Home / Pernikahan / Aku Ingin Bercerai, Pak CEO! / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!: Chapter 121 - Chapter 130

269 Chapters

121. Memutus Hubungan

Pagi itu kediaman Adhitama kembali seperti empat tahun yang lalu, bedanya kini ada suara riang dari gadis kecil yang selalu membuat seisi rumah bahagia, juga kehangatan yang lebih terasa. Adhitama baru saja keluar dari kamar mandi, dia senang mendapati Risha sibuk mengambilkan baju ganti untuknya. "Lily di mana?" tanya Adhitama sambil mengeringkan rambut. "Tadi aku antar ke bawah dulu, katanya mau minum susu," balas Risha. Dia menoleh sebentar dan tampak malu melihat Adhitama bertelanjang dada. Risha menggelengkan kepala pelan. "Minggu lalu belum pakai yang ini 'kan?" tanya Risha seraya memperlihatkan setelan jas ke Adhitama. "Harusnya Mas Tama ikut caraku menyusun baju-baju supaya dalam minggu itu nggak pakai baju yang sama dua kali." Risha bicara lagi. Risha meletakkan jas Adhitama ke atas ranjang setelah itu berniat mencarikan suaminya dasi dengan warna yang serasi. Namun, tak Risha duga Adhitama lebih dulu merapatkan tubuh dan memeluknya dari belakang. Risha ka
Read more

122. Meminta Maaf

Sementara itu setelah Adhitama berangkat ke kantor tadi, Risha mengajak Lily pergi ke rumah Kakek Roi untuk menitipkan anak itu di sana.Kakek Roi tentu tidak akan menolak permintaan tolong Risha, karena kedatangan Lily jelas akan membuat suasana rumah menjadi sangat ceria.Risha dan Kakek Roi kini duduk di ruang keluarga membahas soal kondisi Adhitama, sedangkan Lily sendiri bermain di depan bersama pembantu.“Kondisi Mas Tama sudah jauh lebih baik, jadi Kakek tidak perlu cemas,”ujar Risha menjelaskan. “ Bahkan Mas Tama sudah memaksa masuk kerja,” imbuhnya.Kakek Roi bisa bernapas lega mendengar cerita Risha. Pria tua itu mengangguk-angguk dengan wajah penuh syukur.“Baguslah, dengan begini aku bisa tenang,” balas Kakek Roi. Pria itu mempersilahkan Risha meminum teh yang baru saja pelayan sajikan sebelum bicara lagi.“Kamu sendiri bagaimana, Sha? Apa kamu masih ingin tinggal di Jogja? Bagaimana kalau tinggal di rumah ini saja?”Risha terkejut mendengar tawaran Kakek Roi, hampir saja
Read more

123. Membalas Perbuatanmu

Sevia pergi ke gedung Mahesa Grup setelah mendengar cerita Tere tentang Adhitama yang memutuskan kontraknya menjadi Brand Ambassador. Wanita tak tahu malu itu cuek dengan banyaknya orang yang menatap padanya. Dia berjalan santai melewati meja resepsionis begitu saja dengan gaya angkuh dan sombong. Namun, Sevia tak menduga ternyata resepsionis itu tidak tinggal diam. Si resepsionis mengejar lalu menghentikan langkahnya. “Apa maksudnya ini? Apa kamu berani padaku?” Sevia menghardik sambil menatap kesal. “Maaf, Anda mau menemui siapa?” Resepsionis itu bertanya dengan sangat sopan meski tahu kalau Sevia pasti ke sana mencari Adhitama. Sevia tertawa hambar mendengar pertanyaan resepsionis, lantas membalas, “Apa aku perlu menjelaskan padamu?” Resepsionis itu masih memulas senyuman ramah kemudian menjelaskan, “Begini Bu, Pak Adhitama bilang kalau beliau hari ini hanya akan menemui orang yang sudah membuat janji dengannya. Jadi, jika Anda belum membuat janji, lebih baik Anda memb
Read more

124. Tidak Sempurna

Saat pintu terbuka, tidak hanya Risha yang kaget melihat pemandangan di ruang kerja Adhitama. Andre yang berdiri di sebelah Risha bahkan membungkam mulut menggunakan sebelah tangan.Mereka syok menyaksikan apa yang sedang Sevia dan Adhitama lakukan.“Risha!” Adhitama mendorong tubuh Sevia menjauh. Wajahnya merah menahan amarah dan takut jika Risha kecewa.“Ini tidak seperti apa yang kamu lihat,” kata Adhitama.Risha diam, tangannya mengepal erat di sisi badan.Pikiran Risha sejenak kosong, beruntung dia tidak sampai limbung atau pingsan.Tidak!Tidak mungkin Risha jatuh hanya karena melihat hal semacam ini. Risha terlalu kuat jika hanya untuk menghadapi ular betina seperti Sevia.“Kamu bisa meninggalkan kami,” kata Risha ke Andre lalu melangkah masuk.Tatapan mata Risha tertuju pada Adhitama kemudian Sevia yang terlihat jelas di matanya sedang tersenyum miring.Risha menghentikan langkah, dia kemudian menoleh Andre dan memberi perintah ke sekretaris Adhitama itu,” Tolong, tutup rapat
Read more

125. Jangan Memberi Tawaran!

Adhitama menggeleng, sedangkan Risha masih saja menatap curiga. “Aku benar-benar tidak pernah bersentuhan dengan Sevia,” ucap Adhitama. Kini dia berusaha sebisa mungkin menjelaskan pada Risha untuk menghindari kesalahpahaman. “Tidak pernah bersentuhan apa? Niki pernah mengirim foto Mas Tama sedang memapah Sevia masuk klinik!” bantah Risha yang kesal. "Aku bahkan sempat berpikir dia hamil." Adhitama diam mendengar ucapan Risha, dia ingin menceritakan kebodohannya, tapi urung dan malah berakhir menyipitkan mata curiga. “Kamu memata-mataiku?” tanya Adhitama penasaran. “Buat apa mata-matain Mas Tama! Tidak usah mengalihkan pembicaraan, Mas mengelak karena tidak mau disalahkan!” amuk Risha. “Sekarang maunya Mas Tama bagaimana?” tanya Risha dengan nada suara tinggi. Belum juga Adhitama membalas, tapi Risha sudah ingin berdiri. Menyadari hal itu Adhitama tak tinggal diam dan langsung mencekal pergelangan tangan Risha. Adhitama masih mendapatkan tatapan kesal dari Risha, kemudian wanit
Read more

126. Pengganggu :)

Adhitama kaget dan agak tak percaya mendengar tawarannya diterima oleh Haris. Dia berharap pria itu bercanda dan berujung meninggalkannya bersama Risha.Namun, sayangnya Haris benar-benar sedang menebalkan muka. Pria itu malah bertanya ingin pergi menggunakan mobil siapa.Risha bingung menjawab, dia memandang Adhitama yang pertama mencari gara-gara."Ayo kita pergi!" ucap Haris. Dia sampai membuka jalan untuk Adhitama dan Risha."Apa kamu tidak ada kerjaan yang lebih penting?" Adhitama bertanya lagi, mencoba mengubah pikiran Haris, agar tidak jadi ikut mereka.Namun, Haris malah menggeleng kemudian menjawab,” Tidak, lagipula kalaupun ada bisa dikerjakan nanti.”Adhitama memandang Risha, wanita itu malah tersenyum seolah sedang meledeknya.‘Beginilah akibatnya jika mencari gara-gara.’Risha melepaskan tangan yang masih ada dalam genggaman Adhitama, dia berjalan mendahului pria itu dan Haris sambil mengulum tawa.“Ayo cepat kita pergi!” ucap Haris sambil membuat gerakan tangan mempersil
Read more

127. Tidak Mau Kerjasama

Sevia masih saja emosi saat meninggalkan gedung Mahesa, bahkan dia mengemudikan mobil secara ugal-ugalan sampai membahayakan keselamatan pengendara lain. Sevia memilih pergi ke klub di siang bolong, bahkan tidak takut kelakuannya ini ketahuan awak media dan diberitakan miring. Sevia tidak peduli karena baginya sekarang meluapkan emosi jauh lebih penting. Saat berada di klub, Sevia menghubungi Jordan agar datang menemuinya di sana. Dia butuh orang untuk bicara dan mengeluarkan unek-unek. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Jordan datang ke klub menemui Sevia. Sevia mengekori langkah Jordan yang baru saja muncul. Dia memegang rokok yang sedang diisap di sela jarinya, lalu melepas dari bibir dan mengepulkan asap rokok ke udara. “Kenapa kamu di sini? Siang-siang mau mabuk?” tanya Jordan sambil menatap heran. Sevia kembali menghisap rokoknya, lalu meniup asapnya di hadapan Jordan. “Kalau ini soal Adhitama, aku tidak mau bekerjasama lagi denganmu menghadapi dia. Aku kap
Read more

128. Hari Yang Indah

Hari itu Risha dan Adhitama pergi ke rumah sakit bersama Lily. Di sana mereka menemui dokter yang menangani kondisi kesehatan Lily untuk melakukan konsultasi kembali. “Jadi, apa Anda berdua sudah memutuskan?” tanya dokter memastikan. Risha dan Adhitama saling tatap setelah mendengar pertanyaan dokter, hingga akhirnya Adhitama yang menjawab. “Kami memilih menggunakan metode yang dokter jelaskan itu, memberi adik untuk Lily,” ujar Adhitama menjelaskan. Dokter itu tersenyum kecil mendengar jawaban Adhitama. Dia berpikir rencana Kakek Roi berhasil. “Baiklah, selama kita menunggu, saya akan terus memantau perkembangan kondisi Lily. Mungkin tanda-tanda memburuknya penyakit Lily tidak akan begitu kentara di stadium sekarang, tapi kita tetap harus waspada,” ujar dokter agar kebohongannya tidak terbongkar. Dokter tahu jika dia langsung lepas tangan begitu saja selama menunggu Risha hamil tentu saja akan sangat mencurigakan. Adhitama dan Risha mengangguk bersamaan. Setelah berdiskusi,
Read more

129. Memulai Apa Yang Diinginkan

Risha perlahan menjauhkan kelopak mata saat Adhitama melepas tautan bibir mereka. Pria itu kembali mengusap pipi Risha, lantas menyentuhkan kening mereka. "Aku mencintaimu, Sha. Jangan pergi lagi dariku ya!" Risha mengangguk menyentuh pipi Adhitama dan merasa sangat bahagia. "Kita akan sama-sama terus, membesarkan Lily dan adik-adiknya nanti." Adhitama tersenyum dan menjauhkan wajah mereka, dia memandang penuh kasih sebelum menyentuh tali kimono baju tidur Risha. Dalam sekali tarikan Adhitama membuat tali kimono itu terlepas. Di hatinya Adhitama merasa bersalah, karena yang dia ingat, dirinya sama sekali tidak pernah memperlakukan lembut Risha di atas ranjang. Bahkan saat malam pertama mereka, Adhitama memperlakukan Risha sedikit kasar. "Kamu milikku 'kan?" tanya Adhitama. Senyuman penuh rasa pasrah Risha berikan, dia membiarkan Adhitama meloloskan bajunya kemudian mengecup lembut pundaknya. Darah Risha terasa berdesir, dia hanya bisa memejamkan mata sambil menggigit
Read more

130. Kejutan

Hari itu hari di mana Risha dan Lily berangkat ke Jogja. Mereka diantar Adhitama sampai bandara. “Mas Tama pulang saja, tidak usah menunggu kami. Aku akan langsung mengajak Lily masuk ke ruang tunggu,” ucap Risha. “Baiklah, aku akan pergi setelah kalian masuk,” balas Adhitama. Risha mengangguk mendengar balasan Adhitama. Dia meminta Lily pamit dan anak itu bergegas mencium pipi sang papa, lalu melambaikan tangan saat diajak Risha masuk ruang tunggu. Setelah memastikan Risha dan Lily masuk, Adhitama pergi meninggalkan bandara. “Bunda, kenapa Papa tidak ikut kita?” tanya Lily. “Papa sedang banyak kerjaan, jadi tidak bisa ikut,” jawab Risha. Risha sebenarnya sedikit kecewa, padahal Adhitama bisa saja meninggalkan pekerjaan demi mereka dan liburan bersama. Namun, Risha menepis pikirannya itu, mencoba berpikir positif. Saat sudah berada di ruang tunggu, Risha membiarkan Lily bermain di ruang tunggu agar tidak bosan sambil menunggu jadwal keberangkatan pesawat mereka. Risha
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
27
DMCA.com Protection Status