Home / Pernikahan / Aku Ingin Bercerai, Pak CEO! / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!: Chapter 181 - Chapter 190

268 Chapters

181. Pertanyaan Mengejutkan

Hari berikutnya. Alma berangkat bekerja dan bersikap biasa saja saat melihat Haris datang. Haris merasa canggung saat melihat Alma, pikirannya tidak bisa tenang karena merasa kalau dirinya sudah berbuat macam-macam pada Alma. Haris berada di ruang kerjanya. Dia masih bingung dan tidak bisa tenang, lalu beberapa saat kemudian Alma datang membawa berkas yang perlu dia periksa. “Ini perlu Anda tandatangani segera,” ucap Alma sambil memberikan berkas yang dibawanya. Haris menatap Alma, lalu memberanikan diri bertanya, “Apa kamu baik-baik saja?” “Kenapa saya harus tidak baik?” tanya balik Alma. Setelah mengatakan itu, Alma meninggalkan ruangan Haris begitu saja. Tentu saja sikap tak acuh Alma mendadak membuat Haris merasa sesak. Dia seperti sedang dicampakkan karena perubahan sikap sekretarisnya itu. Namun, Haris juga tidak tahu, perasaan apa yang dirasakannya. ** Saat siang hari. Alma menemui Haris di ruang kerja. Seperti pagi tadi Alma masih tak banyak bicara. “Pa
Read more

182. Aneh

Risha mengajak Lily pergi ke rumah Audrey. Seperti keinginan Lily, mereka membawa banyak makanan ke sana karena Lily bercerita jika kasihan kepada pengawalnya itu. Mereka datang saat pagi di hari Minggu yang cerah. Sebelumnya Risha dan Lily mengantar Adhitama ke lapangan golf, lalu pergi ke alamat rumah Audrey yang Risha miliki. “Bener ini rumahnya,” gumam Risha sambil mengecek kembali alamat rumah yang dipegangnya. Risha dan Lily turun, lalu Risha mengetuk beberapa kali pintu rumah itu tapi tidak ada jawaban. “Mungkin Kak Audrey tidak di rumah, gimana kalau lain waktu saja kita datang lagi? Sekarang kita pulang dulu?” tanya Risha pada sang putri. Lily tampak kecewa tidak bisa bertemu Audrey, lalu mengangguk patuh. Risha menggandeng Lily menuju mobil. Tanpa Risha sadari, Audrey yang keluar rumah untuk lari pagi ternyata melihat Risha dan Lily dari kejauhan. Namun, bukannya menemui, dia malah sengaja bersembunyi. Risha dan Lily kembali ke lapangan golf untuk menunggu A
Read more

183. Pura-pura

Hari itu, Risha dan Adhitama berencana mengajak Lily pergi ke dokter lain. Hari itu wajah Risha tampak pucat seperti tak sehat. Risha tak mengalami morning sickness yang parah, tapi tetap saja kondisi ini membuat Adhitama cemas. "Apa tidak sebaiknya kamu istirahat di rumah saja? Atau lain hari saja kita perginya?" tanya Adhitama sambil meraih tangan Risha. "Aku baik-baik saja kok Mas," balas Risha, "Kita tidak boleh menunda pemeriksaan Lily," imbuhnya. Akhirnya mereka tetap pergi meski kondisi Risha agak kurang baik. Adhitama dan Risha menuju rumah sakit yang berbeda dari sebelumnya untuk bertemu dengan dokter spesialis anak.Mereka lantas menjelaskan dari awal gejala dan kondisi Lily tapi tidak jujur bahwa sudah mendapat vonis dari dokter lain. “Dia sering mimisan, Dok,” kata Adhitama. “Apa sebelumnya sudah pernah diperiksa?” tanya dokter karena melihat Lily yang tampak baik-baik saja. “Belum, Dok.” Risha berbohong agar Lily mendapat pemeriksaan dan diagnosa lagi. “Papa say
Read more

184. Kabur

Di Mahesa Grup Alma tampak berdiri di depan pintu ruangan Haris. Dia menghela napas kasar lalu mengetuk pintu sebelum membukanya. “Pak, saya pamit pulang dulu,” ucap Alma dari ambang pintu. Haris menatap Alma. Sekretarisnya itu ingin langsung pergi tapi Haris lebih dulu mencegah. “Bisa tunggu sebentar? Ada yang ingin kutanyakan padamu.” Haris mencoba memberanikan diri membicarakan tentang kejadian malam itu di rumahnya saat dia mabuk. Alma terdiam. Dia ragu tapi memilih mengangguk mengiyakan. Alma masuk ruangan. Lalu berdiri di depan meja Haris. “Soal malam itu, apa terjadi sesuatu di antara kita? Apa aku melakukan sesuatu yang buruk padamu? Kamu tahu,seperti aku memaksamu tidur denganku?” tanya Haris dengan cepat agar Alma tidak menyela. Alma terkejut mendengar ucapan Haris. Dia panik tapi berusaha tetap tenang. “Apa Anda serius menanyakan ini pada saya?" tanya Alma. "Saya yakin Anda malam itu sedang berhalusinasi karena mabuk,” imbuhnya.Haris memilih diam, tapi dia memanda
Read more

185. Hasil Tes Asli

Hari itu menjadi hari yang menegangkan karena Risha dan Adhitama harus pergi ke rumah sakit untuk melihat hasil tes darah Lily. Risha dan Adhitama menunggu giliran karena kebetulan hari itu banyak pasien yang datang. Risha sesekali meremas jemarinya, dia benar-benar takut jika kondisi Lily memang buruk, selama hasil laboratorium dari dokter baru ini belum keluar, Risha berharap ada keajaiban. “Kita harus benar-benar memprioritaskan Lily jika memang kondisinya tidak baik. Aku akan melakukan segala cara agar Lily sembuh,” ucap Risha karena sangat cemas. Adhitama melihat Risha yang gelisah. Dia menggenggam telapak tangan Risha untuk menenangkan. “Iya,” balas Adhitama, “kamu jangan berpikir macam-macam dulu. Ingat kamu semalam yakin akan ada keajaiban untuk Lily," imbuh Adhitama. Risha menatap pada Adhitama, lalu menganggukkan kepala. Akhirnya giliran mereka bertemu dokter tiba. Risha dan Adhitama kini sudah di dalam ruangan, duduk berhadapan dengan dokter yang sedang membu
Read more

186. Ketakutan Untuk Jujur

Sementara itu Kakek Roi langsung ke rumah sakit begitu mendapat kabar soal kondisi Risha. Dia tiba di rumah sakit dengan ekspresi wajah cemas. Kakek Roi panik memikirkan jika terjadi hal buruk ke cucu dan calon cicitnya.“Di mana ruang pasien bernama Risha?” tanya Kakek Roi saat berada di pusat layanan informasi rumah sakit.Perawat yang berjaga di sana mengecek, lalu memberitahu kamar Risha.Kakek Roi mengangguk lalu dia segera pergi ke kamar yang tadi disebutkan bersama asistennya yang takut pria itu terjerembap karena jalan tergesa-gesa.Sesampainya di depan kamar inap Risha, Kakek Roi terlihat ragu. Dia sejenak diam, lalu menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan pelan, mempersiapkan diri sebelum akhirnya mengetuk.Kakek Roi masuk ruangan itu. Dia melihat Risha yang berbaring dengan wajah pucat dan terlihat lemas.Risha menatap Kakek Roi yang datang dan tersenyum tapi terlihat seperti dipaksakan.Kakek Roi terlihat canggung, lalu bertanya, “Di mana Adhitama?”“Dia sedang menemui
Read more

187. Tidak Usah Sedih

Siang itu Audrey menjemput Lily di sekolah. Saat masuk mobil, Lily terlihat murung.Lily sedih memikirkan sang bunda yang harus masuk rumah sakit lagi.“Ada apa?” tanya Audrey merasa aneh dengan sikap Lily.Lily menoleh pada Audrey, lalu kembali menunduk.“Lily sedih, soalnya Bunda sering sakit. Dulu Bunda nggak sakit-sakitan, sekarang terus-terusan sakit.” Lily bicara dengan nada sedikit bergetar.Audrey mendengarkan cerita Lily dengan simpati. Dia kasihan apalagi Lily seperti ingin menangis.“Lily tidak usah sedih. Bunda pasti akan segera sembuh,” ujar Audrey menenangkan.Lily menoleh Audrey, lalu mengangguk-angguk kecil.“Bagaimana kalau pergi ke taman dan makan es krim biar Lily merasa lebih baik?” tanya Audrey menawari.Lily terlihat malas, tapi tetap mengangguk-angguk setuju.Audrey mengajak Lily ke taman bermain. Di sana Lily duduk di ayunan dan terlihat senang. Bahkan senyum Lily begitu lebar seperti biasanya.Audrey lega saat melihat Lily lebih baik dan murung seperti tadi.
Read more

188. Kenapa Tidak Menjelaskan?

Siang itu Alma berada di ruangan Haris, seperti biasa tujuannya untuk menyerahkan beberapa berkas yang perlu ditandatangani Haris, juga mengambil dokumen yang sudah selesai atasannya itu periksa.Alma tak banyak bicara, dia memegang berkas yang sudah diambilnya lantas memutar tumit.Namun, langkah Alma terhenti saat dia mendengar suara Haris.“Aku ingin serius bertanya padamu. Kenapa kamu tidak mau menjelaskan apa yang terjadi malam itu?” tanya Haris sedikit menekan.Alma menghela napas diam-diam sebelum kembali menoleh pada Haris.“Karena memang tidak ada yang perlu saya jelaskan, Pak.” Alma kukuh tak mau membahas tentang malam itu.Haris mendengkus kasar, lalu bicara lagi.“Tapi setelah malam itu sikapmu jadi aneh dan mencurigakan. Bahkan kamu terkesan menjauh dan tidak seperti dulu padaku,” ucap Haris dengan tatapan serius.“Itu hanya perasaan Anda saja Pak, saya masih Alma sekretaris Anda. Coba Anda pikirkan lagi Pak, jika malam itu terjadi hal aneh, apa iya saya masih bisa bekerj
Read more

189. Benci Adik

Adhitama duduk di samping Risha yang terbaring lemah di tempat tidur. Dia menatap nanar pada Risha yang terlihat sangat tidak baik. Wajahnya begitu pucat dan terlihat kuyu, tentu saja Adhitama tidak tega melihat Risha seperti ini. “Kehamilan Bu Risha saat ini sangat mengancam nyawanya jika tetap dipertahankan.” Adhitama mengingat ucapan dokter yang diam-diam memberitahunya tentang kondisi Risha yang sebenarnya. Tentu saja hal itu membuat Adhitama semakin miris, rasanya sakit membayangkan Risha mengambil resiko hanya untuk mempertahankan janin itu. “Kenapa wajah Mas Tama tegang seperti ini?” tanya Risha saat melihat Adhitama sangat gelisah. Adhitama mencium punggung tangan Risha, lalu menatap penuh kasih sayang dan berkata, “Aku sangat mencintaimu Sha dan aku takut kehilanganmu.” Risha terdiam. “Aku sudah bicara dengan dokter, kondisimu tidak baik untuk tetap mengandung. Bagaimana kalau kamu mempertimbangkan mengakhiri kehamilan ini demi keselamatanmu?” Adhitama mencoba mem
Read more

190. Mereka Pacaran

Pagi itu sebelum berangkat ke kantor, Haris menyempatkan diri menjenguk Risha di rumah sakit. Tak banyak yang Haris sampaikan, dia tidak mau membuat Risha atau Adhitama salah paham hingga hanya berbicara seperlunya.Beberapa menit kemudian Haris keluar dari kamar rawat Risha, dia pamit pulang disusul Adhitama di belakangnya. “Bagaimana sebenarnya kondisi Risha? Dia baik-baik saja kan?” tanya Haris saat mereka sudah berada di luar. “Tidak baik. Bahkan dokter menyarankan agar Risha tidak mempertahankan calon adik Lily, tapi Risha kekeh ingin mencoba mempertahankannya. Padahal dia juga tahu kalau nyawanya yang akan jadi taruhan,” jawab Adhitama dengan ekspresi wajah sedih. Haris bersimpati. Dia tahu betul bagaimana kondisi kehamilan Risha dulu dan sekarang terulang lagi, bahkan lebih parah. “Aku harap kalian mendapat jalan terbaik,” ucap Haris sambil menepuk lengan Adhitama. Adhitama hanya mengangguk. “Aku pergi dulu,” pamit Haris. Haris bersiap pergi, tapi setelah berjala
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
27
DMCA.com Protection Status