Gio tidak tahu sama sekali tentang itu. Kenapa tiba-tiba langsung mengumumkan pertunangan. Ia dan Jihan bahkan tidak memberitahu apapun pada orang tua mereka. Gio menoleh ke samping. Jihan tersenyum. “Aku sudah memberitahu orang tuaku bagaimana hubungan kita. mereka bilang, mereka ingin kita segera meresmikan hubungan kita.” “Kenapa kau tidak bilang padaku?” tanya Gio. “Jika kau bilang padaku, aku akan menjelaskan pada semua bahwa kita tidak cocok menikah. kita hanya cocok sebagai teman, bukan sebagai pasangan,” lanjut Gio. Jihan menatap Gio dengan wajahnya yang sedikit kecewa. “Kau berpikir seperti itu…” lirihnya. Gio menyipitkan mata. “Kau berpikir hubungan kita lebih dari sekedar teman?” tanyanya. “Dari awal aku sudah memberitahumu bagaimana…” Gio berhenti. ia tidak boleh membuat keributan di hadapan banyak orang. Gio menatap Ethan yang masih memberi sambutan. Ia menghela nafas. “Aku akan membahasnya dengan keluargaku dan keluargamu juga. Hal ini adalah salah paham. Ak
Agatha terdiam… Ia tidak tahu kenapa hatinya sakit sekali. Huft. Sudah waktunya ia pergi daripada terus melihat Gio dan Jihan. Agatha berpamitan pada Rino untuk pergi lebih dahulu. Berjalan dengan gontai keluar dari ruangan. Agatha berjalan ke parkiran. “Pak saya mau pulang, tapi saya mau menyetir sendiri.” Sopirnya itu menyerahkan kunci. Agatha sudah memesan taksi agar sopirnya bisa pulang langsung. Agatha duduk di kursi kemudi. Kedua tangannya memegang stir mobil. Kemudian menunduk—menghela nafas panjang. “Ada apa dengan diriku?” tanya Agatha. “Aku tidak bisa seperti ini terus. Hidup terus berjalan. aku sudah memilih untuk pergi. aku tidak bisa kembali begitu saja.” “Dia juga terlihat sangat membenciku.” Agatha mendongak. Inilah kenapa Agatha enggan pulang. Karena ia takut bertemu dan berurusan dengan Gio lagi. Ia takut perasaannya pada Gio semakin dalam. Pada akhirnya… Ia akan tersiksa sendiri karena mereka tidak bisa bersama. Agatha menghela naf
Mobil terus berjalan sampai berhenti di sebuah toko vintage yang kecil. “Ini tempat apa?” tanya Gio. “Toko aksesoris, ada buku juga.” Agatha turun dari mobilnya. Agatha menghela nafas… Rintik hujan berubah menjadi deras. “Aku tidak punya payung. Ayo segera turun.” Tidak menunggu jawaban dari Gio. Agatha bergegas turun dan berlari masuk ke dalam toko. Gio mengikuti Agatha. namun sayangnya, ada bagian pakaiannya yang basah. “Oh..” Agatha mendekat. “Ada daun..” Agatha mengambil daun yang berada di bahu Gio. Sepertinya daun yang jatuh karena hujan. Jarak mereka begitu dekat. Ketika Agatha mendongak—Agatha bisa merasakan hembusan nafas pria itu. Untuk itu—segera Agatha menjaga jarak. Gio menatap sekitar. “Untuk apa ke sini?” tanyanya. “Katanya ke tempat bagus,” ucap Agatha. “Ini tempat bagus…” pandangan Agatha terhenti pada seorang pria tua. Pria tua itu adalah pemilik dari toko ini. pria itu nampak tertidur dengan posisi terlentang di kursi. Agatha menggeleng
“Seneng kan?” tanya Agatha menatap Gio. Gio mengangguk. Agatha berdecak pelan. “Kerja apa lu sekarang?” tanya bapak itu. “Ada deh. saya jelasin juga kagak ngerti nanti,” balas Agatha. “Kerja yang bener lu ye.” Bapak itu menunjuk Agatha. “Temen-temen lu yang sering ke sini mentok-mentok jadi karyawan pabrik.” “Karyawan pabrik mah kagak masalah yang penting punya duit..” balas Agatha. tidak kalah, Agatha membalasnya dengan aksen khas betawi. “Iye, tapi gue ingetin lo nih ye. Alumni karyawan gue harus kerja yang bener.” “Iye dah. Cerewet amat.” Agatha menyenggol Gio pelan. “Mana yang mau kau beli?” tanyanya. “Jam,” ucap Gio singkat. “Nih temen saya mau beli jam.” Agatha berkacak pinggang. “Ada diskon dong nih, alumni nih mau beli.” “Temen atau demen nih,” balas bapak itu sembari menatap Gio dan Agatha bergantian. Tatapan dengan senyum aneh bagi Agatha. “Temen doang ini,” balas Agatha cepat. “Coba ambil,” ucap bapak itu. Agatha menyenggol Gio. “Ambil cepat,” uc
Seperkian detik selanjutnya, Agatha sadar bahwa ia mengatakan hal konyol. “Oh.. tidak. Maksudku…” Agatha memijit keningnya sendiri. “Maksudku ayo kita pergi saja dari sini,” Agatha memutar balikkan tubuhnya. Namun baru saja ingin berjalan. Pinggangnya ditarik dan dikurung di rak. “Apa yang kau bilang tadi?” tanya Gio. “Kau melamarku?” tanyanya. Agatha mengerjap dengan gugup. “Aku…” lirihnya. “Aku hanya…” Agatha terbata-bata. “Jika kau ingin menikahiku, aku bisa menerimamu,” ucap Gio. “Tapi tentu aku tidak mau menikah dengan Cuma-Cuma.” “Apa pernikahan itu akan menguntungkanku?” tanya Gio dengan senyum miring. Agatha tidak bisa kabur, pria itu sengaja mengurungnya agar tidak bisa ke mana-mana. “Aku tahu apa yang ada di pikiranmu,” ucap Gio. Jemarinya terangkat—menyentuh kepala Agatha. “Aku yakin kau belum menyerah mendekatiku agar mendapat dukunganku,” ucapnya. Agatha menghela nafas. yang dikatakan pria itu memang benar. Lantas ia tidak perlu melakukan pembelaan diri. La
21++ “Kau gila!” teriak Agatha tepat di hadapan Gio. Gio tersenyum miring. “Sejak lama aku sudah gila,” balasnya. Anggap saja sebagai pembalasan atas rasa sakit Gio melihat Agatha bersama pria lain. Ia tidak tahu bagaimana hubungan Agatha dengan pria itu. “Lepaskan aku,” balas Agatha. Gio mengeratkan pelukannya di pinggang Agatha yang mungil. “Kabur kalau bisa,” balasnya. Agatha memejamkan mata. ia menyerah… Karena mau sebanyak apapun usahanya, Gio tetap berkuasa… Agatha yang sudah tidak memberontak itu, membuat Gio menarik tubuh Agatha dan memeluknya. Gio mengusap punggung Agatha pelan. “Aku tidak menawarimu hal sama dua kali. Jadi, pikirkan hal ini baik-baik,” balas Gio. “Teganya kau bilang seperti ini….” lirih Agatha. “Kau berniat menjadikanku jalangmu kan?” tanyanya. “Aku tidak lebih dari simpanan orang kaya….” Lirih Agatha lagi. “Kau benar-benar jahat..” Gio terdiam….. Perlahan ia merasakan bahunya basah. Agatha pasti menangis. hatinya menciut. Tida
Terbangun dengan tubuh yang meringkuk. Agatha menatap sekitar. Ia berada di atas sofa. Tadi malam… Tidak ada yang terjadi selain ciuman. Agatha tertidur di dalam pelukan Gio. Mereka tidur di atas sofa kecil itu dengan posisi saling memeluk. Ketika terbangun, Agatha hanya mendapati dirinya sendirian di sini. Lalu menemukan sebuah kertas. ‘Aku pergi dulu.’ Hanya pesan singkat itu. tidak ada kalimat lain. Agatha bangkit dan menatap jam tangannya. Sebentar lagi ada meeting. Ia akan langsung ke kantor tanpa pulang dulu. “Rami siapkan pakaianku di kantor,” ucap Agatha. Agatha menjalankan mobilnya. “Jangan bertanya. Aku akan segera sampai. Jangan undurkan jadwal rapat. Kita harus rapat evaluasi.” “Baik, bu.” Agatha menatap ke depan. Mengarahkan kaca spion pada dirinya. Ada banyak kissmark yang tercetak di lehernya. “Aku harus menutupinya,” ucap Agatha. sayangnya tidak ada apapun yang bisa menutupi lehernya. Rambutnya juga pendek. Sesampainya di kantor, Agatha tidak langsung
“Kenapa tadi malam kamu menghilang?” tanya Ethan pada anaknya. “Kamu bukan anak kecil Gio…” Ethan menatap Gio dengan helaan nafas panjang. “Di acara sepenting itu kenapa kamu malah menghilang?” “Kenapa di acara sepenting itu Papa malah membuat keputusan konyol?” tanya Gio. “Kenapa di acara sepenting itu memalakukan diriku dengan mengumumkan pernikahan yang tidak aku sukai?” tanyanya. Ethan menatap putranya. “Papa melakukannya untuk kebaikan kamu,” ucapnya. Gio menggeleng. “Aku tidak mau.” “Gio… “ panggil Ethan. “Kamu ini satu-satunya pewaris Winston. Papa yakin kamu bisa memegang perusahaan. tapi untuk meneruskan perusahaan kamu butuh keturunan.” Gio menutup mata sebentar. “Aku akan memberi Dad keturunan. Tapi batalkan perjodohanku dengan Jihan. Aku tidak menyukainya.” “Apa yang kamu rencanakan?” tanya Ethan. “Kamu tidak berencana menyewa rahim wanita bukan?” tanyanya. “Papa berpikir sejauh itu?” tanya Gio. “Papa juga pernah mudah. Papa pernah berpikir seperti kam
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
21++ “Sayang ahh ohhh!” Gio menekan miliknya ke dalam mulut Agatha. Membuat Agatha terdorong sampai membentur pantry. Tapi untungnya telapak tangannya bergerak dengan cepat melindungi belakang kepala Agatha. Agatha melakukan tugasnya—membuat Gio semakin tergila-gila dengannya. Agatha pastikan, Gio akan semakin menyukainya. “babe..” Gio menggerakkan pinggulnya maju mundur. “Ahh babe… kau nikmat ohh!” Gio menarik Agatha kemudian menyatukan miliknya ke dalam milik Agatha. Menarik satu kaki Agatha—membawanya ke atas. Kemudian pelan-pelan menghujam milik Agatha. Tubuh Agatha terguncang.. kedua dadanya bergerak dengan pergerakan pria itu. Agatha hanya bertopang pada meja pantry sementara Gio yang terus menghujamnya. Gio menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya. kembali menghujamnya dari belakang. Salah satu tangannya di bawa ke belakang. Gio memang mengendalikan permainan ini. Tidak berhenti sebelum dirinya puas. Meskipun Agatha kelelahan. Tapi Agatha merutuk or
21++ “Kau ingin kita menjadi apa?” tanya Gio. Agatha mengedikkan bahu. Dasar tidak peka. Agatha menggerutu dalam hati. “Lupakan saja.” Agatha mengalunkan tangannya di leher Gio. “Tapi aku berterima kasih karena kau mau melakukan hal sebanyak itu. Aku hanya tidak menyangka kau melakukannya untukku.” Gio mengusap pinggang Agatha pelan. “Jika kau menurut, aku akan melakukan apapun…” Jemarinya mengusap bibir bawah Agatha. “Menurut padaku… kau akan mendapatkan keuntungan lebih banyak.” Agatha mengernyit. “Aku sudah menurut…” Gio tersenyum miring. “Tidak sepenuhnya.” Agatha berpikir lebih dalam. Ia sudah menuruti keinginan Gio. Semuanya…. Lalu apa yang diminta oleh pria itu. Agatha pun tidak tahu apa arti kata menurut itu di bagi Gio. Agatha mengedikkan bahu. “Aku merasa, aku sudah menurut dan melakukan apapun yang kau mau.” “Itu menurutku tapi tidak bagiku.” Gio benar-benar membuatnya bingung. Agatha perlahan naik ke atas pangkuan pria itu. Kemudian memiri
Ketika masuk ke dalam penthouse. Agatha disambut oleh bau masakan. Ketika melhat dapur—ia melihat pria yang tampan sedang memasak. Dengan lengan kemeja yang dilipat sampai siku. Pria itu terlihat fokus memasak. Entah apa yang dimasak. Gio hanya menatap Agatha sekilas dan kembali memasak. “Kau sudah pulang?” tanyanya. Agatha mengangguk. Gio mengacuhkannya. Agatha mendekat dan memeluk pria itu dari belakang. Memeluk pinggang pria itu dengan kedua tangannya. Agatha menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. “Jangan menggangguku. Aku akan menyelesaikannya dahulu.” Alhasil Agatha diam—tapi dia masih memeluk pria itu. Jadi, Gio memasak dengan Agatha yang selalu mengekorinya. Mengaduk masakannya—sampai menyajikan masakannya. Agatha masih menempel padanya. setelah itu barulah Gio memutar tubuhnya. “Ada apa?” tanya Gio. “Tapi sebelum kau berbicara, lebih baik makan dulu. aku yakin ada banyak yang ingin kau bicarakan.” Agatha menyipitkan mata. Kemudian mengambil duduk
Agatha baru saja menyelesaikan rapat bulanan bersama pegawainya. Ia masuk ke dalam ruangannya. Menerima satu telepon dari pak Rudi. “Apa anda sudah menyiapkan semua hal yang aku butuhkan?” tanya Agatha. Pak Rudi mengangguk. “Aku sudah menyiapkan berkas-berkasnya.” “Bagaimana dengan orang-orang?” tanya Agatha. “Apa aku harus menjilat mereka?” “Tidak usah. Gio sudah mengurusnya.” Agatha mengernyit. “Bagaimana?” tanya Agatha yang bingung. “Dia tidak memberitahuku apapun.” “Gio melakukan apapun untuk membantumu.” Agatha masih tidak mengerti. ia berdiri dari duduknya. Kemudian berkacak pinggang. “Aku tidak mengerti. Aku hanya meminta padanya untuk melindungiku dan memihakku ketika rapat diadakan. Apa dia bertindak sangat jauh?” “Benar. Dia bertindak sangat jauh. Itu dilakukannya untuk membantumu.” Agatha megusap wajahnya kasar. “Bagaimana dia melakukannya.” “Tunggu!” Agatha menggeleng pelan. “Apa anda berbicara dengan Gio.” “Ya. Aku berbicara dengannya. dia menje
“Tadi nenek bilang apa saja?” tanya Gio. Tadi, margaret hanya menjawab pertanyaan Gio seperti ini. “Aku hanya ingin mengobrol sebentar dengan Agatha.” Setelah itu margaret pergi. Agatha menoleh. “Seperti itulah..” mengedikkan bahu. Gio memegang bahu Agatha. “Beritahu aku apa yang dia katakan?” tanya Gio paksa. “Tidak perlu tahu apa yang dia katakan.” Agatha memandang Gio. “Tapi aku bilang padanya, aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan meninggalkanmu jika kau tidak menginginkanku lagi.” Gio tersenyum miring. “Kau lebih pintar dari yang aku kira.” Agatha mendekat. “Kau puas dengan jawabanku?” Gio mengangguk. Jemarinya mengusap pipi Agatha. “Lumayan.” Agatha mendongak. “Intinya kita punya perjanjian. Kita sama-sama diuntungkan. Jadi…” Agatha mengalunkan kedua tangannya di leher Gio. “Jangan mengingkari perjanjian kan?” Jemari lentik Agatha mengusap rahang Gio. “Aku hanya memintamu untuk jangan meninggalkanku saat tujuanku belum tercapai.” Kenapa ia memperjelasny
Siang ini. Ada yang mengajaknya makan siang. Wanita yang dahulunya menjadi tokoh jahat dalam hidupnya. Namun untuk sekarang sepertinya tidak terlalu. Agatha terdiam di bangkunya. Menunggu sampai orang di hadapannya ini berbicara lebih dulu. Tidak ada yang berubah dari wanita itu. Hanya—rambutnya yang kian memutih. “Bagaimana kabarmu?” tanya margaret. Meskipun dari wajahnya ia tidak suka basa-basi. Agatha mengangguk. “Seperti yang anda lihat. Aku baik dan aku berubah menjadi lebih baik..” Agatha tersenyum sopan. “Bagaimana kabar anda?” tanyanya. “Tidak terlalu baik…” margaret mengambil minumannya. Kemudian minum perlahan sebelum melanjutkan ucapannya. “Aku tidak baik saat melihat cucuku kembali bersamamu setelah sekian lama…” Agatha menghela napas. “Apa yang aku lakukan? Gio datang sendiri padaku. Kita memang masih menyukai. Apa boleh buat… Kami menjalin hubungan kembali.” “Kau tidak tahu Gio akan bertunangan kenapa kamu masih menerimanya?” Agatha tersenyum.