Home / Pernikahan / Aku Ingin Bercerai, Pak CEO! / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!: Chapter 191 - Chapter 200

268 Chapters

191. Mengundurkan Diri

Setelah menunggu beberapa saat, Andre datang ke rumah sakit untuk mengantar berkas yang perlu ditandatangani Adhitama. Andre sudah sampai di kamar inap Risha dan langsung masuk setelah mengetuk pintu. Adhitama bersikap biasa. Dia menerima berkas itu lalu memeriksa sebelum menandatanganinya. Adhitama melirik Andre yang berdiri di hadapannya, dia berdeham pelan lalu memberikan berkas yang baru saja ditandatangani. “Apa benar kamu pacaran dengan Alma?” tanya Adhitama tiba-tiba. Andre terkejut. Dia menerima berkas dari Adhitama sambil memasang wajah bingung karena harus menjawab apa. “Apa bisa bicara di luar saja, Pak?” Andre merasa tidak enak karena ada Risha dan Lily di sana. Adhitama mengangguk, dia menepuk ke dua paha lalu berdiri dan mendahului Andre keluar, tapi sebelum itu Adhitama sempat melirik Risha yang menggeleng kecil seolah memberi kode padanya agar tidak menyebutkan Andre. Adhitama malah membalas Risha dengan senyuman nakal. Dia membuat Andre seketika menol
Read more

192. Dia Tidak Gila

Siang itu di Rumah Sakit Jiwa, saat sedang berjalan menuju kamarnya. Sevia tiba-tiba ditarik pasien yang mengaku pura-pura gila seperti dirinya. Sevia terkejut, apalagi wanita itu menariknya ke sisi bangunan yang agak sepi. “Apa-apaan, sih?” tanya Sevia geram sambil menghempas tangan pasien itu. Pasien bernama Meli itu melipat kedua tangan di depan dada sambil tersenyum miring. Sevia menatap curiga, berpikir mau apa lagi Meli sampai menatapnya seperti itu. “Aku mendengar semua yang kamu bicarakan dengan perawat Ferdy!” Meli bicara lalu menyunggingkan senyum. Sevia terkejut, tapi berusaha tenang. “Oh... jadi kamu tukang nguping." Sevia menghina. "Terus, kamu mau apa?” tanyanya sambil menatap tak senang. “Aku akan bongkar rahasiamu, kalau kamu tidak mau menuruti keinginanku!” ancam Meli. Sevia menaikkan satu sudut alis, lalu membalas, “Kamu pikir aku bodoh?” “Tidak, kamu tidak bodoh,” balas Meli, “karena kamu tidak bodoh, makanya aku memintamu menuruti keinginanku. Berikan aku
Read more

193. Bantuan Besar

Alma mematikan panggilan dari perawat, dia menoleh Haris sambil berusaha menyembunyikan rasa takut dan kagetnya. “Pak, saya minta izin ke rumah sakit karena adik saya sekarang kritis,” ucap Alma dengan nada bergetar. Haris sangat terkejut. Dia menoleh Alma sekilas lantas kembali menatap ke arah depan. “Akan kuantar,” balas Haris. “Tidak usah, Pak. Saya akan pergi sendiri, Anda juga harus menemui klien penting,” tolak Alma. Haris diam sejenak untuk berpikir. Dia lalu menepikan mobil agar Alma bisa turun. “Hati-hati di jalan,” ucap Haris ketika Alma baru akan menutup pintu mobil. Alma menganggukkan kepala. Dia menutup pintu lalu mencari taksi agar bisa segera ke rumah sakit. Haris sendiri tetap pergi menemui klien meski sendiri, meski mobil sudah menjauh Haris masih mengamati Alma dari kaca spion. Beberapa saat kemudian Alma sudah berada di dalam taksi. Dia sangat cemas memikirkan kondisi adiknya. Dia bahkan meminta sopir mengemudi lebih cepat agar bisa segera sampai d
Read more

194. Informasi

Siang itu Adhitama tampak memapah Risha menuju kamar. Risha merasa kondisinya sudah membaik, tapi Adhitama masih saja memperlakukannya seperti pesakitan. “Istirahatlah dan jangan banyak pikiran,” ucap Adhitama sambil menyelimuti kaki Risha. Risha melayangkan protes ke Adhitama, tapi suaminya itu tiba-tiba menatapnya dingin, hingga mau tak mau dia mengangguk menerima perintah Adhitama.Risha malah tersenyum, dia menatap punggung Adhitama yang berjalan menuju lemari untuk mengganti pakaiannya, saat sedang mengambil baju ganti ponsel Adhitama berbunyi dan ternyata pengacaranya menghubungi. “Halo.” Adhitama menjawab panggilan dari sang pengacara. “Halo, Pak Tama. Maaf baru memberi kabar, saya tahu istri Anda sedang sakit jadi saya tidak berani mengganggu," ucap pengacara itu."Tidak apa-apa ini kami sudah pulang dari rumah sakit," balas Adhitama. "Ada apa?" tanyanya kemudian. "Saya mendapat informasi penting tentang Sevia,” ucap pengacara Adhitama dari seberang panggilan. Ekspresi w
Read more

195. Babak Belur

Meli masih tidak menjawab apa-apa atas pertanyaan Sevia dan Ferdy. Meskipun sudah dipukuli tapi dia tak mengakui siapa sosok pria yang ditanyakan oleh dua orang itu. Hingga, Ferdy dan Sevia berhenti karena takut jika besok pagi orang-orang curiga melihat luka lebam pada Meli. "Dasar sialan, awas kamu!" Sevia mengancam sebelum pergi dari gudang. Meli sendiri malah memulas senyum tipis. Setelah memastikan Sevia dan Ferdy benar-benar meninggalkannya, Meli mengeluarkan ponsel yang ternyata merekam semua percakapan mereka tadi. "Habis kau jalang!" gumam Meli. Pagi harinya perawat lain yang sedang bersiap memeriksa kondisi pasien tampak kaget melihat Meli yang babak belur. Perawat bertanya pada wanita itu tentang apa yang terjadi tapi Meli berpura-pura dengan menggeleng ketakutan lalu menutup mukanya. "Apa kamu berkelahi? Dengan siapa?Ha!" Perawat itu mencoba mencari tahu, tapi Meli masih tak mau menjawab. Si Perawat itu hanya bisa geleng-geleng kemudian pergi memeriksa pasie
Read more

196. Terbongkar Sampai Akar

Setelah mendapat laporan dari perawat Dokter lantas mendatangi kamar Meli. Dia melihat Meli yang babak belur seperti baru saja dianiaya. Dokter itu mengobati dibantu satu perawat, sekalian melakukan pendekatan untuk mengetahui apa yang terjadi.“Kamu berkelahi dengan siapa sampai babak belur begini?” tanya dokter sambil mengobati Meli.Meli hanya diam, bersikap seperti tak ingat dan tak tahu apa-apa sehingga dokter benar-benar yakin kalau dia memang gila sampai tidak menyadari apa yang terjadi pada diri sendiri. Bahkan beberapa saat kemudian Meli pura-pura menangis dan ketakutan sambil merapat ke dinding.Dokter menghela napas karena Meli tak bisa diajak komunikasi. Dia menoleh pada perawat yang membantunya.“Nanti cek kamera Cctv di sekitar dia ditemukan, seharusnya terlihat siapa yang menghajarnya sampai begini!” perintah dokter.“Baik, Dok.”Ferdy waspada setelah apa yang dilakukannya pada Meli, apalagi dokter sudah memeriksa meski tidak ada tanda-tanda dirinya dipanggil.“Semalam
Read more

197. Membantu Diam-diam

Dokter, Adhitama, dan pengacara langsung menuju ke ruang isolasi di mana Sevia berada. Saat sampai di sana, mereka semua terkejut melihat Sevia terus membenturkan keningnya di dinding, padahal sudah ada perawat yang berusaha mencegah. “Tarik dia!” perintah dokter karena kondisi Sevia sudah sangat mengerikan. Adhitama memalingkan muka saat melihat banyak darah di wajah Sevia. Perawat berusaha menjauhkan Sevia dari dinding, hingga tiba-tiba Sevia jatuh pingsan. “Angkat, bawa dia ke rumah sakit segera!” perintah dokter karena di rumah sakit jiwa tidak memiliki alat lengkap untuk pemeriksaan luka secara detail. Adhitama sama sekali tak bersimpati. Dia menatap dingin ketika melihat Sevia digendong keluar dari ruang isolasi. “Ikutlah dengan mereka. Awasi dan pantau bagaimana kondisi Sevia, aku tidak mau kecolongan lagi kali ini!” perintah Adhitama pada pengacaranya. “Baik, Pak.” Pengacara Adhitama segera menyusul perawat dan dokter yang sudah lebih dulu membawa Sevia. Adhitama memi
Read more

198. Pacar Apa?

Pagi itu saat baru saja bangun Adhitama sudah tidak melihat Risha di kamar. Setelah mandi dan memakai baju rapi, Adhitama pergi mencari Risha di ruang makan, ternyata Risha sedang sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Tentu saja hal itu membuat Adhitama sangat terkejut. “Kenapa kamu yang masak? Kamu tidak usah menyiapkan sarapan, lagi pula ada pembantu yang akan membuatnya,” kata Adhitama. “Tidak apa-apa, Mas.” Risha menanggapi dengan senyum. Wajahnya tampak semringah bahkan meski memakai apron penampilan Risha tetap mempesona. “Aku tidak mau kamu kecapekan, Sha.” Adhitama bicara sambil menatap cemas. Risha menoleh pada Adhitama dan membalas, “Tidak capek, kok Mas. Aku malah senang bisa bikin sarapan buat Mas Tama sama Lily." Adhitama diam. Dia lalu mengajak Lily duduk bersamanya di ruang makan. Risha menyajikan sarapan di meja, lalu melayani Adhitama dan Lily bergantian seperti biasa. Adhitama terus menatap Risha, memperhatikan dan merasa meski tampak biasa tapi ada yang
Read more

199. Masih Berpura-pura

Sevia masih tidak sadarkan diri dan masih ada di rumah sakit. Dokter dan perawat di sana masih terus memantau kondisinya meskipun Dokter merasa sedikit janggal. “Ini aneh, hasil CT-Scan tidak menunjukkan gejala atau masalah yang serius di kepala, semua baik. Kenapa dia belum sadar?” Dokter berbicara ke perawat. “Saya juga bingung, Dok.” Perawat itu juga merasa aneh, apalagi ketika diperiksa semua tanda vital Sevia aman dan baik. “Jangan-jangan dia hanya bersandiwara dan sengaja tidak bangun,” ucap perawat curiga karena sudah mendengar cerita tentang kelakuan Sevia. “Bisa jadi.” Perawat lain ikut membenarkan. Dokter menatap perawat, lalu berkata, “Kalau begitu tetap pantau dia dan jangan sampai lengah.” Setelah mengatakan itu Dokter keluar dari ruangan Sevia. Di luar dia bertemu dengan polisi yang masih berjaga. “Kondisi pasien atas nama Sevia sebenarnya baik-baik saja, tapi entah kenapa dia tidak bangun-bangun juga, saya agak curiga kalau dia sebenarnya hanya bersandiwar
Read more

200. Kabur

Adhitama menatap Haris yang bingung dengan ucapannya. Dia mencoba membaca apa yang kakak angkat Risha itu pikirkan kemudian berkata," Iya, mereka tidak pacaran." Adhitama menyesap sedikit kopi yang baru saja dia buat lalu berjalan pergi dari pantry. Terang saja sikapnya itu membuat Haris kebingungan. Haris ingin mengejar Adhitama untuk bertanya lebih rinci, tapi dia mengurungkan niat karena masih ada karyawan lain di sana. "Sial! Ada apa denganku? Kenapa ada perasaan senang mendengar Alma tidak berpacaran dengan Andre," gumam Haris. Haris akhirnya kembali ke ruang kerjanya. Namun, setelah mendengar cerita Adhitama tadi dia merasa tidak bisa fokus bekerja. "Apa aku pastikan sendiri ke Alma? Tapi untuk apa?" Haris kembali berperang dengan pikirannya sendiri. Sore harinya sekitar jam tiga, Andre kembali ke kantor. Dia menemui Adhitama untuk meminta tandatangan, tapi terkejut mendapati Adhitama sudah rapi hendak pulang. "Apa Anda sudah mau pulang Pak?" Andre merasa tak enak
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
27
DMCA.com Protection Status