Home / Pernikahan / Aku Ingin Bercerai, Pak CEO! / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!: Chapter 141 - Chapter 150

270 Chapters

141. Botol Obat

Hari berikutnya. Satu per satu tamu Kakek Roi akhirnya tiba di pulau itu. Mereka terlihat senang saat disambut sendiri oleh Kakek Roi, apalagi mereka akan menikmati pesta dengan konsep liburan yang pasti menyenangkan.“Bagaimana penerbangannya?” tanya Kakek Roi saat salah satu direktur perusahaan menyapanya.“Sangat menyenangkan, ini akan jadi akhir pekan yang sangat memuaskan,” balas direktur itu.Kakek Roi tertawa kecil, lalu meminta semua orang pergi ke kamar yang sudah disiapkan agar bisa beristirahat. Satu undangan untuk dua orang, sehingga ada yang membawa pasangan, atau mengajak anak.Sementara Kakek Roi dan Adhitama sibuk menyambut tamu, Risha memilih menemani dan mengawasi Lily bermain di pantai.Risha terus berada di dekat Lily, sedikit pun tidak berpaling dari anak itu.“Bu Risha.”Seseorang tiba-tiba menyapa Risha dan membuatnya menoleh.Ternyata Alma yang menyapa. Alih-alih istirahat, sekretaris Haris itu malah memilih langsung berjalan-jalan.Risha membalas sapaan Alma d
Read more

142. Cucu Yang Serakah?

Adhitama syok dan berlari masuk untuk melihat apa yang terjadi. Dia kaget melihat Kakek Roi yang tergeletak sedang berusaha diangkat oleh beberapa orang. “Apa yang terjadi?” tanya Adhitama panik. “Nanti saya jelaskan, kondisi Tuan buruk, seseorang sepertinya sudah menaruh racun di minuman Tuan Roi.” Penjelasan asisten Kakek Roi membuat Adhitama terkejut bukan kepalang, dia menggenggam erat botol obat yang diberikan Rara padanya tadi. Adhitama masih mematung sampai Haris mendekat dan berbisik ke telinganya,”Jangan bilang kalau kamu mungkin dijebak membunuh Kakekmu sendiri.” Tanpa menoleh Haris, Adhitama menjawab,” Wanita itu, akan kubunuh dia jika sampai terjadi hal buruk ke Kakek.” Adhitama geram, berjanji akan membalas kejahatan orang-orang itu dengan lebih kejam. Tak lama Risha datang, dia bingung melihat orang-orang tampak panik lantas mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Risha mendekat ke Adhitama dan Haris. “Ada apa ini?” tanya Risha sambil menatap cemas A
Read more

143. Menyudutkan

Malam harinya semua tamu undangan sudah berkumpul di ruang pesta untuk merayakan ulangtahun Kakek Roi.Meski berada di sana tapi terlihat jelas kalau mereka bingung dengan apa yang terjadi. Kecurigaan mereka bertambah kuat karena tidak ada satupun keluarga Mahesa yang menyambut kedatangan mereka."Pasti memang terjadi sesuatu.""Apa benar Pak Roi diracuni cucunya sendiri?" Mereka saling berbisik dan tak ayal menyebabkan kesimpangsiuran kabar.Sementara itu, di kamarnya Adhitama dan Risha tampak sama-sama diam. Risha duduk di tepi ranjang sedangkan Adhitama berdiri di dekat jendela.Adhitama baru saja menceritakan soal rencana buruk Sevia, tapi bukan meracuni Kakek Roi seperti ini, tapi membuatnya menenggak obat perangsang. "Dia licik sekali, dengan siapa dia mau menjebakku? Mungkin dia pikir Kakek akan mengundangnya," kata Adhitama.Risha hanya diam, karena sebelumnya Adhitama berkata bisa saja Risha lah yang dijebak bersama Haris. Risha menahan gemuruh di dada, merasa geram membaya
Read more

144. Gagal

"Buyut!" Lily memeluk Kakek Roi yang terlihat begitu sehat. Hingga Semua orang terkejut apalagi Arin yang seketika itu gemetar ketika melihat Kakek Roi baik-baik saja. “Maaf kalau aku sedikit terlambat,” ucap Kakek Roi ke semua tamu yang ada di sana. Adhitama menatap tak percaya Kakek Roi yang ternyata sehat. Dia sangat bahagia saat sang kakek berjalan menghampirinya. Kakek Roi mengusap lengan Adhitama. Dia tahu kalau cucunya itu pasti sangat mencemaskan dirinya. Arin yang ketakutan menjadi gelagapan sampai tanpa sadar bertanya, “Papa tidak mati?” Pertanyaan bodoh dari Arin membuat Kakek Roi langsung menoleh dengan tatapan tidak senang. “Apa kamu ingin aku mati?!” Suara Kakek Roi terdengar tegas, apalagi tatapan mata pria tua itu sangat tajam ke Arin. Arin megap-megap kebingungan. Rencananya berantakan dan dia kini merasa nyawanya terancam."Kenapa Papa bicara seperti itu?" tanya Arin. “Berhenti memanggilku papa karena kamu bukan anakku!” tandas Kakek Roi tegas. Se
Read more

145. Bukti

Pesta Kakek Roi tetap meriah meski sebelumnya terjadi hal yang kurang menyenangkan. Selesai pesta, Kakek Roi menemui Arin di ruang khusus tempat Arin ditahan bersama Rara dan Rico. Pria tua itu ke sana bersama yang lain. Saat melihat Kakek Roi datang, Arin panik dan takut. “Berikan obat yang dibilang berisi racun itu padanya,” perintah Kakek Roi sambil menatap Arin. Asisten Kakek Roi mengangguk lalu memberikan botol obat batuk itu ke Arin. Arin gelagapan dan semakin panik. “Minum!” perintah Kakek Roi dengan tatapan tanpa ampun. Arin langsung berlutut mendengar perintah Kakek Roi. “Aku minta maaf. Aku benar-benar tidak berniat melakukan itu semua.” Arin bersujud sambil memohon. Kakek Roi masih menatap datar, lalu bertanya ke Roshadi. “Wanita seperti ini sebaiknya diapakan?” Kakek Roi benar-benar sudah geram dengan kelakuan Arin. Roshadi menatap Arin yang bersujud di lantai lalu menjawab, “Terserah Papa, aku benar-benar merasa bersalah dan malu sudah membawanya ke keluarga ki
Read more

146. Balasan Setimpal

Sevia berjalan dengan sombong menuju ruangan privat di sebuah restoran yang sengaja dia pesan. Wanita itu tersenyum miring melihat mobil milik Arin sudah terparkir di depan, yang menandakan bahwa wanita itu artinya sudah berada di dalam. Sevia masuk ke ruangan itu setelah pelayan membukakan pintu. Namun, alangkah terkejutnya Sevia saat melihat siapa yang duduk menunggunya. “Mas Adhitama!” Sevia ketakutan, dia mundur ke arah pintu lantas berbalik. Sevia berusaha membuka pintu itu tapi ternyata sudah dikunci dari luar. “Kenapa kamu takut? Apa kamu pikir sudah berhasil membunuh Kakek Roi dan menjebloskanku ke penjara?” Adhitama memulas seringai, dia menatap penuh kebencian ke Sevia yang berdiri dengan sedikit gemetaran. Sevia merasa terjebak, foto yang dia minta ke Arin semalam untuk membuktikan Kakek Roi sudah meninggal ternyata palsu. “Apa yang Mas bilang, aku tidak tahu apa-apa, aku tidak mengerti maksudnya.” Sevia masih saja mengelak. “Kamu pikir kejahatanmu itu akan selaman
Read more

147. Cinta-cintaan

Sevia masih terus memberontak saat dibawa ke kantor polisi. “Kalian tidak bisa memperlakukanku seperti ini! Aku mau pengacaraku datang, kalian tidak bisa menjebloskanku ke penjara begitu saja!” teriak Sevia. “Anda bisa menghubungi pengacara Anda dan Anda berhak diam sampai pengacara Anda datang.” Polisi memaksa Sevia masuk. “Tidak bisa! Aku tidak mau! Aku mau menghubungi pengacaraku! Aku tidak terima!” teriak Sevia meronta saat akan dimasukkan ke sel tahanan sementara. Polisi sampai menghela napas, lalu akhirnya membiarkan Sevia menghubungi pengacara. Sevia melirik ke polisi yang menjaganya, kemudian segera menghubungi pengacara kepercayaannya. Namun, ternyata panggilannya tidak dijawab, bahkan beberapa pengacara yang dihubungi pun menolak untuk mengurusi kasus Sevia. Sevia akhirnya menghubungi Tere. “Bantu aku, polisi menangkapku padahal aku tidak berbuat apa-apa,” ucap Sevia saat Tere menjawab panggilannya. “Kali ini aku tidak mau lagi ikut campur dengan urusanmu. Kamu su
Read more

148. Selera

Pagi itu Risha pergi melihat ruko untuk dijadikan offline store dan kantor My Lily di Jakarta. Dia melihat tempat itu bersama pemilik ruko dan merasa sedikit tertarik.“Bagaimana keamanan di sini?” tanya Risha memastikan lebih dulu.“Sejauh ini, lingkungan di sini aman. Dekat dengan beberapa fasilitas publik juga, jadi area sini selalu ramai bahkan di malam hari.” Pemilik ruko menjelaskan.Risha mengangguk-angguk. Dia melihat sampai ke lantai dua untuk memastikan jika bangunan itu masih layak dan bagus.Saat Risha masih melihat-lihat, tak dia sangka Haris menghubungi. Risha mohon diri ke si pemilik ruko lalu menjawab panggilan itu.“Halo, Kak.” Risha langsung bicara begitu benda pipih itu menempel di telinga.“Apa siang ini kamu mau makan bersamaku?” tanya Haris di seberang panggilan.Risha agak terkejut mendengar ajakan Haris lalu dia menjawab, “Aku harus izin Mas Tama dulu.”Di kantor, ternyata Haris baru saja selesai rapat dengan Adhitama. Mendengar jawaban Risha, Haris langsung me
Read more

149. Teman Sekolah Lily

Haris tak peduli dengan ucapan Adhitama. Saat pintu lift terbuka pria itu meminta Adhitama masuk lebih dulu. Haris kesal karena bukan ucapan terima kasih yang Adhitama berikan tapi malah senyuman cibiran yang membuatnya kesal. Saat pintu lift terbuka di lantai ruangan Haris, lagi-lagi Adhitama membuat Haris tak bisa berkata-kata. "Nanti akan aku kirimkan lagi profil wanita untuk kamu pilih, aku serius jangan sampai kamu tergoda Rara," kata Adhitama. Haris mengumpat kesal dalam hati, dia ingin membalas ucapan Adhitama tapi sayangnya pintu lift sudah menutup lebih dulu. Haris masih memandang pintu lift itu dengan tatapan kesal, sebelum Alma mendekat dan membuatnya menoleh. "Anda baik-baik saja 'kan Pak?" tanya Alma dengan kening berkerut. Haris mematung, dia diam sejenak. Tak lama dengan tatapan ragu Haris bertanya pada Alma," Apa kamu sudah punya pacar?" "Hah ... iya Pak?!" "Ah .. ternyata sudah," jawab Haris. Dia tersenyum kemudian berjalan meninggalkan Alma tanpa peduli jawa
Read more

150. Masih Tak Tahu Malu

Pagi itu Kakek Roi dan Adhitama berada di mobil menuju kantor polisi, mereka datang bersama untuk melakukan pemeriksaan sebagai saksi juga korban, dalam kasus yang menyeret Sevia dan Arin.Di dalam mobil Kakek Roi mengajak Adhitama berbincang, pria tua itu menyesal karena membiarkan Adhitama terjebak dalam manipulasi Sevia.“Kenapa kamu dulu tidak pernah bertanya soal siapa yang menyelamatkanmu saat kebakaran? Kalau dulu kamu bertanya, pasti sekarang tidak akan jadi begini,” ujar Kakek Roi.“Dulu Kakek lebih perhatian ke Risha. Bukannya aku cemburu, hanya saja dulu aku merasa diabaikan,” jawab Adhitama.Kakek Roi menoleh Adhitama.“Bukan lebih perhatian ke Risha, tapi saat itu Risha juga terluka, karena itu kakek lebih fokus ke Risha, apalagi Risha terus menangis karena takut kamu kenapa-kenapa,” ujar Kakek Roi menjelaskan.Adhitama terkejut mendengar ucapan Kakek Roi.“Kakek menyesal, seandainya kakek minta orang menjagamu, pasti saat kamu sadar, bukan Sevia yang kamu lihat,” ucap Ka
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
27
DMCA.com Protection Status