Semua Bab Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!: Bab 161 - Bab 170

270 Bab

161. Kejutan

Hari itu Risha pergi ke rumah sakit. Dia akan melakukan pemeriksaan kandungan untuk persiapan bayi tabung yang sudah disepakatinya dengan Adhitama.Risha masih menunggu bersama pasien yang lainnya. Dia melihat beberapa ibu hamil yang datang bersama suami, membuat Risha tiba-tiba tersenyum.Risha tiba-tiba ingat saat hamil Lily. Dia pergi ke dokter sendiri untuk memeriksakan kandungan. Dulu dia pernah iri pada wanita lain yang sangat bahagia karena bisa ke dokter bersama pasangan, sedangkan dia hanya sendiri.Namun, kali ini akan berbeda. Jika dia hamil, akan ada Adhitama yang menemaninya, tiba-tiba saja Risha tidak sabar menantikan hari itu.“Ibu Risha.”Risha mendengar namanya dipanggil. Dia melihat perawat berdiri di depan pintu, lalu dia segera menghampiri dan masuk ke ruang pemeriksaan.Risha berbincang banyak hal dengan dokter perihal rencananya itu. Dia menanyakan berbagai informasi agar nantinya tidak ada kesalahan. “Baik, silakan berbaring saya akan mengecek kondisi rahimnya
Baca selengkapnya

162. Kecemasan

Dilingkupi rasa bahagia, Risha dan Adhitama memutuskan menjemput Lily di sekolah bersama. Mereka sangat tidak sabar ingin segera memberitahukan kabar baik tentang kehamilan Risha pada Lily. Risha dan Adhitama masih ada di depan gedung sekolah menunggu jam pelajaran Lily usai. Tak beberapa lama kemudian, bel berbunyi lalu beberapa guru sudah keluar untuk melepas dan memastikan para murid dijemput orang tua mereka. “Bunda, Papa!” Lily berlari menghampiri saat melihat Risha dan Adhitama. Risha langsung meraih tangan Lily, lalu mengajak bocah itu ke parkiran. Di sana Risha siap menyampaikan kabar bahagia yang dibawanya. “Kok Bunda ikut jemput, apa sudah periksa ke dokter?” tanya Lily. Risha dan Adhitama saling tatap. Lalu Risha berjongkok dan menggenggam kedua tangan Lily. “Iya, Bunda jemput karena punya kabar baik buat Lily,” jawab Risha. Lily menatap penasaran pada Risha, apalagi sang bunda dan papanya terlihat sangat bahagia. “Kabar baik apa?” tanya Lily. “Bunda hamil, jadi
Baca selengkapnya

163. Membuatmu Sedih

Risha tiba-tiba memikirkan apa yang dikatakan oleh Haris. Semua itu benar dan Risha tidak bisa mengelak dari hal itu. “Aku harus bagaimana?” Risha tiba-tiba saja merasa bingung. Risha diam sesaat, lalu memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan yang sekarang bertanggung jawab dengan kehamilannya. Risha pergi ke rumah sakit esok harinya. Dia bertemu dokter lalu mencoba berkonsultasi. “Jadi, bagaimana baiknya, Dok? Begitulah riwayat kehamilan saya saat hamil anak pertama,” ucap Risha dengan raut wajah sedih dan bingung. Dokter itu bukanlah dokter yang dulu menangani kondisi kehamilan pertama Risha. Dokter itu mendengarkan dengan seksama, lalu menghela napas kasar. “Kasus ini memang sulit, kemungkinan terulang lagi pasti lebih besar. Sebenarnya ini memang berbahaya juga untuk kehamilan yang sekarang, meski kondisi Anda sendiri baik,” ucap dokter menjelaskan panjang lebar. Risha merasa lemas dan tak bertenaga. Jika kehamilannya sekarang mengalami kasus seperti du
Baca selengkapnya

164. Seperti Hujan

Risha mengurai pelukan Adhitama, dia mengusap pipi dan membiarkan Adhitama membelai pipinya penuh kasih sayang.“Ada apa, hm?” Adhitama bertanya lagi karena Risha tidak mau bicara.Adhitama kembali memeluk Risha yang menangis. Dia berusaha menenangkan wanita itu dengan mengusap lembut punggung Risha.“Kamu bisa menceritakan semuanya ke aku kalau memang ada masalah, jangan dipendam sendiri,” ucap Adhitama lagi.Risha menggeleng pelan. Dia juga memeluk Adhitama lalu berusaha untuk agar lebih tenang.Setelah beberapa menit berada dalam dekap hangat Adhitama, Risha akhirnya melepas pelukan, dia mencoba tersenyum memandang pada pria itu.“Sepertinya aku hanya sedang sensitif aja karena hamil. Jadi rasanya apa-apa pengennya nangis,” ucap Risha, berusaha meyakinkan Adhitama.“Kamu yakin?” tanya Adhitama yang tak percaya mendengar ucapan Risha.Risha mengangguk-angguk masih sambil mempertahankan senyumnya.“Ya sudah, aku mandi dulu,” kata Adhitama.Risha mengangguk lagi. Dia lega karena Adhit
Baca selengkapnya

165. Pilihan

Hari itu Risha akhirnya bertemu dengan Rama. Dia sudah siap ingin mengamuk manager tempatnya mempercayakan produk My Lily, karena sudah berbohong soal kandungan skincare yang diproduksi. Risha menunggu di sebuah kafe, sampai beberapa saat kemudian Rama datang dan langsung duduk di depan Risha. “Apa yang ingin Anda bicarakan sampai mendesak untuk bertemu?” tanya Rama berpura-pura tak tahu tentang huru-hara yang terjadi. Risha menatap datar. Dia mengeluarkan kertas hasil laboratorium salah satu produk skincare My Lily yang dibuat di pabrik tempat Rama bekerja. “Lihat saja sendiri. Bagaimana bisa Pak Rama diam dan malah membiarkan saya tertipu seperti ini?” Risha memperlihatkan kekecewaannya pada Rama. Rama mengambil hasil laboratorium itu. Dia tak terkejut sama sekali karena sudah tahu. “Bagaimana bisa pabrik melakukan ini? Kita sudah bekerjasama sangat lama, tapi kenapa Pak Rama tidak jujur saja?” Risha benar-benar meluapkan kekecewaannya. Meski suaranya tak terlalu lanta
Baca selengkapnya

166. Menjenguk

Di tempat lain, pagi itu Polisi baru saja menerima hasil tes kejiwaan Sevia yang menyatakan jika tahanan mereka itu memang memiliki gangguan kejiwaan dan tidak bisa dipidana sesuai dengan prosedur yang ada. Dengan keluarnya hasil tes itu akhirnya pihak kepolisian memutuskan untuk melakukan rehabilitasi pada Sevia di rumah sakit jiwa. Sevia tersenyum-senyum sendiri, bahkan tertawa hingga membuat penghuni satu selnya merasa miris dan takut kalau tiba-tiba wanita itu hilang kendali dan menyerang. Dua petugas polisi datang untuk membuka sel, mereka langsung membawa Sevia keluar dari sana karena akan dipindah ke rumah sakit jiwa. Di waktu yang bersamaan Arin melihat Sevia yang keluar dari sel. Dia dan Sevia memang berada di sel yang berbeda. Arin langsung berdiri karena penasaran Sevia mau dibawa ke mana. Saat Sevia melewati sel Arin, dia melirik ke Arin sambil tersenyum licik. Arin sangat terkejut, hingga sejenak otaknya terasa tak bisa lagi berpikir. “Mau dibawa ke mana dia?”
Baca selengkapnya

167. Kejanggalan

Baru kali ini Haris merasa kuwalahan menjaga Lily. Sejak Risha masuk rumah sakit anak itu terus saja rewel dan hampir membuatnya kehilangan kesabaran. “Lily mau ketemu Bunda.” Lily menangis dan merengek ingin melihat Risha karena sejak kemarin tidak boleh menjenguk. Haris melihat Lily yang menangis sampai mau berguling di lantai, akhirnya dia mencegah dan mengangkat Lily. “Baiklah, tapi janji Lily harus patuh pada paman,” ucap Haris akhirnya menuruti keinginan Lily. Lily mengangguk-angguk membalas ucapan Haris. Haris mengusap kepala Lily, dia tak punya pilihan lain selain mengajak Lily pergi ke rumah sakit. Haris harus berjuang melewati satpam bahkan dokter di pintu masuk agar Lily diperbolehkan pergi ke kamar Risha, ini karena aturan Rumah sakit tidak memperbolehkan anak kecil berada di sana.Seolah paham, Lily benar-benar menuruti permintaan Haris setelah melihat Pamannya itu berdebat dan berjuang agar dirinya bisa ke dalam.Lily meminta turun dari gendongan haris dan ber
Baca selengkapnya

168. Tak Bisa Kehilangan

Di rumah sakit jiwa. Sevia memperhatikan orang-orang yang dirawat di sana, semua pasien di sana ternyata tidak sepenuhnya gila total, ada beberapa yang memang terganggu saja mentalnya. Sevia melihat makanan yang disediakan rumah sakit, dia merasa makanan itu sangat tidak layak dan menjijikkan. Dia tidak mau makan, lalu meletakkan piring dengan kasar. Sevia keluar dari kamar begitu juga dengan pasien lain untuk menghirup udara segar. Sevia melihat ada pasien sedang makan makanan yang ternyata kiriman dari keluarga, membuat Sevia berpikir untuk mengambilnya. Lagi pula mereka gila, kan? Pasti tidak bisa melawan. Sevia mendekat ke pasien lain yang tidak dijaga perawat. Dia melihat ada makanan enak di rantang pasien itu, membuatnya langsung mengambil dan memakannya dengan cepat. “Jangan!” teriak pasien itu karena Sevia mengambil makanannya. Sevia tidak menggubris dan tetap makan. “Itu makananku, dasar pencuri!” teriak pasien itu histeris. Perawat yang mendengar langsung mendekat, d
Baca selengkapnya

169. Banyak Hal Yang Dia Pikirkan

Kondisi Risha yang memang butuh perhatian ekstra, membuat Risha diminta bedrest dan tidak boleh banyak kegiatan apalagi terlalu banyak jalan sampai kondisi janinnya benar-benar kuat. Risha kerja di atas kasur. Dia melakukan semuanya dari sana. Risha juga sudah berpesan agar Adhitama menjemput Lily sepulang sekolah nanti karena dia tidak diperbolehkan pergi-pergi. Sore harinya saat Risha masih sibuk dengan pekerjaannya. Ponsel yang ada di atas kasur wanita itu berdering. Risha melihat nama guru Lily terpampang di layar, membuatnya buru-buru menjawab panggilan itu. “Halo, Miss.” “Halo Bu Risha. Maaf sebelumnya, tapi kenapa ini belum ada yang menjemput Lily , ya?” tanya guru Lily dari seberang panggilan. Risha sangat terkejut sampai melihat ke jam dan ternyata memang sudah terlewat setengah jam dari jadwal Lily pulang. “Maaf, Miss. Saya akan menghubungi papanya, minta tolong jaga Lily sampai Papanya datang ya. Saya minta maaf sekali,” ucap Risha. Setelah mendapat jawaban
Baca selengkapnya

170. Hubungan Spesial

Sore itu di ruangannya Haris tampak memikirkan sesuatu. Dia beberapa kali hendak melakukan panggilan tapi urung. Hingga tak lama Haris berdiri dari kursi empuknya lantas keluar. Dia berdiri di depan meja kerja Alma dan membuat sekretarisnya itu kaget. “Aku mau meminta tolong padamu," kata Haris tanpa basa-basi. "Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda, Pak?" tanya Alma. "Bantu aku memilih hadiah untuk Risha,” ucap Haris. “Bu Risha sudah keluar dari rumah sakit?” Alma kembali bertanya dan dijawab Haris dengan anggukkan kepala. Melihat Haris seperti tergesa-gesa, Alma langsung mengambil tasnya. Mereka akhirnya pergi ke mall, tapi di sana Haris masih saja bingung harus membeli apa. “Apa ada bayangan hadiah yang ingin Pak Haris berikan ke Bu Risha?” tanya Alma karena Haris belum menentukan mau masuk toko mana. “Sebenarnya aku juga bingung karena itu mengajakmu,” jawab Haris. Alma mengangguk-angguk lalu ikut berpikir. “Bagaimana kalau tas saja, Pak?” tanya Alma memberi sara
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
27
DMCA.com Protection Status