“Anak-anak di wahana jungkat-jungkit itu, Nyonya!” tukas Danang menunjuk tempat si kembar sedang asik bermain.“Baik, aku akan ke sana!” ujarku. Kuambil tangan Ed untuk menyaliminya baru aku beranjak pergi.Dari jauh bisa kulihat Danang sedikit membungkuk untuk bisa berbicara dengan Ed yang masih duduk di dalam mobilnya itu.“Maaa!” teriak Meida melihatku datang menghampiri mereka. “Kita main jungkat-jungkit ya, Ma? Mama duduk di sana Meida di sini!” bocah itu memberikan instruksi padaku.“Meida, Sayang. Mama enggak boleh naik jungkat-jungkit, nanti adik di perut mama sakit.” Tante Atika menghampiri dan mengingatkan bocah kecil itu.“Tidak boleh, ya?” Meida menirukan ucapan Tante Atika. Wanita itu mengangguk memberikan pengertian. ”Padahal Meida pengen main sama Mama.” Meida cemberut. Sepertinya berpikir, belum juga adiknya lahir dia sudah tidak bisa minta main denganku. “Begini saja, bagaimana kalau kita main ayunan? Biar mama yang mengayun Meida dari belakang.” Kuhibur dia dengan
Baca selengkapnya