Home / Pernikahan / Aku Ingin Bercerai, Pak CEO! / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!: Chapter 101 - Chapter 110

268 Chapters

101. Bercerai Dua Kali

Malam harinya Risha yang sedang menemani Lily tidur tampak melamun. Risha bersandar pada headboard ranjang kamar Adhitama sambil mengusap-usap kepala Lily yang sudah terlelap. Risha baru saja membaca beberapa artikel tentang leukimia pada anak. Beberapa berakhir tidak baik dan beberapa berakhir baik. Risha tiba-tiba meneteskan air mata. Bukankah orangtua anak-anak itu pasti sudah mengusahakan yang terbaik? Kemudian Risha menyadari bahwa di dunia ini ada hal di luar kendali manusia. Risha mengusap pipi yang basah, dia buru-buru memalingkan muka saat pintu kamar terbuka. Risha menyadari Adhitama masuk lantas dia berdiri ingin kembali ke kamar bawah. Beberapa hari ini Risha membohongi Lily soal tidur di kamar yang sama dengan anak itu dan Adhitama. Lily memang biasa bangun di saat Risha sudah tidak ada di kamar, sehingga anak itu mempercayai perkataan Bundanya. "Sudah malam, sebaiknya istirahat," ucap Risha. Dia menghindari Adhitama agar mereka tidak perlu membicarakan s
Read more

102. Pikiran Aneh-aneh

Risha dan Adhitama masih berada di halaman samping. Risha tetap tidak menjawab pertanyaan Adhitama tentang masa lalu mereka. Keduanya masih diam, hingga Risha memandang ke arah langit. “Lihat ada bintang, bukannya tadi kamu mengajak keluar karena ingin melihat bintang?” tanya Risha lalu menoleh ke Adhitama. Adhitama menoleh Risha sekilas, lalu menatap ke langit seperti yang Risha katakan. Risha dan Adhitama diam lagi, hingga beberapa saat kemudian Risha bicara. “Aku mau pulang ke Jogja, mau mengurus perusahaan dulu. Lagi pula Lily juga masih satu minggu lagi diminta kembali menemui dokter,” ujar Risha. Adhitama hanya diam mendengar ucapan Risha. Dia tidak bisa menghalangi apa yang diinginkan Risha. “Apa kamu tidak cemas dengan kondisi Lily? Bagaimana kalau kita melakukan apa yang dokter sarankan?” Risha agak kaget karena Adhitama membahas hal itu. Dia menatap Adhitama lalu berkata, “Hamil itu berat, tahu apa kamu?” “Maka dari itu, biarkan aku menemanimu saat kamu
Read more

103. Mulai Tak Peduli

Setelah Risha meninggalkannya begitu saja, Adhitama lantas bersiap dan pergi ke kantor. Adhitama baru saja menginjak lantai di mana ruang kerjanya berada dan melihat Andre sudah menunggu. “Hari ini Anda ada rapat jam sepuluh pagi, Pak,” ucap Andre memberitahu. Adhitama memandang Andre, tapi bukannya menjawab pertanyaan asisten pribadinya itu, Adhitama malah mengajak Andre membahas hal lain. “Apa kamu tahu bagaimana caranya membuat wanita luluh?” tanya Adhitama. Andre bingung mendengar pertanyaan Adhitama sampai menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Saya jomblo, Pak. Bagaimana saya bisa tahu?” Adhitama yang awalnya memasang mimik penuh harap seketika masam mendengar jawaban Andre. Andre melihat wajah Adhitama yang muram, hingga dia mencoba memberi solusi. “Bagaimana kalau saya mencari informasi yang Anda butuhkan lebih dulu? Nanti kalau sudah dapat, saya akan segera memberitahu." Andre memberi penawaran. Adhitama menyipitkan mata memandang Andre, hingga kemudian mengangguk
Read more

104. Menangis

Mendengar kalimat jahat Rara seketika Lily meletakkan mainannya. Wajah anak itu berubah sedih dan hampir menangis. Arin yang melihat buru-buru mendekat lalu memukul lengan Rara, dia memarahi anaknya itu di depan Lily dan berkata,” Tidak usah kamu dengarkan omongan tante ini.” Arin lantas menyeret Rara menjauh. Dia kembali memukul lengan Rara dan marah. “Apa yang kamu omongin sampai Lily mau nangis gitu? Jangan bodoh! Dia itu anak emas, kalau kamu macam-macam kamu yang habis,” amuk Arin. Rara hanya mendengarkan dengan malas omongan Arin, dia kemudian pergi begitu saja meninggalkan Arin dengan wajah jengkel. Bukannya menenangkan, Arin yang tidak mau terkena masalah juga ikut pergi karena Lily terlihat menunduk. Lagipula pembantu yang mengawasi Lily terlihat sudah kembali sambil membawa makanan. Sementara itu, bukan tanpa alasan Kakek Roi tidak menemani Lily bermain dan malah menitipkan Lily pada pembantu. Kakek Roi memiliki urusan yang sangat penting untuk dibicarakan dengan ses
Read more

105. Punya Adik

Lily mengerjapkan mata mendengar pertanyaan Adhitama. Dia mengucek mata lalu bertanya—"Kakek Roi?" Kening Lily berkerut tipis."Ah ... Buyut," kata Adhitama saat sadar sudah salah sebut. "Apa yang ngebuat Lily sedih tante yang ada di rumah Buyut? Tante rambut pirang?"Lily menekuk bibir hampir menangis lagi, anak itu mengangguk lalu melingkarkan tangan ke leher Adhitama.“Iya, tante itu bilang Lily mau mati.”Adhitama tampak geram, giginya bahkan saling beradu memikirkan kelancangan Rara yang sudah berani berkata seperti itu ke Lily.Adhitama menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya pelan. Dia mengusap punggung Lily untuk menenangkan anak itu."Uh .... sayang, sudah jangan sedih lagi. Apa yang tante itu bilang tidak benar. Papa janji kalau Lily pasti akan sembuh, Lily akan baik-baik saja,” ujar Adhitama.Lily menyandarkan kepala ke pundak Adhitama, anak itu mengangguk dan masih memeluk sang papa.**Dua jam kemudian, lagi-lagi para karyawan yang berada di gedung Mahesa grup dibu
Read more

106. Memberi Balasan

Adhitama tertawa saat melihat Risha salah tingkah karena cerita Lily soal mimpi tentang adik, sedangkan Lily dengan wajah polosnya mengedip-ngedipkan menggemaskan melihat Risha salah tingkah. “Iya, adiknya lucu, lho.” Lily kembali bicara agar kedua orang tuanya percaya dengan apa yang diucapkannya. Risha semakin kikuk, lalu Adhitama malah mengambil kesempatan itu untuk membuat Risha berpikir ulang tentang memiliki anak lagi. “Lily pasti akan punya adik,” kata Adhitama ke Lily. “Benarkah?” Lily terlihat sangat antusias. Risha terkejut lalu membalas, “Jangan menjanjikan apa pun jika tidak bisa memenuhinya, memberi adik Lily mustahil." Adhitama diam mendengar ucapan Risha, hingga tak lagi bicara atau membantah perkataan wanita itu. *** Setelah cukup lama di sana, Adhitama mengajak Risha dan Lily pulang. Namun, saat baru saja akan menuju lift, mereka berpapasan dengan Haris yang sengaja datang ke ruangan Adhitama. “Paman Haris,” sapa Lily lalu membuka kedua tangan karena ingin mi
Read more

107. Mengusir Semua Orang

Kakek Roi menatap satu persatu orang yang ada di sana, terutama Rara. Tentu saja hal ini membuat Arin ketakutan karena menyadari putrinya sedang dalam masalah besar. “I-ini pasti ada kesalahpahaman,” ucap Arin agar Rara tak terus disalahkan dan mendapat masalah padahal Arin mendengar sendiri kalau Rara memang mengatakan kalimat jahat itu ke Lily. “Salah paham apa? Otaknya memang sudah tidak waras dengan bicara seperti itu ke anak kecil!” balas Adhitama begitu geram. Risha merasa perdebatan itu akan semakin sengit hingga memilih mundur lalu mengajak Lily pergi dari sana agar anak itu tidak semakin takut. Risha menggandeng Lily turun ke lantai bawah dan menawarkan ke bocah itu untuk melihat ikan koi. Saat baru sampai di lantai bawah, Risha bertemu dengan Roshadi yang baru saja pulang. “Hai, Lily.” Roshadi menyapa hangat. Lily langsung bersembunyi di belakang Risha saat melihat Roshadi. Terlihat jelas Lily sangat takut sampai menyembunyikan wajah di belakang kaki sang bund
Read more

108. Siapa Orang Itu?

Risha tiba-tiba merasa tak enak hati, dia tidak mau menanyakan apa yang terjadi di rumah Kakek Roi pada Adhitama. Sejak perjalanan pulang Adhitama hanya diam, dan sesampainya di rumah pria itu langsung mengurung diri di ruang kerjanya. Hingga malam semakin larut dan Lily menanyakan keberadaan Adhitama pada Risha. Risha hanya bisa berkata kalau Adhitama mungkin sedang sibuk dengan pekerjaan dan lembur di ruang kerja. "Tapi aku mau Papa bacain dongeng." "Malam ini Bunda saja yang bacakan dongeng ya," ucap Risha saat Lily merengek. Lily yang beberapa hari sudah terbiasa tidur ditemani Adhitama seperti merasa kehilangan. Risha sampai harus memberi pemahaman pada sang putri beberapa kali agar mengerti. "Nanti juga Papa bakal tidur di sini, sekarang Lily bobok dulu ya!" bujuk Risha Beruntung Lily menurut dan akhirnya terlelap setelah Risha membacakannya cerita. Setelah Lily tidur, Risha beranjak dari kasur. Dia keluar kamar lalu menoleh ke arah pintu ruang kerja Adhitama. Risha me
Read more

109. Memberi Ancaman

Adhitama pergi menemui orang yang wanita pembuat video itu sebut. Meskipun rasanya sangat marah, tapi Adhitama mencoba bersikap biasa. Adhitama datang lebih dulu dari orang itu. Hingga beberapa saat kemudian orang yang Adhitama tunggu datang. Sevia melangkah penuh percaya diri, dia sangat senang karena merasa jika Adhitama masih perhatian kepadanya sampai mengajak bertemu. “Apa sudah lama menunggu? Maaf sedikit macet tadi di jalan," kata Sevia. Dia lalu duduk tepat di seberang Adhitama. "Mas Adhitama sebenarnya tidak perlu mencemaskan kondisiku, aku .... ” Apa yang ingin Sevia katakan dipotong cepat oleh Adhitama. “Sebaiknya mulai detik ini kamu tidak melakukan hal-hal di luar batas yang bisa membuatku marah,” ucap Adhitama dengan wajah menggelap. Sevia mengerutkan alis, lalu membalas, “Maksud Mas hal apa?” Adhitama menatap datar ke Sevia, lalu berkata, “Bukankah kamu bersekongkol dengan Jordan untuk menjatuhkan bisnis Risha?" Sevia sangat terkejut hingga gelagapan me
Read more

110. Melupakan Kenangan Itu

Adhitama melihat Lily yang datang bersama Risha, tentu saja Adhitama tak menyangka kalau Risha akan mengajak Lily lagi ke sana padahal Risha sudah berkata malam itu menginap di rumah Haris. “Lily mimpiin kamu, dia menangis terus dan mengajak ke sini, jadi aku ajak ke sini,” ujar Risha menjelaskan ketika melihat Adhitama yang tampak bingung. Adhitama langsung berjongkok dan memeluk Lily, tentu saja dia senang karena Lily mencarinya. “Memangnya Lily mimpi apa sampai nangis begini?” tanya Adhitama sambil mengusap punggung Lily. “Papa jatuh terus nggak mau bangun padahal sudah Lily goyang-goyang,” jawab Lily sesenggukan. Adhitama langsung menatap ke Risha begitu juga sebaliknya saat mendengar ucapan Lily. “Itu hanya mimpi,” ujar Risha agar Lily tak menangis terus. Adhitama akhirnya menggendong Lily untuk masuk kamar. “Aku mau mengantar Kak Haris dulu, dia di bawah,” pamit Risha. Adhitama menoleh Risha sejenak, lalu menganggukkan kepala. Risha akhirnya turun menemui Haris yang me
Read more
PREV
1
...
910111213
...
27
DMCA.com Protection Status