Semua Bab Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!: Bab 171 - Bab 180

268 Bab

171. Asal Tidak Saudara

Haris hanya tertawa mendengar dugaan Risha. Dia memilih buru-buru pergi dari pada terjebak dengan situasi yang tidak dia sukai. Haris dan Alma kembali ke kantor, meskipun harus ada sedikit drama karena Lily tak mengizinkam Alma pulang. Beruntung Risha bisa membujuk Lily. Sepanjang perjalanan Haris dan Alma tak saling bicara, Alma memilih membuang muka keluar jendela sambil menahan kantuk.Setengah jam kemudian mereka tiba di gedung Mahesa. Saat baru saja sampai di depan lobi, Haris dan Alma bertemu dengan Rara yang berjalan keluar. Tak ayal mereka berpapasan. “Kenapa kamu ada di sini?” tanya Haris karena terkejut melihat Rara. “Aku ke sini karena baru saja melamar kerja,” jawab Rara. Tatapannya lalu berpindah pada Alma yang berdiri di samping Haris. 'Dari mana mereka berdua? Kenapa tidak terlihat membawa berkas jika baru saja bertemu klien? Atau jangan-jangan mereka ….' Alma menyadari ke mana arah tatapan Rara, membuatnya sampai berdeham karena aneh ditatap seperti itu. “Apa k
Baca selengkapnya

172. Piknik

Risha masih pusing memikirkan nasib perusahaan yang dia bangun. Risha bahkan sejak beberapa saat yang lalu tampak melamun. Hingga sebuah pesan masuk dari staffnya. Risha memandang pesan yang tertera. Dia bingung dan sedih kenapa harus sampai mengalami ini. [Bu, penjualan beberapa minggu ini menurun drastis. Kita harus segera mengatasi ini agar tidak terjadi dampak berkelanjutan.] Risha membuang napas kasar. Jemarinya lincah menulis jawaban. [Aku akan melakukan live siang ini untuk klarifikasi, memang sudah seharusnya aku minta maaf ke customer loyal My Lily] Risha memijat pelipis dan lagi-lagi menghela napas. Tak berapa lama Risha mendapat balasan kalau stafnya yang ada di Jogja akan membuat pengumuman lebih dulu setelah Risha menentukan jamnya. Risha menyiapkan diri untuk klarifikasi, meski dirinya panik dan takut, tapi dia menyadari jika apa yang terjadi dengan usahanya, dialah yang bertanggung jawab. Risha pergi ke kantor cabangnya yang ada di Jakarta untuk melak
Baca selengkapnya

173. Memori

Risha tersenyum membelai lembut kepala Adhitama. Suaminya itu bersikap begitu manja.Risha terus memandangi wajah Adhitama yang sengaja memejamkan mata. Pria itu bahkan mengambil tangan Risha lantas meletakkannya di dada.Risha tetap membelai kepala Adhitama dengan lembut, merasa nyaman dengan keheningan yang menyelimuti mereka. Ia menarik napas panjang, karena Adhitama membahas masa kecil mereka, mau tak mau Risha mengingat momen-momen kebersamaannya dan Adhitama."Mas Tama ingat tidak waktu kecil kita pernah main di sungai dan aku hampir terbawa arus karena tidak mendengarkan ucapan Mas agar tidak pergi jauh-jauh.” Ucapan Risha memecah keheningan.Adhitama membuka sedikit matanya, menatap Risha dengan senyum tipis. "Ingat, karena itu aku yang kena marah kakek."Risha tertawa kecil. "Iya, padahal Mas sudah mengingatkan, memang dasarnya aku agak bandel,” ucapnya.Adhitama terkekeh kecil, dia menyentuh pipi Risha lantas memiringkan badan, Adhitama tampak memandang perut Risha kemudian
Baca selengkapnya

174. Takut Jujur

Di rumah Kakek Roi. Pria itu duduk merenung karena merasa bersalah. Jika dia tidak membohongi Risha dan Adhitama, mungkin Risha tidak akan hamil secepat ini yang membuat kesehatan Risha terganggu. Namun, dia melakukan semua itu semata-mata hanya untuk menyatukan Adhitama dan Risha, jika tahu sejak awal kalau Risha memiliki riwayat buruk selama masa kehamilan, Kakek Roi pasti mengambil cara lain. “Kalau aku jujur ke Risha tentang kebohongan penyakit Lily, apa mungkin dia akan tetap mempertahankan janinnya, bagaimana ini?” Kakek Roi berniat jujur soal kebohongan yang dibuatnya, tapi dia juga bingung karena cemas Adhitama pasti akan membencinya. Kakek Roi menghela napas kasar, dia benar-benar bingung kali ini. Banyak hal yang harus dia pertimbangkan setelah semua sandiwara yang dibuat. Kakek Roi diam sesaat, lalu mengambil ponsel yang ada di meja dan mengetik pesan untuk Risha. [Kapan kalian akan berkunjung ke rumah Kakek?] Kakek Roi menunggu balasan Risha, lalu beberapa
Baca selengkapnya

175. Mengganti Dokter?

Setelah Adhitama dan Lily ganti baju, Kakek Roi mengajak mereka sarapan.Kakek Roi berusaha untuk tetap bersikap biasa, meski dalam hati begitu takut membuat Adhitama dan Risha kecewa. “Aku mau mendaftar ke dokter untuk memeriksakan kondisi Lily, tapi jadwal dokternya penuh terus, padahal sebelumnya tidak pernah begini,” ucap Risha saat sedang berada satu meja dengan Kakek Roi dan Adhitama. Kakek Roi kaget, tapi tetap memilih diam. “Coba booking untuk minggu depan,” ucap Adhitama memberi saran. Risha yang bingung hanya mengangguk mengiyakan. “Kalau memang dokter itu lambat dan susah mendapat jadwalnya, kita bawa saja Lily ke dokter lain,” ucap Adhitama lagi. Kakek Roi tiba-tiba terbatuk-batuk mendengar perkataan Adhitama. Risha dan Adhitama terkejut. Risha buru-buru menuang air putih ke gelas, lalu memberikannya pada Kakek Roi. “Pelan-pelan, Kek.” Risha menatap Kakek Roi yang menerima gelas darinya dan minum. Kakek Roi menganggukkan kepala, dia meletakkan gelasnya lalu berkat
Baca selengkapnya

176. Sandiwara

Kemarin di rumah sakit jiwa, pasien bernama Misna yang sering dijahati Sevia benar-benar emosi. Dia memukul Sevia dengan kuat menggunakan ranting kayu.Sevia jatuh ke lantai, tapi dia tak benar-benar jatuh karena yang dilakukannya itu hanya sandiwara. Dia berteriak-teriak seperti teraniaya sambil merintih kesakitan meminta tolong. Dia benar-benar membuat drama besar, meski tangannya hanya lecet-lecet sedikit.“Tolong! Tolong!” teriak Sevia histeris.Misna semakin emosi, saat akan memukul Sevia lagi, ada perawat yang datang dan langsung menghentikan aksi Misna.Beberapa staff yang mendengar juga datang, mereka membantu Sevia yang terbaring di lantai, lalu membawanya ke ruang perawatan.“Dia bohong! Dia pura-pura!” teriak Misna.“Sudah, tenanglah.” Perawat membawa paksa Misna ke kamar untuk ditenangkan.Di ruang perawatan. Sevia diminta berbaring, lalu luka goresnya diobati. Di sana Sevia masih berpura-pura kesakitan dan sampai menangis. “Tolong aku. Dia menyerangku dan terus memukulik
Baca selengkapnya

177. Haris

Di ruang kerja berukuran besar dengan cahaya lampu yang temaram di malam hari. Haris duduk diam dengan tatapan tertuju lurus ke luar jendela tapi kosong. Dia sedang tenggelam dalam kesunyian hidupnya. Sekilas terlintas hari-hari ketika bersama Risha di masa lalu. Pikiran itu tiba-tiba saja melintas seperti roll film yang diputar kembali di dalam otaknya, mengingatkan dirinya akan perasaan yang tak pernah diungkapkan pada Risha. Haris mengingat jauh ke masa remaja mereka, di mana dia selalu menjadi pelindung Risha. “Apa dia masih ingat semua?” Haris bicara pada dirinya sendiri. Haris masih mengingat jelas, ketika Risha sedih, dialah yang selalu ada di sisi Risha, menenangkannya dan selalu membuat Risha dalam kondisi aman. Haris tersenyum tipis, jika ingat masa lalu, maka dia juga ingat kebodohannya dulu. Dulu Risha selalu pulang bersamanya. Mereka begitu dekat, hingga Haris merasa jika bisa menggapai Risha. Namun, apalah dia yang memiliki kesempatan tapi tidak pernah mengamb
Baca selengkapnya

178. Pengawal Lily

Risha dan Adhitama saling pandang mendengar pertanyaan Lily soal pengawal. Mereka tak mungkin menjelaskan dengan detail karena Lily pasti akan kebingungan. "Pengawal itu tidak seram, dia malah akan melindungi Lily," ucap Risha. Lily diam mencerna apa yang bundanya sampaikan. Tatapan matanya beralih ke jendela lalu anak itu mendekat ke arah pintu mobil. Lily menempelkan dagu ke kaca, entah apa yang sedang anak itu pikirkan. Beberapa menit berselang mereka akhirnya tiba di sebuah perusahaan yang menyediakan jasa keamanan. Seorang staff langsung mempersilahkan mereka masuk untuk bertemu bagian yang mengurusi hal semacam ini. "Perkenalkan saya Anjas, saya sudah diberitahu sekretaris Anda tentang keinginan Anda memakai jasa kami." Adhitama mengangguk, matanya tertuju pada beberapa lembar kertas di atas meja. "Ini beberapa biodata bodyguard yang sudah kami pilihan sesuai dengan permintaan Anda." Adhitama mengambil kertas itu dari meja, dia juga memberikan satu ke Risha agar
Baca selengkapnya

179. Apa Yang Terjadi?

Pagi itu Haris tiba di kantor dengan perasaan gelisah karena tidak ingat apa yang terjadi semalam. Dia benar-benar lupa apa yang terjadi di klub hingga dia tiba-tiba berada di kamar. Haris hanya ingat jika mendengar suara musik yang keras, banyak minum, dan terus meminta bartender menuangkan minuman beralkohol di gelasnya. “Kenapa aku tidak ingat apa pun?” Haris merasa bodoh sampai memukul kepalanya. Haris bersikap biasa saat turun dari mobil. Dia masuk perusahaan dan pergi ke ruang kerjanya. Saat sampai di sana, Haris bertemu dengan Alma. “Anda sudah baik-baik saja, Pak?” tanya Alma saat menyapa, “semalam Anda mabuk berat.” “Ya,” jawab Haris tampak canggung ketika melihat Alma yang ternyata membantunya pulang. Alma lebih tenang dari biasanya, tapi sikapnya agak canggung dan aneh meski berusaha menyapa Haris dengan ramah seperti biasa. Alma bahkan menghindari kontak mata langsung dari Haris. Haris mendekat ke Alma. “Terima kasih karena semalam membantuku, maaf sudah mer
Baca selengkapnya

180. Hari Pertama

Pengawal Lily mulai bertugas hari itu. Dia datang ke rumah Adhitama dan siap melakukan pekerjaannya. “Lily, ini Kak Audrey yang akan menjaga Lily di sekolah dan di mana pun Lily pergi,” ucap Adhitama memperkenalkan pengawal Lily. Gadis berumur dua puluh dua tahun itu tersenyum dan mengangguk pada Lily. Lily langsung melebarkan senyum. Dia terlihat senang karena berpikir akan ada yang menemaninya terus dan dia ajak bermain. “Kak Audrey akan sama Lily terus, kan?” tanya Lily pada Adhitama. “Iya, tentu saja. Lily harus menurut misal Kak Audrey melarang Lily melakukan hal yang membahayakan atau salah,” ujar Adhitama. Lily mengangguk senang. Di hari pertama Audrey bekerja. Adhitama masih mengantar Lily ke sekolah. Risha dan Adhitama memperlakukan Audrey dengan baik dan tidak membedakannya sama sekali. “Namanya Audrey, dia bodyguard yang akan menjaga Lily selama di sekolah dan di luar sekolah juga. Saya harap jika terjadi sesuatu pada Lily anda juga bisa memberitahu Audrey,” kata A
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
27
DMCA.com Protection Status