Beranda / Rumah Tangga / Aku Ingin Bercerai, Pak CEO! / 169. Banyak Hal Yang Dia Pikirkan

Share

169. Banyak Hal Yang Dia Pikirkan

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-06 08:21:43

Kondisi Risha yang memang butuh perhatian ekstra, membuat Risha diminta bedrest dan tidak boleh banyak kegiatan apalagi terlalu banyak jalan sampai kondisi janinnya benar-benar kuat.

Risha kerja di atas kasur. Dia melakukan semuanya dari sana. Risha juga sudah berpesan agar Adhitama menjemput Lily sepulang sekolah nanti karena dia tidak diperbolehkan pergi-pergi.

Sore harinya saat Risha masih sibuk dengan pekerjaannya. Ponsel yang ada di atas kasur wanita itu berdering. Risha melihat nama guru Lily terpampang di layar, membuatnya buru-buru menjawab panggilan itu.

“Halo, Miss.”

“Halo Bu Risha. Maaf sebelumnya, tapi kenapa ini belum ada yang menjemput Lily , ya?” tanya guru Lily dari seberang panggilan.

Risha sangat terkejut sampai melihat ke jam dan ternyata memang sudah terlewat setengah jam dari jadwal Lily pulang.

“Maaf, Miss. Saya akan menghubungi papanya, minta tolong jaga Lily sampai Papanya datang ya. Saya minta maaf sekali,” ucap Risha.

Setelah mendapat jawaban
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
ramadhaniyulia
seru nih klo ada kisah Lily dan bodyguardnya
goodnovel comment avatar
Woro Sediyaningsih
Basmi aja buruannn
goodnovel comment avatar
Yessy Susanti
ayooo Tam cptan cri bodyguard bt Lily biar aman
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   170. Hubungan Spesial

    Sore itu di ruangannya Haris tampak memikirkan sesuatu. Dia beberapa kali hendak melakukan panggilan tapi urung. Hingga tak lama Haris berdiri dari kursi empuknya lantas keluar. Dia berdiri di depan meja kerja Alma dan membuat sekretarisnya itu kaget. “Aku mau meminta tolong padamu," kata Haris tanpa basa-basi. "Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda, Pak?" tanya Alma. "Bantu aku memilih hadiah untuk Risha,” ucap Haris. “Bu Risha sudah keluar dari rumah sakit?” Alma kembali bertanya dan dijawab Haris dengan anggukkan kepala. Melihat Haris seperti tergesa-gesa, Alma langsung mengambil tasnya. Mereka akhirnya pergi ke mall, tapi di sana Haris masih saja bingung harus membeli apa. “Apa ada bayangan hadiah yang ingin Pak Haris berikan ke Bu Risha?” tanya Alma karena Haris belum menentukan mau masuk toko mana. “Sebenarnya aku juga bingung karena itu mengajakmu,” jawab Haris. Alma mengangguk-angguk lalu ikut berpikir. “Bagaimana kalau tas saja, Pak?” tanya Alma memberi sara

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   171. Asal Tidak Saudara

    Haris hanya tertawa mendengar dugaan Risha. Dia memilih buru-buru pergi dari pada terjebak dengan situasi yang tidak dia sukai. Haris dan Alma kembali ke kantor, meskipun harus ada sedikit drama karena Lily tak mengizinkam Alma pulang. Beruntung Risha bisa membujuk Lily. Sepanjang perjalanan Haris dan Alma tak saling bicara, Alma memilih membuang muka keluar jendela sambil menahan kantuk.Setengah jam kemudian mereka tiba di gedung Mahesa. Saat baru saja sampai di depan lobi, Haris dan Alma bertemu dengan Rara yang berjalan keluar. Tak ayal mereka berpapasan. “Kenapa kamu ada di sini?” tanya Haris karena terkejut melihat Rara. “Aku ke sini karena baru saja melamar kerja,” jawab Rara. Tatapannya lalu berpindah pada Alma yang berdiri di samping Haris. 'Dari mana mereka berdua? Kenapa tidak terlihat membawa berkas jika baru saja bertemu klien? Atau jangan-jangan mereka ….' Alma menyadari ke mana arah tatapan Rara, membuatnya sampai berdeham karena aneh ditatap seperti itu. “Apa k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   172. Piknik

    Risha masih pusing memikirkan nasib perusahaan yang dia bangun. Risha bahkan sejak beberapa saat yang lalu tampak melamun. Hingga sebuah pesan masuk dari staffnya. Risha memandang pesan yang tertera. Dia bingung dan sedih kenapa harus sampai mengalami ini. [Bu, penjualan beberapa minggu ini menurun drastis. Kita harus segera mengatasi ini agar tidak terjadi dampak berkelanjutan.] Risha membuang napas kasar. Jemarinya lincah menulis jawaban. [Aku akan melakukan live siang ini untuk klarifikasi, memang sudah seharusnya aku minta maaf ke customer loyal My Lily] Risha memijat pelipis dan lagi-lagi menghela napas. Tak berapa lama Risha mendapat balasan kalau stafnya yang ada di Jogja akan membuat pengumuman lebih dulu setelah Risha menentukan jamnya. Risha menyiapkan diri untuk klarifikasi, meski dirinya panik dan takut, tapi dia menyadari jika apa yang terjadi dengan usahanya, dialah yang bertanggung jawab. Risha pergi ke kantor cabangnya yang ada di Jakarta untuk melak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   173. Memori

    Risha tersenyum membelai lembut kepala Adhitama. Suaminya itu bersikap begitu manja.Risha terus memandangi wajah Adhitama yang sengaja memejamkan mata. Pria itu bahkan mengambil tangan Risha lantas meletakkannya di dada.Risha tetap membelai kepala Adhitama dengan lembut, merasa nyaman dengan keheningan yang menyelimuti mereka. Ia menarik napas panjang, karena Adhitama membahas masa kecil mereka, mau tak mau Risha mengingat momen-momen kebersamaannya dan Adhitama."Mas Tama ingat tidak waktu kecil kita pernah main di sungai dan aku hampir terbawa arus karena tidak mendengarkan ucapan Mas agar tidak pergi jauh-jauh.” Ucapan Risha memecah keheningan.Adhitama membuka sedikit matanya, menatap Risha dengan senyum tipis. "Ingat, karena itu aku yang kena marah kakek."Risha tertawa kecil. "Iya, padahal Mas sudah mengingatkan, memang dasarnya aku agak bandel,” ucapnya.Adhitama terkekeh kecil, dia menyentuh pipi Risha lantas memiringkan badan, Adhitama tampak memandang perut Risha kemudian

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   174. Takut Jujur

    Di rumah Kakek Roi. Pria itu duduk merenung karena merasa bersalah. Jika dia tidak membohongi Risha dan Adhitama, mungkin Risha tidak akan hamil secepat ini yang membuat kesehatan Risha terganggu. Namun, dia melakukan semua itu semata-mata hanya untuk menyatukan Adhitama dan Risha, jika tahu sejak awal kalau Risha memiliki riwayat buruk selama masa kehamilan, Kakek Roi pasti mengambil cara lain. “Kalau aku jujur ke Risha tentang kebohongan penyakit Lily, apa mungkin dia akan tetap mempertahankan janinnya, bagaimana ini?” Kakek Roi berniat jujur soal kebohongan yang dibuatnya, tapi dia juga bingung karena cemas Adhitama pasti akan membencinya. Kakek Roi menghela napas kasar, dia benar-benar bingung kali ini. Banyak hal yang harus dia pertimbangkan setelah semua sandiwara yang dibuat. Kakek Roi diam sesaat, lalu mengambil ponsel yang ada di meja dan mengetik pesan untuk Risha. [Kapan kalian akan berkunjung ke rumah Kakek?] Kakek Roi menunggu balasan Risha, lalu beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   175. Mengganti Dokter?

    Setelah Adhitama dan Lily ganti baju, Kakek Roi mengajak mereka sarapan.Kakek Roi berusaha untuk tetap bersikap biasa, meski dalam hati begitu takut membuat Adhitama dan Risha kecewa. “Aku mau mendaftar ke dokter untuk memeriksakan kondisi Lily, tapi jadwal dokternya penuh terus, padahal sebelumnya tidak pernah begini,” ucap Risha saat sedang berada satu meja dengan Kakek Roi dan Adhitama. Kakek Roi kaget, tapi tetap memilih diam. “Coba booking untuk minggu depan,” ucap Adhitama memberi saran. Risha yang bingung hanya mengangguk mengiyakan. “Kalau memang dokter itu lambat dan susah mendapat jadwalnya, kita bawa saja Lily ke dokter lain,” ucap Adhitama lagi. Kakek Roi tiba-tiba terbatuk-batuk mendengar perkataan Adhitama. Risha dan Adhitama terkejut. Risha buru-buru menuang air putih ke gelas, lalu memberikannya pada Kakek Roi. “Pelan-pelan, Kek.” Risha menatap Kakek Roi yang menerima gelas darinya dan minum. Kakek Roi menganggukkan kepala, dia meletakkan gelasnya lalu berkat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   176. Sandiwara

    Kemarin di rumah sakit jiwa, pasien bernama Misna yang sering dijahati Sevia benar-benar emosi. Dia memukul Sevia dengan kuat menggunakan ranting kayu.Sevia jatuh ke lantai, tapi dia tak benar-benar jatuh karena yang dilakukannya itu hanya sandiwara. Dia berteriak-teriak seperti teraniaya sambil merintih kesakitan meminta tolong. Dia benar-benar membuat drama besar, meski tangannya hanya lecet-lecet sedikit.“Tolong! Tolong!” teriak Sevia histeris.Misna semakin emosi, saat akan memukul Sevia lagi, ada perawat yang datang dan langsung menghentikan aksi Misna.Beberapa staff yang mendengar juga datang, mereka membantu Sevia yang terbaring di lantai, lalu membawanya ke ruang perawatan.“Dia bohong! Dia pura-pura!” teriak Misna.“Sudah, tenanglah.” Perawat membawa paksa Misna ke kamar untuk ditenangkan.Di ruang perawatan. Sevia diminta berbaring, lalu luka goresnya diobati. Di sana Sevia masih berpura-pura kesakitan dan sampai menangis. “Tolong aku. Dia menyerangku dan terus memukulik

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   177. Haris

    Di ruang kerja berukuran besar dengan cahaya lampu yang temaram di malam hari. Haris duduk diam dengan tatapan tertuju lurus ke luar jendela tapi kosong. Dia sedang tenggelam dalam kesunyian hidupnya. Sekilas terlintas hari-hari ketika bersama Risha di masa lalu. Pikiran itu tiba-tiba saja melintas seperti roll film yang diputar kembali di dalam otaknya, mengingatkan dirinya akan perasaan yang tak pernah diungkapkan pada Risha. Haris mengingat jauh ke masa remaja mereka, di mana dia selalu menjadi pelindung Risha. “Apa dia masih ingat semua?” Haris bicara pada dirinya sendiri. Haris masih mengingat jelas, ketika Risha sedih, dialah yang selalu ada di sisi Risha, menenangkannya dan selalu membuat Risha dalam kondisi aman. Haris tersenyum tipis, jika ingat masa lalu, maka dia juga ingat kebodohannya dulu. Dulu Risha selalu pulang bersamanya. Mereka begitu dekat, hingga Haris merasa jika bisa menggapai Risha. Namun, apalah dia yang memiliki kesempatan tapi tidak pernah mengamb

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10

Bab terbaru

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Happy Family : END

    Risha dan Adhitama berjalan beriringan masuk ke sekolah Lily pagi itu. Mereka terlihat beberapa kali berhenti untuk berbicara dengan orangtua teman Lily yang juga datang ke sekolah.Hari itu acara kelulusan murid digelar, Risha sudah tidak sabar melihat bagaimana penampilan putri kecilnya di atas pentas.Risha duduk sambil harap-harap cemas menunggu acara dimulai.“Dia tidak akan membuat kesalahan ‘kan?” tanya Risha sambil meremas tangan. Padahal Lily yang akan tampil, tapi dia yang grogi.Adhitama yang melihat Risha beberapa kali menggigit bibir bawah hanya tersenyum, dia meraih tangan sang istri yang ada di atas paha lalu menggenggamnya erat.“Dingin sekali, kenapa kamu yang gugup begini?” tanya Adhitama.“Aku hanya khawatir. Lihat saja banyak orang begini, bagaimana kalau dia takut hingga membuat kesalahan. Dia pasti sedih dan bisa kehilangan rasa percaya diri, ini penampilan pertamanya di depan banyak orang,” jawab Risha.“Kamu harus yakin ke Lily, dia pasti bisa. Calon penerus Ma

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 11 : Menikah?

    Sore itu, Andre duduk di meja kerjanya sambil menatap layar laptop. Pekerjaan hari itu hampir selesai, tetapi ada satu hal lagi yang harus dia urus sebelum meminta izin pulang ke Adhitama.Andre melihat jam di tangannya, sudah hampir pukul lima sore. Andre menarik napas dalam-dalam sebelum berdiri dan melangkah ke ruangan Adhitama.“Pak, apa saya bisa bicara sebentar?” kata Andre, mencoba terdengar tenang meskipun ada sedikit kegugupan di suaranya.Adhitama yang masih berkutat dengan layar laptop menjawab, “Tentu. Ada apa?”“Saya mau minta izin, Pak. Lusa rencananya saya ingin mengambil cuti untuk jalan-jalan sebentar. Sudah lama saya tidak liburan."Adhitama sedikit terkejut mendengar permintaan Andre. Dia menghentikan pekerjaannya sejenak lalu memandang sekretarisnya itu. “Jalan-jalan? Ke mana? Memang kamu sudah punya pacar?” goda Adhitama.Andre tertawa kecil mendengar pertanyaan sang atasan. Pemuda itu sedikit berkilah dengan menjawab, “Memang pergi jalan-jalan harus bersama pacar

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 10 : Pulang Bersama

    Seminggu kemudian Alma dan Haris mengadakan syukuran atas kelahiran anak mereka.Syukuran di rumah mereka berjalan meriah. Tamu-tamu yang datang silih berganti, membawa suasana hangat penuh canda tawa.Alma, yang baru saja melahirkan putra pertamanya, tampak bahagia menyambut satu per satu tamu yang hadir.Andre melangkah masuk dengan senyum kecil di wajah. Berbaur dengan tamu-tamu lain yang sebagian besar dia kenal. Namun, saat melihat sosok gadis yang tengah mengobrol di sudut lain ruangan, Andre segera berjalan mendekatinya. Ia sudan lama tak bertemu dengan Mahira, tapi dia sebenarnya sudah menduga pasti akan bertemu dengan Mahira di rumah Alma."Andre! Lama nggak ketemu. Apa kabar?" tanya Mahira sambil tersenyum lebar.Andre mengangguk kecil. "Baik. Kamu gimana?""Aku? Baik juga. Ngomong-ngomong, kabar mamamu gimana? Sehat kan?""Sehat kok," jawab Andre.Mereka terlihat canggung, Mahira bahkan ingin menjauh tapi entah kenapa ada perasaan yang membuatnya ingin terus mengobrol denga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 9 : Satu Malam Indah

    Risha baru saja keluar dari kamar Lily malam itu. Dia berjalan pelan sambil memandang pintu ruang kerja Adhitama. Risha ragu mungkinkah Adhitama masih berada di sana atau sudah kembali ke kamar mereka. Risha mengedikkan bahu, memilih mempercepat langkah menuju kamar tidur. Baru saja menutup pintu, Adhitama membuat Risha terkejut karena sudah berada di dalam. “Astaga Mas Tama!” pekik Risha setelah sebelumnya berjengket karena kaget. “Kamu itu kenapa?” Adhitama terkekeh kecil lalu menekuk tangan di depan dada. “Aku pikir Mas masih di ruang kerja,” balas Risha sambil naik ke atas ranjang lalu duduk di samping Adhitama. “Apa ada masalah lagi di Mahesa?” tanyanya penuh perhatian. “Tidak ada, hanya mengecek dan memastikan sesuatu.” Adhitama membalas sambil melingkarkan tangan melewati punggung Risha, memberi isyarat kalau dia ingin memeluk istrinya itu. “Bagaimana Pembangunan kantor dan pabrik barumu? Bukankah seharusnya bulan depan pabrik sudah bisa mulai beroperasi?” tanya Adhitama

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 8 : Kode Ke Suami

    “Sudah sayang, kamu sudah cantik!”Ucapan Adhitama membuat Risha menoleh dan tersenyum. Adhitama berjalan mendekat pada Risha yang masih mematut diri di depan cermin, memeluk pinggang lalu mencium pundak istrinya itu.“Lily sudah siap?” tanya Risha sambil memandang Adhitama dari pantulan kaca di hadapannya.“Sudah, dia senang sekali mendengar kita mau mengajaknya pergi belanja,” balas Adhitama. “Ternyata semua wanita sama, suka sekali dengan hal berbau materi,” imbuhnya.Risha tertawa lebar, dia memutar tubuh lalu memandang Adhitama yang semakin hari semakin terlihat menawan di matanya.“Jadi selama ini Mas Tama pikir aku ini matre? Begitu?” goda Risha.“Hm .. bagaimana aku menjawab? Yang pasti aku bahagia bisa memberimu segalanya.” Adhitama meraih pinggang Risha. Menarik tubuh wanita itu hingga menempel padanya.“Aku hanya butuh Mas cintai dan jadikan satu-satunya wanita di dalam hidup Mas Tama,” ujar Risha. Senyum tipis dan tatapan matanya yang penuh cinta melenakan Adhitama hingga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Pantas Bahagia

    Andre sedang duduk di meja kerjanya, memeriksa laporan yang harus diserahkan ke Adhitama saat atasannya itu baru saja datang.Andre langsung berdiri dan menyapa dengan sopan. “Selamat pagi, Pak.”"Pagi, ikut ke ruanganku, ada yang mau aku bicarakan," ucap Adhitama seraya melangkah masuk.Andre mengangguk, dia berdiri dari kursinya kemudian menyusul Adhitama. Meskipun terdengar serius, tapi raut Adhitama tidak tampak mengintimidasi."Aku mendengar dari pengacara kalau masalah dengan ayahmu itu belum ada titik temu, bagaimana perkembangannya?” tanya Adhitama.Andre menarik napas dalam sebelum menjawab. “Sebenarnya semalam saya bertemu dengannya, yang bisa saya baca dia mulai terlihat khawatir. Mungkin karena saya bilang bekerja di Mahesa dan memiliki dukungan penuh dari perusahaan.”Adhitama tersenyum tipis. “Baguslah kalau begitu. Orang seperti Papamu itu biasanya hanya menggertak. Kalau ada yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk bicara, aku pasti akan membantu,” ucapnya.“Terima kasih,

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Tidak Akan Menang

    Di tengah hujan gerimis yang mengguyur kota, Mahira duduk di kursi penumpang mobil Andre sambil membuka jendela, membiarkan angin segar bercampur bau aspal basah masuk ke dalam mobil.Di tengah perjalanan menuju kos, tiba-tiba Mahira berkata, “Apa bisa berhenti sebentar di minimarket depan? Aku mau beli beberapa makanan buat stok di kos.”Andre mengangguk tanpa banyak bicara, lalu memutar setir ke arah minimarket yang Mahira maksud. Mobil itu melambat dan berhenti di depan minimarket yang terlihat ramai. Mahira keluar lebih dulu, lalu menoleh ke Andre yang masih duduk di kursi kemudi.“Yuk, ikut," ajaknya. Andre sebenarnya malas keluar mobil, tapi entah kenapa dia mengiyakan saja ajakan Mahira."Kamu kalau mau beli sesuatu boleh. Aku traktir, kamu pilih apa aja yang kamu mau.” Senyum Mahira mengembang. Pikirnya, Andre sudah banyak membantu jadi tidak ada salahnya mengeluarkan beberapa puluh ribu untuk membelikan pemuda itu sesuatu.Andre menghela napas sambil menggeleng. "Nggak usah.

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Bisakah Perasaan Berubah?

    Mahira duduk di ruang kecil kantor My Lily, matanya terus melirik jam dinding. Risha belum juga datang, dan dia sudah tidak sabar untuk meminta izin pada ibunda Lily itu.Meski terdengar keterlaluan, tapi Mahira berniat mengajukan diri agar diizinkan melakukan live penjualan sepanjang hari.Mahira masih menunggu dengan cemas, hingga Risha muncul dengan senyum maanis.“Pagi,” sapa Risha ke semua stafnya. Wanita itu berjalan ke ruang kerjanya dan disusul oleh Mahira.“Bu Risha, permisi. Apa saya boleh bicara?”Ucapan Mahira membuat Risha menghentikan langkah lalu menoleh.“Bicara apa?” tanya Risha dengan kening berkerut halus.“Begini Bu Risha. Saya mau meminta izin, boleh tidak hari ini saya mengambil alih live dari pagi sampai petang? Maksimal delapan jam.”Risha mengangkat alis, kaget dengan permintaan itu. “Kenapa tiba-tiba kamu ingin live selama itu?”Mahira menarik napas panjang, matanya sedikit berkaca-kaca. “Saya butuh uang, Bu. Papa saya … papa saya ditangkap polisi.”Risha ter

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Fakir Miskin

    Lain di mulut lain di hati. Meski terlihat tak peduli, nyatanya Andre tidak benar-benar bisa mengabaikan Mahira. Malam itu, meskipun memaksakan diri untuk tidur, pikiran Andre tetap berkelana, memikirkan Mahira dan apa yang mungkin sedang terjadi.Pagi harinya, Andre bangun dengan perasaan yang masih sama. Namun, dia tetap berusaha untuk tidak memperlihatkan perasaannya kepada siapapun, termasuk ibunya.Andre bangkit dari tempat tidur dengan mata berat. Ponselnya tergeletak di meja dengan layar hitam tanpa notifikasi baru. Dia memegangnya lagi, ragu sejenak sebelum mengetik pesan lain untuk Mahira.[Kalau kamu butuh bantuan, bilang aja.]Setelah mengirim pesan itu, Andre termenung, berharap balasannya kali ini datang.Namun, keheningan tetap mengisi ruang kamarnya. Andre mendesah berat, merasa bersalah tapi masih enggan mengakui."Apa aku harus ke sana langsung?" gumamnya. Pikiran tentang Mahira di kos seorang diri terus menghantui Andre.***Matahari baru saja muncul, memancarkan sin

DMCA.com Protection Status