Semua Bab Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!: Bab 91 - Bab 100

268 Bab

91. Tidur Satu Kamar

Risha mengintip dari jendela rumah lantas keluar saat melihat Adhitama di depan pagar rumah Haris.Adhitama ternyata tidak berbohong dan hal itu membuat Risha sangat terkejut dan buru-buru meminta satpam rumah membuka pagar.“Sejak kapan kamu ada di sini?” tanya Risha. Dia memandang satpam yang menunduk kemudian meninggalkannya dan Adhitama.“Sejak tadi,” jawab Adhitama.Udara berembus kencang, Risha merasakan hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang.“Masuklah, di sini dingin,” ucap Risha dengan kening berkerut.Adhitama mengangguk dan berjalan masuk ke rumah Haris, hingga saat kakinya baru saja menginjak ruang tamu, dia melihat Lily berlari menghampirinya.“Papa!” Lily berteriak mendekati Adhitama lalu memeluk.Adhitama membuka tangan lebar lalu mendekap erat Lily ke dalam pelukannya.“Kok badannya Papa dingin?” tanya Lily saat memeluk Adhitama.“Iya karena terkena AC mobil,” jawab Adhitama lalu melepas pelukan agar bisa memandang wajah Lily.“Ke kamar Lily, yuk. Biar Papa nggak di
Baca selengkapnya

92. Penasaran

Adhitama tak menjawab pertanyaan Haris. Dia mengabaikan pria itu lalu membuka pintu mobil. Namun, Haris dengan sigap merebut kunci mobil dari tangan Adhitama. "Apa yang kamu lakukan? Apa kamu sedang menantangku berkelahi?" Adhitama bertanya dengan kesal. "Iya, ayo segera pergi dari sini, aku tidak ingin Risha melihatmu babak belur," ketus Haris. Adhitama diam, dia akhirnya masuk ke dalam mobil dan membiarkan Haris mengemudi. Sementara itu Risha masih memerhatikan. Dia masuk kembali dan langsung menuju kamar untuk menemani Lily tidur setelah mobil Adhitama yang dikendarai Haris mulai meninggalkan rumah.Risha berpikir Haris pasti hendak mengantar Adhitama pulang. Risha mencoba tenang tapi entah kenapa tidak bisa kembali memejamkan mata. Dia masih gelisah melihat Adhitama pucat tadi. Di sisi lain, Adhitama yang berada satu mobil bersama Haris tampak memejamkan mata. Pria itu menyandarkan punggungnya dan sesekali masih terbatuk. Adhitama tak peduli Haris mau membawanya k
Baca selengkapnya

93. Kondisi

Risha menggelengkan kepala pelan saat sadar dia tidak boleh bertanya yang macam-macam ke Lily. Dia lantas mengalihkan pembicaraan meski masih seputar bagaimana bisa Lily mendengar Rara berbicara seperti itu. “Aku bangun tidur terus nyari Bunda, eh malah hampir saja salah masuk kamar,” ucap Lily dengan polosnya.Risha tersenyum kemudian membelai rambut Lily. Percakapan dengan anaknya sedikit meredam rasa cemas Risha yang akan mendengar penjelasan dari dokter soal kondisi Lily nanti.Risha masih menunggu, dia menoleh ke kanan dan kiri kemudian melihat jam.Risha heran kenapa dokter belum muncul juga, hingga dia memutuskan mendekat ke meja perawat.Risha menanyakan ke perawat karena ini sudah lebih dari lima belas menit dari waktu perjanjiannya bertemu dokter itu.Perawat menatap heran, membuat Risha merasa diremehkan.Apa waktunya dinilai tidak berharga?Saat Risha masih menunggu jawaban dari si perawat, dokter tampak datang dan tersenyum. Dokter itu memberi kode ke perawat dan langsun
Baca selengkapnya

94. Yang Pria Itu Pilih

Sevia benar-benar masuk rumah sakit karena terpleset di lokasi pemotretan. Wanita itu merintih kesakitan seolah mengalami cidera parah, bahkan terlalu berlebihan dengan berkata jika kakinya patah.“Ini tidak patah, hanya memar saja,” kata dokter karena Sevia terus saja histeris.Sevia juga mengalami lecet di beberapa titik di tangan dan kaki, tapi tidak buruk. Dia tidak mengalami kondisi fatal.Namun, kejadian jatuhnya Sevia terlanjur viral di berbagai media masa. Ini karena adanya rekaman video yang tersebar.Sevia masih terus mengeluh kesakitan, dia bahkan memarahi dokter yang sedang memeriksa.“Tapi ini sakit. Aku yang tahu kondisiku, enak banget hanya bilang memar!” amuk Sevia.Dokter hanya bisa sabar menghadapi Sevia, dia tidak peduli dengan ocehan Sevia karena yang terpenting dia sudah menjalankan tugasnya dengan baik.“Hubungi Mas Adhitama suruh ke sini.” Sevia merengek meminta Tere untuk menghubungi Adhitama.“Buat apa? Lagi pula sudah ada aku, kenapa harus merepotkan Pak Adhi
Baca selengkapnya

95. Rumah Itu Masih Sama

Adhitama tak menjawab pertanyaan Risha, dia membuang muka ke arah jendela restoran dan melihat Andre sudah sampai di sana menggunakan ojek daring. Andre tampak membetulkan tatanan rambutnya lebih dulu sebelum bergegas mendekat ke meja Adhitama untuk meminta kunci mobil pria itu. Andre tak lupa menyapa Risha juga Lily. Bahkan senyuman manis Andre dibalas dengan senyuman tak kalah manis oleh Lily. Setelah Andre pergi membawa mobilnya, Adhitama meminta kunci mobil Haris yang Risha bawa. Meskipun terlihat malas, tapi Risha memberikannya ke Adhitama. Pria itu dan Lily bangun dari kursi lalu berjalan bergandengan menuju pintu. Saat sampai di dekat mobil, Risha yang merasa kesal karena pertanyaannya tidak dijawab oleh Adhitama memilih memersilahkan Lily duduk di depan bersama pria itu. "Lily duduk saja di depan sama Papa, biar Bunda di belakang," kata Risha. Lily girang kemudian membuka pintu bagian depan, sedangkan Adhitama hanya memandang datar Risha yang melengos tak sudi
Baca selengkapnya

96. Aku Akan Datang

Sevia mencoba terus menghubungi Adhitama. Dia sangat kesal karena Pria itu tidak mau datang ke rumah sakit menjenguknya. Untuk yang kesekian kali, Sevia berusaha menghubungi Adhitama, hingga dia sangat terkejut karena nomornya malah diblokir. “Ap-apa maksudnya ini? Bagaimana bisa Mas Adhitama melakukan ini?” Sevia begitu emosi karena Adhitama benar-benar mengabaikannya. Sevia saat ini sudah dipindah di ruang inap. Dia yang duduk di ranjang pesakitan melihat Tere yang sibuk menerima panggilan karena banyaknya awak media yang penasaran dengan kondisi Sevia saat ini. Tere mengakhiri panggilan, lalu menghampiri Sevia yang masih memandangnya. “Kamu harus membuat konferensi pers untuk menjelaskan kondisimu saat ini. Bagaimana kalau besok? Bukankah dokter bilang besok kamu sudah boleh pulang?" Tere bertanya pada Sevia setelah menjelaskan. Dia tak menyangka pertanyaan yang biasa saja menurutnya itu bisa membuat Sevia sangat murka. “Aku itu masih sakit, apa kamu tidak bisa
Baca selengkapnya

97. Tamparan

Sevia kebingungan tetapi karena tak ingin sampai Risha berpikir dirinya takut, akhirnya Sevia kembali membalas pesan Risha. Dia memberitahukan rumah sakit tempatnya dirawat sekarang. [Baiklah, aku akan datang besok.] Sevia membaca pesan dari Risha, entah kenapa dia takut sampai tangannya gemetar, meski begitu dia berusaha tetap tenang. ** Keesokan harinya. Risha berniat menitipkan Lily ke rumah Kakek Roi. Selain karena Pria tua itu terus menanyakan kapan mereka menginap lagi, Risha juga merasa lebih aman menitipkan Lily di sana. Setidaknya ada banyak pembantu yang bisa membantu mengawasi. “Nanti di sana Lily jangan nakal, ya. Harus nurut sama Buyut,” ucap Risha menjelaskan. Lily mengangguk mendengar ucapan Risha. “Memangnya kamu mau ke mana?” Adhitama yang dulu sama sekali tak peduli pada Risha, kini sampai ingin tahu alasan Risha ingin menitipkan Lily. “Aku ada urusan penting, kamu tidak perlu tahu,” jawab Risha, “kamu juga tidak perlu mengantar kami,” ucap Risha k
Baca selengkapnya

98. Benar-benar Ingin Berpisah

Sevia yang mendengar semua ucapan Risha semakin ketakutan, dia tak menyangka niatnya membuat Risha terpukul gagal total, dan malah dia yang harus menerima kenyataan bahwa Risha memegang kartu matinya.“Gila! Bagaimana bisa kamu selicik dan sejahat itu, memanfaatkan kebaikan orang yang memiliki trauma masa kecil demi keuntungan pribadi.”Risha kembali bicara dan membuat Sevia geram.Risha terkejut karena Sevia tiba-tiba saja tersenyum dan memandangnya rendah.“Lalu kenapa tidak kamu beritahu saja Mas Tama? Meskipun aku tidak hamil anaknya, tapi kamu tidak tahu apa yang sudah kami lakukan, berapa kali kami bercinta dan bermesraan sebelum kamu menghilang.”Risha tertawa mendengar ocehan Sevia, dengan enteng menjawab,” Aku tidak peduli, aku juga sudah mengajukan gugatan cerai padanya, hari ini pengacaraku akan datang menemuinya. Kamu tahu? Aku tidak pernah menginginkan bisa kembali bersama Mas Tama, hanya saja aku juga tidak akan diam membiarkannya jatuh ke tangan jalang jahat sepertimu.”
Baca selengkapnya

99. Datang Untuk Melihatmu

Adhitama menggeleng, dia benar-benar tak paham dengan apa yang kakek Roi ucapkan. Sedangkan kakek Roi sendiri sudah lupa dan salah sangka, dia pikir sudah pernah menyampaikan cerita ini pada Adhitama, tapi ternyata belum. "Apa kamu tidak masalah kakek membahas ini lagi?" tanya Kakek Roi. "Aku tidak paham ke mana arah pembicaraan ini, Risha? Menyelamatkan hidupku?" Adhitama bingung sekaligus penasaran. "Kamu pasti ingat kalau Risha itu sejak kecil sering kita ajak pergi bersama, kamu pasti juga ingat kita sering ke panti asuhan di Jogja karena Kakek Risha berasal dari sana," ucap Kakek Roi. "Aku ingat semua itu," balas Adhitama. Tatapannya ke sang kakek masih sama, menuntut penjelasan lebih. "Lalu kamu pasti ingat soal kebakaran pondok yang menimpamu bukan?" Adhitama mengangguk membalas pertanyaan Kakek Roi. "Hari itu untung ada Risha yang diam-diam mengikutimu, dia menunggu di depan pondok saat kamu masuk, tapi tak lama tiba-tiba pondok itu terbakar. Risha dengan beran
Baca selengkapnya

100. Jalan Kesembuhan

Risha merasa syok mendengar ucapan Adhitama. Dia buru-buru bangun dari duduk lalu mendekat ke arah Lily. Risha merasa sikap Adhitama berubah semenjak dia datang kembali. Mungkinkah empat tahun ini Adhitama menyesal? Risha menggeleng menepis pikirannya. Jangan sampai dia menumbuhkan kembali perasaan ke pria itu Cinta bertepuk sebelah tangan sangat menyakitkan. Risha akhirnya masuk ke area Lily bermain pasir. Lily yang sedang asyik bermain kaget melihat Risha sudah ada di dekatnya. Anak itu hanya tersenyum dan belum sadar kalau sang Papa datang menyusul. Hingga beberapa saat kemudian, jantung Risha hampir melompat keluar mendapati Adhitama mendekatinya dan Lily. Adhitama duduk di kursi kecil yang biasa dipakai anak-anak bermain lalu mengambil tempat di depan Lily. "Em.... asyiknya! Papa juga mau membuat rumah seperti Lily." Adhitama sengaja bicara tanpa menyapa. Lily kaget sambil mengangkat kepala. Anak itu tertawa semringah melihat Adhitama mengambil sekop kecil kem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
27
DMCA.com Protection Status