusap pipi Agatha sebelum mengakhirinya. Agatha menunduk dan menghela nafas. “Terima kasih. Walaupun kau melakukannya untuk membuat mantanmu pergi,” ucap Matt. Agatha mendongak. “Aku..” “Aku tahu.” Matt mengangguk lagi. Tangannya bergerak mengusap puncak kepala Agatha. “Seberapa cinta kau dengannya sampai-sampai kau susah melupakannya…” “Aku tidak tahu.” Agatha mendengus. “Tapi aku akan berusaha melupakannya. “Butuh bantuan?” tanya Matt. “Aku tidak ingin melibatkan orang lain Matt.” Agatha menatap Matt. “Kau baik. aku tidak bisa menyakitimu.” “Ayo pergi dari sini.” Agatha menggandeng tangan Matt dan mengajak pria itu untuk pergi dari sini. Sesampainya di mobil, Matt duduk di kursi kemudi. “Kau yakin?” tanya Agatha. “A
“Shut up Matthew!” ucap Agatha. Matt tertawa pelan sebelum keluar dari mobil. Pria itu juga membukakan pintu mobilnya untuk Agatha. Matt mengulurkan lengannya agar digandeng oleh Agatha. Agatha menggeleng pelan sambil terkekeh sebelum menggandeng tangan Matt. “Bagus sekali.” Matt mengusap puncak kepala Agatha lagi. “Lagi..” lirih Agatha berdecak. “Aku bukan anak kecil.” Matt tersenyum. “Tapi kau lucu.” “Kau yakin masuk di sini?” tanya Agatha lagi. Ia hanya takut jika diam-diam di foto lagi. ia tidak mau mengganggu karir Matt. Juga, dirinya sendiri. jika duni media sosial heboh dengan dirinya dan Matt. Mereka pasti akan mencari tahu tentang Agatha. mengorek sedalam mungkin tentang dirinya. Agatha tidak mau hal itu terjadi. “Yakin.” Matt mengangguk dengan mantap. “Tidak semua orang mengenalku.” Agatha berdecak pelan. “Semua orang tahu filmmu. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu jika kau adalah pemeran utama dari film yang mereka sukai?” “Kau tahu dari mana
3 tahun berlalu. Agatha sudah lulus tepat waktu dengan nilai sempurna. Meski tidak ada yang datang pada wisudanya. Tetap saja ia bahagia. Huft. Setelah acara wisuda di gedung, Agatha keluar bersama Emily. Tak lama setelah berfoto ria, Emily sudah menghilang bersama keluarganya. Sedangkan Agatha—ia berjalan ke parkiran dan akan langsung pulang. Tapi ketika di parkiran, ia dikejutkan oleh seseorang yang membawa bunga yang begitu besar. Ukuran bunga tersebut bahkan menutupi kepala pria itu. “Congratss Agatha…” Matt tersenyum. “Waah…” Agatha mendekat dengan takjub. “Bagaimana kau mendapatkan bunga sebesar ini waah..” “Ini untukmu.” Matt menyodorkan bunganya. Tapi Agatha buru-buru membuka pintu mobilnya. “Itu berat. langsung letakkan di sini.” Matt menaruh bunga berwarna merah itu ke dalam mobil Agatha. “Waah..” Agatha memandang bunga itu. “Cantik sekali.” “Sepertimu,” ucap Matt tepat di belakang Agatha. Agatha hanya mendengus pelan. “Kau tidak bekerja?” tan
Agatha sampai di rumah setelah makan bersama Matt. Dering ponselnya terdengar. Agatha merogoh ponselnya dan mengambil ponselnya. Segera mengangkat panggilan dari kakaknya itu. “Aku dengar hari ini kelulusanmu. Aku ingin mengucapkan selamat. Maaf aku tidak bisa datang ke sana.” suara Jordy. Agatha mengangguk pasrah. Dari awal ia tidak pernah mengharapkan siapapun datang ke acara kelulusannya. Semua orang sibuk dan semua orang memiliki dunia masing-masing. “Baiklah.” Agatha mengangguk. “Jangan bersedih seperti itu, aku menjadi merasa bersalah tidak datang ke sana,” ucap Jordy. “Lalu kau ingin aku marah-marah?” tanya kembali Agatha “Bukan. Jangan bersedih. Bukannya aku sengaja tidak datang. Tapi kau tahu sendiri aku benar-benar sibuk di sini.” “Iya-iya aku mengerti.” Agatha terdiam sebentar. Haruskan ia memberitahukan rencananya sekarang. Bagaimana jika kakaknya menolak. Ah tidak mungkin. Kakaknya pasti akan mendukungnya. “Sebenarnya…” lirih Agatha. “Seben
Setelah menempuh perjalanan belasan jam. Akhirnya Agatha sampai juga di tanah kelahirannya. Meski ia sampai saat keadaan sudah malam. Agatha tidak peduli. Ia langsung menuju ke rumah sakit di mana kakaknya dirawat. Agatha berlari—ia berhenti ketika melihat Jessika yang terduduk lemah di depan sebuah ruang ICU. *ICU (Intensive Care Unit) adalah ruangan khusus di rumah sakit yang digunakan untuk merawat pasien yang membutuhkan pengawasan ketat dan perawatan intensif. “Bagaimana keadaan Jordy?” tanya Agatha menunduk di hadapan Jessika yang saat ini duduk. Jessika mengangkat kepalanya dan menatap Agatha dengan wajahnya yang sembab karena menangis. “Jordy mengalami luka yang sangat banyak. Kata dokter perutnya terkena hantaman.” Jessika menarik nafasnya dengan berat. Air matanya kembali bercucuran. “Kata dokter… hanya keajaiban yang bisa menolong Jordy..” Agatha memeluk Jessika. “Dia akan bangun. Aku yakin dia akan bangun. Selama ini dia sangat kuat.” Jessika kembali
Sudah beberapa hari Agatha dan Jessika bergantian menjaga Jordy. Setiap malam, Agatha akan menjaga Jordy. Ia menyuruh Jessika pulang agar bisa menemani Anton tidur. Agatha tidak pernah bertemu dengan kakeknya maupun Calista. Mereka pasti menjenguk kakaknya saat siang hari. Setiap malam Agatha akan menemani kakaknya di dalam ruang sembari bercerita apapun. Ia menyenderkan kepalanya di pembatas ranjang. “Kak…” panggil Agatha. “Kau tidak bosan?” Tangan Agatha terulur menyentuh punggung tangan Jordy. “Tidak masalah kalau kau tidak ingin cepat-cepat bangun. Tapi kau harus bangun. Aku tahu kau selama ini pasti lelah mengurus semuanya sendirian.” “Mungkin ini cara Tuhan agar kau bisa istirahat sejenak.” Agatha memandang wajah kakaknya yang tidak berubah. “Kata orang kita saudara tiri, tapi kenapa wajah kita mirip ya? Bahkan aku mengakui kalau wajah kita memang semirip itu.” Agatha tersenyum. “Kak aku ngantuk. Aku akan tidur di sini sebentar.” Agatha hampir saja terti
“maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
21++ “Sayang ahh ohhh!” Gio menekan miliknya ke dalam mulut Agatha. Membuat Agatha terdorong sampai membentur pantry. Tapi untungnya telapak tangannya bergerak dengan cepat melindungi belakang kepala Agatha. Agatha melakukan tugasnya—membuat Gio semakin tergila-gila dengannya. Agatha pastikan, Gio akan semakin menyukainya. “babe..” Gio menggerakkan pinggulnya maju mundur. “Ahh babe… kau nikmat ohh!” Gio menarik Agatha kemudian menyatukan miliknya ke dalam milik Agatha. Menarik satu kaki Agatha—membawanya ke atas. Kemudian pelan-pelan menghujam milik Agatha. Tubuh Agatha terguncang.. kedua dadanya bergerak dengan pergerakan pria itu. Agatha hanya bertopang pada meja pantry sementara Gio yang terus menghujamnya. Gio menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya. kembali menghujamnya dari belakang. Salah satu tangannya di bawa ke belakang. Gio memang mengendalikan permainan ini. Tidak berhenti sebelum dirinya puas. Meskipun Agatha kelelahan. Tapi Agatha merutuk or
21++ “Kau ingin kita menjadi apa?” tanya Gio. Agatha mengedikkan bahu. Dasar tidak peka. Agatha menggerutu dalam hati. “Lupakan saja.” Agatha mengalunkan tangannya di leher Gio. “Tapi aku berterima kasih karena kau mau melakukan hal sebanyak itu. Aku hanya tidak menyangka kau melakukannya untukku.” Gio mengusap pinggang Agatha pelan. “Jika kau menurut, aku akan melakukan apapun…” Jemarinya mengusap bibir bawah Agatha. “Menurut padaku… kau akan mendapatkan keuntungan lebih banyak.” Agatha mengernyit. “Aku sudah menurut…” Gio tersenyum miring. “Tidak sepenuhnya.” Agatha berpikir lebih dalam. Ia sudah menuruti keinginan Gio. Semuanya…. Lalu apa yang diminta oleh pria itu. Agatha pun tidak tahu apa arti kata menurut itu di bagi Gio. Agatha mengedikkan bahu. “Aku merasa, aku sudah menurut dan melakukan apapun yang kau mau.” “Itu menurutku tapi tidak bagiku.” Gio benar-benar membuatnya bingung. Agatha perlahan naik ke atas pangkuan pria itu. Kemudian memiri
Ketika masuk ke dalam penthouse. Agatha disambut oleh bau masakan. Ketika melhat dapur—ia melihat pria yang tampan sedang memasak. Dengan lengan kemeja yang dilipat sampai siku. Pria itu terlihat fokus memasak. Entah apa yang dimasak. Gio hanya menatap Agatha sekilas dan kembali memasak. “Kau sudah pulang?” tanyanya. Agatha mengangguk. Gio mengacuhkannya. Agatha mendekat dan memeluk pria itu dari belakang. Memeluk pinggang pria itu dengan kedua tangannya. Agatha menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. “Jangan menggangguku. Aku akan menyelesaikannya dahulu.” Alhasil Agatha diam—tapi dia masih memeluk pria itu. Jadi, Gio memasak dengan Agatha yang selalu mengekorinya. Mengaduk masakannya—sampai menyajikan masakannya. Agatha masih menempel padanya. setelah itu barulah Gio memutar tubuhnya. “Ada apa?” tanya Gio. “Tapi sebelum kau berbicara, lebih baik makan dulu. aku yakin ada banyak yang ingin kau bicarakan.” Agatha menyipitkan mata. Kemudian mengambil duduk