Home / Romansa / Candu Cinta Bos Mafia / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Candu Cinta Bos Mafia: Chapter 151 - Chapter 160

196 Chapters

150. Rencana Masa Depan

Benar kata Bastian, semua bisa selesai dengan bercinta. Terbukti, setelah saling bertukar pagutan, Ann tak menolak sama sekali saat Ben membopongnya masuk ke dalam kamar. Beruntung, situasi rumah lama Ben memang sedang sepi, hari ini bukan jadwal tukang bersih-bersih untuk datang. "Ini hukuman karena kamu asal kabur-kaburan!" bisik Ben sangat sensual. "Ampun, Big Ben," canda Ann sengaja sedikit mendesah, menambah gairah Ben yang sedang sibuk memompa tubuhnya. "Come on Ane-san, kamu selalu pinter mancing-mancing gini," kata Ben mempercepat gerakannya. Ann makin mengerang liar, tubuhnya melengkung indah, keenakan. Ia memejamkan mata rapat, menikmati sensasi gelenyar panas yang menguasai tubuhnya. "Joanna!" sambil mengucap nama Ann, Ben tiba di puncaknya. Peluh yang membasahi keningnya diseka lembut oleh sang istri. Lalu, Ben berguling di sebelah Ann, mengatur napas tapi tangan kirinya masih sempat mengusap lembut pipi sang istri. Keduanya tenggelam dalam kediaman yang cukup lama,
last updateLast Updated : 2024-08-19
Read more

151. Banyak Pertanyaan

"Aku bakalan sering-sering ke sana, jangan ngelawan Danisha atau kamu bakalan diajak gelud sama dia," pesan Ann seraya meremas kedua pundak Christ. Matanya mengembun, hampir menangis tapi Ann tahan sekuat tenaga. "Aku tau ini buat kebaikanku. Aku nggak akan bikin Ben marah sama kamu, Ane-san," ungkap Christ lirih. "Kamu nggak gitu Christ," sangkal Ann. "Aku sayang kalian beneran, aku nggak bohong," tandas Christ. "Jangan lupain aku ya," pintanya. "Siapa yang mau ngelupain kamu," sergah Ben spontan menggendong Christ dalam pelukannya. "Jadi hebat dan kuat, kami bakalan sering-sering ke sana, nanti berlatih pedang lagi sama Ketua!" katanya. "Siap!" balas Christ memberi hormat pada Ben. "Aku nggak mau kembali ke Mami Eris, Ben," ujarnya. "Kamu kukirim ke Jepang, bukan kupulangin ke Eriska," desah Ben. Ia turunkan Christ di depan tangga pesawat. "Baik-baik, Christopher Wisanggeni," ucapnya melambaikan tangan. "Christ!" tahan Ann memeluk erat tubuh mungil itu, "baik-baik ya," katany
last updateLast Updated : 2024-08-20
Read more

152. Mulai Bergerak

"Bennedicth!" Eriska berusaha merangsek masuk ke dalam ruang kerja Ben meski Arino nampak mati-matian menahan kursi rodanya. Ia datang sendiri, tanpa kawalan siapapun. "Biarin, No," ucap Ben menghela napas panjang, bersiap menghadapi serangan. Buru-buru Eriska mendekat, sekuat tenaga ia berusaha bangkit dari kursi rodanya tapi tak bisa. Mau tak mau, Ben mengalah dan berdiri mendekat. "Lo nganter nyawa?" tanya Ben membungkukkan badannya dengan sengaja. "Kamu ke manain Christ, hah?" sengal Eriska marah. "Kamu sembunyiin dia ke mana?" tanyanya sedikit marah. "Apa sih," Ben kembali menegakkan punggungnya. "Bukan urusan lo, gue bawa dia ke mana," tandasnya. "Kamu jahat Ben!" "Jahat sama lo, maksudnya?" tanya Ben mengerutkan dahi. "Aku udah rela ngeliat dia dari jauh, nggak meminta dia dibalikin ke aku, kenapa kamu malah kirim dia pergi jauh lagi dari aku?" teriak Eriska kehilangan kendali. "Mengirim dan ngurus Christ adalah otoritas istri gue, lo salah kalau lo ngedatengin gue dar
last updateLast Updated : 2024-08-21
Read more

153. Kekhawatiran Ben

"Ane-san minta pergi sendiri hari ini, Benji nggak bisa maksa buat nemenin," desis Arino ikut panik. Ben tak memberi tanggapan. Jika boleh bercerita, pikirannya pasti kacau. Baru saja masuk ancaman lewat telepon mengenai keselamatan Ann yang memang sedang sibuk mengurus kuliahnya seorang diri. Mereka adalah orang-orang Adyaksa entah di bawah komando siapa. "Dia bilang ke kampus doang, kita ke sana langsung," ujar Ben yang langsung memegang kemudi sendiri, tak meminra Arino yang menyetir mobil seperti biasanya. "Gue coba hubungin, Ane-san," ucap Arino. Ia lantas sibuk mengutak-atik ponselnya, menunggu nada sambung terdengar dari seberang teleponnya. "Nggak diangkat?" tanya Ben. "Enggak.""Semoga dia nggak kenapa-kenapa," ujar Ben setengah berharap. "Ane-san udah jauh lebih hebat soal perlindungan diri, Men. Seenggaknya kita bisa lebih percaya sama dia.""Kalau lawannya nggak lebih dari 5 orang gue tenang, No. Tapi kalau lebih dari itu, tetep aja Ann itu perempuan," ucap Ben mengh
last updateLast Updated : 2024-08-22
Read more

154. Kemungkinan Yang Terlewatkan

"Mas," Ann melebarkan senyumnya saat membuka mata dan ia temui wajah tampan sang suami. "Bisa-bisanya baru bangun dari pingsan malah senyum-senyum," kata Ben geregetan, dikecupnya kening Ann sekejap. "Apanya yang sakit, Ann?" tanyanya perhatian. "Mas, kamu panik banget ya?" tebak Ann nyengir. Ben yang sedianya sudah siap mengambilkan air minum untuk sang istri, mengurungkan niatnya. Ia duduk di sisi ranjang Ann, mengusap puncak kepalanya istrinya dalam gerakan berulang. "Menurutmu?" desis Ben gemas. "Nggak tiba-tiba gila aja udah untung lho ini," tandasnya. "Lebai sih kalau itu.""Aku serius khawatir!""Iya, aku tau. Tapi kamu kalau lagi mode panik gini jadi lucu banget Mas, kan gemes aku. Mas Ben yang biasanya garang, galak dan cool, tiba-tiba berubah gemoy gini," ujar Ann berjenggit."Kamu apa yang sakit selain di tangan?" tanya Ben tak mau menanggapi godaan sang istri. "Nggak ada, yang di tangan doang," jawab Ann mengulum bibirnya sendiri karena Ben berubah serius. "Siapa ya
last updateLast Updated : 2024-08-22
Read more

155. Melebur Kekakuan

Bahu Ann meluruh mendengar ucapan Ben. Ia tatap wajah tampan suaminya itu tajam, dahinya mengernyit. "Maksudku, dia udah nggak berdaya sekarang, apa mungkin dia masih punya anak buah yang bisa dia suruh buat nyerang kamu?" gumam Ben meralat ucapannya. "Kakinya doang yang nggak bisa jalan, mulutnya masih bisa ngomong. Kamu juga pernah bilang kalau dia dilindungi basis kekuatan cukup besar selama di Kupang sana," balas Ann. "Kemungkinan itu bisa juga terjadi, nanti kusuruh Benji buat cari tau," ucap Ben tersenyum. Salah bicara sedikit saja, ia bisa menggali kuburnya sendiri. "Kalau sampe ini adalah rencana Eriska, aku bakalan buru dia sampe dapet. Kamu nggak boleh ikut campur, Mas!" "Kenapa nggak boleh? Dia musuhku juga, Ann."Ann tersenyum miring, "Kalau emang kamu nganggep dia musuh yang harus dikalahin, dua kali dia nemuin kamu dan dia pulang tanpa lecet sedikitpun, Big Ben!" cecarnya. "Aku nggak bisa nyerang lawan yang lemah dan rentan kayak kondisi dia waktu itu, Ann.""Kalau
last updateLast Updated : 2024-08-23
Read more

156. Semakin Kuat

"Aku bisa aja motong semua jarinya buat bikin mereka ngaku," sebut Ben mendatangi Ann yang ikut masuk ke dalam ruangan di mana 6 orang penyerang sang istri itu ditahan. "Jangan Mas, kamu nggak perlu ngotorin tangan kamu. Aku masih baik-baik aja, tandanya mereka gagal. Yang nyuruh mereka pasti bakalan bertindak lagi," kata Ann jauh lebih sabar ketimbang sang suami. "Baiknya kita apain?" tanya Benji ikut mendekat. "Mereka udah babak belur gitu, kasih makan dulu Bang," pinta Ann. "Kasih makan?" Ben menoleh istrinya bingung. "Kalau perut mereka kenyang, otaknya bisa berpikir jauh lebih jernih. Jadi mereka bisa milih, ngaku buat bertahan hidup, atau tetep bungkam sampe mati," ujar Ann sangat taktis. "Wow!" Benji tersenyum takjub. "Nggak salah emang kita mempertahankan Ane-san yang satu ini," pujinya. "Ini kualitas namanya, Bang," ujar Ann jumawa, senyumnya melengkung cantik. "Kalau Ane-san udah kasih perintah, kita nggak bisa nolak," ucap Ben menunjuk dua orang anak buahnya untuk m
last updateLast Updated : 2024-08-24
Read more

157. Menghangatkan suasana

Ben menjentik abu rokoknya di asbak, pandangan dinginnya begitu menusuk dan tanpa ampun. Enam orang yang menyerang Ann sudah mengaku siapa sosok yang memerintahkan mereka dan nama Irfan muncul sebagai dalang utama. "Kita harus gimana sekarang?" tanya Benji hati-hati. "Lacak keberadaan Irfan, bunuh kalau dia ditemukan," perintah Ben lirih. "Ben," Benji mendengus pelan. "Menurut gue ada yang salah," desahnya gelisah. "Apaan?" "Aneh aja. Buat apa Irfan susah-susah nyerang Ann, nggak langsung ke lo aja?" Ben menaikkan pandangannya ke arah halaman rumahnya, "Karena dia tau Ann adalah harta gue yang paling berharga," katanya."Tapi selama ini pola dia nggak pernah nargetin orang terdekat. Dia langsung ke point-nya!" ucap Benji ngeyel. "Jadi menurut lo, ini perbuatan orang laen yang dilimpahin ke Irfan?" tebak Ben. "Iya kan?" "Siapa?" Ben menyipitkan matanya ke arah Benji. "Siapa lagi yang nggak suka posisi Ann jadi istri lo," kata Benji yakin. "Pemikiran lo sama kayak Ann. Cuma g
last updateLast Updated : 2024-08-25
Read more

158. Kejutan Baru

"Nggak jadi ngomong serius ini?" Ann mengikuti gerakan suaminya yang tengah berganti pakaian. "Ada darurat di kantor, Ann," balas Ben. "Darurat apaan sih, Mas? Soal kerjaan?" tanya Ann penasaran. Ben berhenti sekejap, "Iya," balasnya singkat. "Aku ikut ya?""Mau ngapain?" "Ya ikut suamiku ke kantor masak nggak boleh? Emang siapa tadi yang barusan telepon sih Mas?" Ann tak cukup diberi jawaban singkat oleh sang suami. Ben harus menjawabnya dengan detail dan jujur. "Benji, Irfan dateng ke kantor," ungkap Ben tak punya pilihan lain selain berkata apa adanya. "Irfan siapa? Adyaksa?" Ben mengangguk, "Orang-orang yang nyerang kamu udah ngaku kalau mereka suruhannya Irfan. Aku khawatir ini pasti ada sangkut-pautnya. Kamu masih luka dan nggak boleh kenapa-napa. Di rumah aja ya?" pintanya. "Aku harus ikut!" putus Ann berkacak pinggang serius. "Ane-san," desah Ben lirih. "Aku harus tau gimana tampangnya Irfan. Aku juga harus tau alasan kenapa dia nyuruh orang buat nyoba nyulik aku, M
last updateLast Updated : 2024-08-26
Read more

159. Kekhawatiran Ann

Mendengar penuturan Irfan, Ben bergerak mendekati mejanya. Ia raih pedang pajangan di belakang kursi kerja itu, lantas dihunusnya langsung ke arah Irfan. "Jangan nyoba-nyoba buat memprovokasi istriku!" ancam Ben bengis. "Apanya yang memprovokasi? Aku sama Eriska udah beda kubu, Ben. Dia nggak bisa kukendalikan. Karena dia, bisnisku berhasil kalian hancurkan, dia biang kerok yang sangat mirip denganku," kata Irfan masih terlihat sangat santai. "Kamu berusaha nyari info keberadaan Christ? Bener kan tebakanku?" Ben menyungging senyum miring. "Kalian berdua pasti udah gila, berani-beraninya dateng ke sarang musuh begini," gumamnya tanpa menurunkan hunusan pedangnya. "Aku ambil resiko. Antagonis yang sebenarnya itu Eriska, Ben," sebut Irfan. "Dan kamu jadiin anak perempuan kandungmu itu sebagai tameng?" sambar Benji lirih. "Cinta itu ngerubah banyak hal, termasuk cintanya Eriska ke seorang Big Ben," desis Irfan. Ia beranjak sambil mengangkat tangan agara Ben tak menyerangnya. "Orang
last updateLast Updated : 2024-08-27
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
20
DMCA.com Protection Status