Agatha tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Ia harus melibatkan seseorang untuk mengambil keputusan yang terbaik. Agatha tidak ingin salah langkah lagi. Untuk itu ia akan bertemu dengan pak Rudi untuk meminta saran. Hari ini di sebuah restoran tertutup. Agatha tidak tahu kenapa tiba-tiba ingin bertemu di tempat yang tertutup. Biasanya mereka bertemu di kafe terbuka. “Sudah lama menunggu saya?” tanya Agatha. Ia melihat pak Rudi lebih dulu di dalam ruangan. Pak Rudi menggeleng. yang pasti mimik wajah pak Rudi berbeda dari biasanya. Terlihat lebih serius. “Apa yang terjadi?” tanya Agatha. “Kenapa anda terlihat sangat berbeda dengan terakhir kali kita bertemu?” tanya Agatha. Pak Rudi menggeleng lagi. “Seharusnya aku yang bertanya seperti itu pada kamu Agatha. apa yang terjadi sampai kamu ingin bertemu dengan saya?” tanyanya. Pak Rudi memandang Agatha. “Kamu sudah menjalankan rencana kita?” Agatha mengangguk. “Aku sudah mendekati Gio….” Lirih Agatha. Agatha terdiam. apaka
Agatha berjalan keluar dari restoran. Ia menghela nafas pelan. Memijit keningnya yang terasa pening. Ia berjalan ke jalan raya. Ia akan pergi membeli soda sebentar. Melihat lampu yang sudah berubah menjadi hijau bagi pejalan kaki, Agatha melangkah. Berjalan pelan—sampai akhirnya ia berhenti karena kepalanya yang terasa berputar. Agatha berhenti tepat di tengah jalan…. Memegang kepalanya sendiri. TIIIIIIIIT TIIIIIIIIT Bunyi klakson yang begitu keras. Agatha tidak tahu—mobil di hadapannya itu terasa semakin dekat. Sorot lampu semakin tajam dan membuat pandangannya semakin mengabur. Agatha hanya pasrah saat mobil yang berjalan begitu cepat ke arahnya. Namun—ketika ia bersiap akan ditabrak. Tubuhnya justru ditarik oleh seseorang. “Kau gila?” tanya seorang pria marah-marah. “Kau gila?” tanyanya sekali lagi. “KENAPA KAU BERDIRI DI TENGAH JALAN SEPERTI ITU?” teriaknya kian marah. Gio mengguncang bahu Agatha. seolah menyadarkan perempuan itu. Mobil Gio berada
Agatha terbangun. Ia menatap sekitar…. Di mana? Ini bukan kamarnya? Tapi ini tidak asing. Agatha mengedarkan pandangannya… Kemudian menatap dirinya sendiri—kedua matanya melebar. “Kenapa—” Agatha mengingat dengan jelas kejadian tadi malam.. Kenapa pakaiannya berganti..Apa Gio yang menggantikan pakaiannya?“Bukan aku.” Gio datang dari arah pintu. Pria itu membawa nampan yang berisi bubur dan obat. Gio menaruhnya di nakas samping ranjang. “Maid yang menggantikan pakaianmu.” Gio mengambil duduk di samping ranjang Agatha.Agatha bangkit—ia menatap Gio. “Ini di rumahmu ya?” tanyanya. “Hm.” Gio mengangguk. “Tadi malam kau pingsan dan aku memutuskan untuk membawamu ke sini agar kau bisa dirawat dokter pribadiku.” Agatha mengusap kepalanya sendiri. “Seharusnya kau mengantarkanku pulang saja.” Agatha menurunkan kakinya ke bawah. Tangan Gio terlentang menghalanginya. “Kau tidak boleh pulang sebelum sembuh.” Agatha menyipitkan mata. “Aku harus bekerja.” “Ini weekend. Kau bisa ber
Agatha termenung di dalam kamar. Gio pergi karena ada urusan yang mendadak. Penjelasan pria itu cukup memukul dirinya. Apakah kesakitan Gio benar-benar diakibatkan karenanya? Agatha meremas tangannya pelan. Ia berdiri dan mondar-mandir dengan gelisah. Belum sempat ia ingin bertanya, Gio sudah lebih dulu pergi. Tok tok!Pintu diketuk. Agatha menoleh—kemudian tak lama pintu dibuka. “Bagaimana keadaanmu?” tanya seorang wanita yang muncul di balik pintu. Itu Anggun. Agatha mendekat—ia langsung memeluk Anggun. “Sudah lama sekali..” ucapnya. Ia kira hanya ada Anggun, ternyata ada Yaya juga.. Dan ia menyipitkan mata melihat satu orang wanita yang tengah tersenyum. “Kenapa kau ada di sini?” tanyanya pada Mina. Mina berdecak pelan. “Itukah kalimat pertama yang kau ucapkan pada sahabatmu yang tidak pernah kau hubungi selama ini?” tanya Mina. Agatha memeluk Mina dan Yaya bersamaan. “Maaf-maaf..” ucapnya. “Sombong.” Mina berdecak pelan. “Dasar sombong!” teriak Mina. Mina mengus
21++ Gio menarik tengkuk Agatha dan mencium bibir wanita itu. Agatha mendongak—kedua tangannya mengalun di leher Gio. Agatha membalas setiap pangutan di bibirnya. membuka bibirnya agar Gio bisa mengakses lebih dalam ciuman mereka. Jemari Gio mengusap pelan pinggang Agatha. Perlahan naik—mengusap dada Agatha yang masih terbalut dengan dress. “Ah!” Agatha meremas bahu Gio. “Kau suka?” tanya Gio tepat di samping telinga Agatha. “Jangan lupa kau harus melindungiku,” ucap Agatha. “Lindungi aku dan jangan biarkan aku mati dibunuh mereka.” Gio mengernyit—pergerakannya terhenti. Namun jarak mereka masih begitu dekat. “Mereka siapa yang kau maksud?” tanya Gio. “Mereka yang membunuh keluaragaku,” ucap Agatha. Jemari Gio terulur mengusap kening Agatha. “Aku akan melindungimu.” Telunjuknya turun ke bawah—ke bibir Agatha. Masuk ke dalam bibir Agatha. dua jemarinya membelai lidah Agatha yang basah. Agatha memejamkan mata—mengikuti nalurinya. Ia menghisap dan meluma
21++ Gio tidak main-main dengan ucapannya yang ingin menyentuh Agatha sepenuhnya dan seluruhnya. Jemarinya bergerak di dalam milik Agatha yang sudah basah. Agatha mencengkram tangan Gio yang berada di dadanya. Kepalanya bergerak ke sana ke mari. Remasan di dadanya kain kuat dan gerakan jemari Gio di bawah kian cepat. Gio membiarkan Agatha menjemput kenikmatan. Tubuh Agatha melengkung dan bergetar hebat. seiring dengan perasaan lega dan aneh… Agatha mengatur nafasnya yang terasa habis. Gio mengangkat pinggang Agatha agar wanita itu bangun. Gio berdiri sedangkan Agatha berada di bawahnya. Gio mengangkat dagu Agatha. “Lakukan tugasmu.” Mengambil tangan Agatha dan mengarahkannya ke miliknya yang panjang dan besar. Miliknya telah berdiri dengan sempurna karena menunggu sentuhan Agatha. Agatha memegangnya dengan ragu. Akhirnya ia memegangnya dan memijatnya. Gio menyelipkan helaian rambut Agatha ke belakang. “Gunakan bibirmu..” Agatha mendekat—memberanikan diri un
Tubuh yang terasa begitu remuk. Agatha terbangun lebih dulu. Ia mengernyit perlahan. Melihat jendela yang sudah memancarkan sinar matahari. Agatha menoleh ke samping. Gio sudah tidak ada. Melihat jam dinding—waktu sudah menunjukkan pukul setengah 8. Setengah jam lagi adalah waktunya bersiap untuk berangkat ke kantor. Agatha bangkit dan melilit selimut di tubuhnya. Mengambil ponselnya. menerima banyak sekali panggilan dan pesan dari sekretarisnya. “Halo..” Agatha menjawab. “Miss saya mau mengingatkan kalau kita pagi ini ada rapat evaluasi dengan pusat. Sebelum itu kata anda kita harus melakukan meeting sebentar.” Agatha mengangguk. ia mengusap rambutnya yang berantakan. “Hm. Aku mengingatnya. Tapi mungkin aku telat. Aku tidak bisa tepat waktu kali ini.” “Saat aku sampai—” Agatha terpekik saat tubuhnya di peluk dari belakang. Hembusan segar nafas Gio mengenai tengkuknya. Agatha membiarkannya saja. “Saat aku sampai—” Agatha menoleh dengan kesal. “Diam dulu!” dengan menjau
Agatha mengikuti rapat.. Yang tentunya terisi oleh semua pemimpin anak perusahaan. Semua melaporkan perkembangan perusahaan yang dimpimpin masing-masing. Giliran Agatha selesai. Meski ada beberapa yang tidak setuju dengan caranya mengembangkan perusahaan. Tapi Agatha bisa mengatasinya. Buktinya pendapatkan perusahaannya meningkat. Dan kepercayaan publik pada perusahaannya kian besar. Sekarang…. Agatha menatap seorang pria yang sedang menjelaskan di depan sana. Anak Levin… Leonard. Pria itu menjelaskan kenapa bisa pendapatan perusahaan yang dipimpinnya selalu turun. Agatha menguap..... Seperti sedang didongengi. “Jadi kesimpulannya adalah alasan kenapa pendapatan bisa turun karena nasabah muda enggan berinvestasi lagi. karena, munculnya bank-bank yang membakar uang di awal, menawari mereka bunga yang tinggi sehingga mereka menarik tabungannya dari sini dan di taruh pada bank itu?” tanya Agatha. Leonard mengangguk. “Iya. Tapi kami berusaha untuk tetap mempert
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
21++ “Sayang ahh ohhh!” Gio menekan miliknya ke dalam mulut Agatha. Membuat Agatha terdorong sampai membentur pantry. Tapi untungnya telapak tangannya bergerak dengan cepat melindungi belakang kepala Agatha. Agatha melakukan tugasnya—membuat Gio semakin tergila-gila dengannya. Agatha pastikan, Gio akan semakin menyukainya. “babe..” Gio menggerakkan pinggulnya maju mundur. “Ahh babe… kau nikmat ohh!” Gio menarik Agatha kemudian menyatukan miliknya ke dalam milik Agatha. Menarik satu kaki Agatha—membawanya ke atas. Kemudian pelan-pelan menghujam milik Agatha. Tubuh Agatha terguncang.. kedua dadanya bergerak dengan pergerakan pria itu. Agatha hanya bertopang pada meja pantry sementara Gio yang terus menghujamnya. Gio menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya. kembali menghujamnya dari belakang. Salah satu tangannya di bawa ke belakang. Gio memang mengendalikan permainan ini. Tidak berhenti sebelum dirinya puas. Meskipun Agatha kelelahan. Tapi Agatha merutuk or
21++ “Kau ingin kita menjadi apa?” tanya Gio. Agatha mengedikkan bahu. Dasar tidak peka. Agatha menggerutu dalam hati. “Lupakan saja.” Agatha mengalunkan tangannya di leher Gio. “Tapi aku berterima kasih karena kau mau melakukan hal sebanyak itu. Aku hanya tidak menyangka kau melakukannya untukku.” Gio mengusap pinggang Agatha pelan. “Jika kau menurut, aku akan melakukan apapun…” Jemarinya mengusap bibir bawah Agatha. “Menurut padaku… kau akan mendapatkan keuntungan lebih banyak.” Agatha mengernyit. “Aku sudah menurut…” Gio tersenyum miring. “Tidak sepenuhnya.” Agatha berpikir lebih dalam. Ia sudah menuruti keinginan Gio. Semuanya…. Lalu apa yang diminta oleh pria itu. Agatha pun tidak tahu apa arti kata menurut itu di bagi Gio. Agatha mengedikkan bahu. “Aku merasa, aku sudah menurut dan melakukan apapun yang kau mau.” “Itu menurutku tapi tidak bagiku.” Gio benar-benar membuatnya bingung. Agatha perlahan naik ke atas pangkuan pria itu. Kemudian memiri
Ketika masuk ke dalam penthouse. Agatha disambut oleh bau masakan. Ketika melhat dapur—ia melihat pria yang tampan sedang memasak. Dengan lengan kemeja yang dilipat sampai siku. Pria itu terlihat fokus memasak. Entah apa yang dimasak. Gio hanya menatap Agatha sekilas dan kembali memasak. “Kau sudah pulang?” tanyanya. Agatha mengangguk. Gio mengacuhkannya. Agatha mendekat dan memeluk pria itu dari belakang. Memeluk pinggang pria itu dengan kedua tangannya. Agatha menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. “Jangan menggangguku. Aku akan menyelesaikannya dahulu.” Alhasil Agatha diam—tapi dia masih memeluk pria itu. Jadi, Gio memasak dengan Agatha yang selalu mengekorinya. Mengaduk masakannya—sampai menyajikan masakannya. Agatha masih menempel padanya. setelah itu barulah Gio memutar tubuhnya. “Ada apa?” tanya Gio. “Tapi sebelum kau berbicara, lebih baik makan dulu. aku yakin ada banyak yang ingin kau bicarakan.” Agatha menyipitkan mata. Kemudian mengambil duduk
Agatha baru saja menyelesaikan rapat bulanan bersama pegawainya. Ia masuk ke dalam ruangannya. Menerima satu telepon dari pak Rudi. “Apa anda sudah menyiapkan semua hal yang aku butuhkan?” tanya Agatha. Pak Rudi mengangguk. “Aku sudah menyiapkan berkas-berkasnya.” “Bagaimana dengan orang-orang?” tanya Agatha. “Apa aku harus menjilat mereka?” “Tidak usah. Gio sudah mengurusnya.” Agatha mengernyit. “Bagaimana?” tanya Agatha yang bingung. “Dia tidak memberitahuku apapun.” “Gio melakukan apapun untuk membantumu.” Agatha masih tidak mengerti. ia berdiri dari duduknya. Kemudian berkacak pinggang. “Aku tidak mengerti. Aku hanya meminta padanya untuk melindungiku dan memihakku ketika rapat diadakan. Apa dia bertindak sangat jauh?” “Benar. Dia bertindak sangat jauh. Itu dilakukannya untuk membantumu.” Agatha megusap wajahnya kasar. “Bagaimana dia melakukannya.” “Tunggu!” Agatha menggeleng pelan. “Apa anda berbicara dengan Gio.” “Ya. Aku berbicara dengannya. dia menje