Semua Bab Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!: Bab 71 - Bab 80

268 Bab

71. Hampir Membuka Masa Lalu

Adhitama menoleh menatap datar ke Sevia, lalu tanpa bicara meninggalkan wanita itu begitu saja.Sevia hanya diam melihat Adhitama pergi. Dia masih di sana diam cukup lama, tanpa terlihat berniat ingin pergi.Di kamar inap Lily. Niki masih di sana menemani Risha, hingga cukup lama keduanya saling bercerita dan tiba-tiba Risha meminta Niki untuk menjaga Lily.“Aku mau mengambil pakaian ganti dulu, kasihan juga pembantuku tadi aku tinggal begitu saja. Setelah selesai aku pasti akan langsung ke sini lagi. Jadi tolong jaga Lily dulu sebentar, ya,” pinta Risha ke Niki.“Oke, kamu tenang saja,” balas Niki. Tentu saja dia dengan sukarela membantu Risha.Risha tersenyum mendengar balasan Niki. Dia lantas keluar dari kamar inap Lily untuk pulang mengambil beberapa pakaian dan barang penting, hingga saat baru saja menginjakkan kaki di luar, Risha melihat Sevia yang ternyata masih ada di sana.Risha cukup terkejut melihat Sevia berdiri saat melihatnya, tapi Risha berusaha mengabaikan lantas memil
Baca selengkapnya

72. Bermalam Di Kamar Perawatan

Sevia penuh semangat mendekat ke arah pintu kamarnya. Dia mengenakan baju kekurangan bahan dengan kimono tipis di bagian luar dan penuh percaya diri hendak menyambut kedatangan Adhitama. Namun, saat membuka pintu bukannya Adhitama yang Sevia lihat melainkan Tere. Manager Sevia itu langsung mendorong tubuh Sevia masuk dan menutup pintu. "Apa kamu sudah gila? Di mana akal sehatmu?" Sevia kebingungan, masih hendak memastikan keberadaan Adhitama tapi Tere menahannya. "Apa Mas Adhitama di luar?" Sevia bertanya karena penasaran. "Kamu memang gila Sev! Dia tadi memang ada di depan pintu kamarmu tapi melihatku dia pergi," kata Tere. "Apa-apaan ini? Kenapa kamu memakai baju macam begini? Sebenernya apa hubunganmu dengan Pak Adhitama? Benarkah rumor itu? Sevia bungkam tapi Tere masih mencecar. "Kenapa tidak jawab? Apa selama ini kamu memang memiliki hubungan spesial dengan Pak Adhitama? Jadi kamu bohong padaku?" Tere menatap curiga Sevia. Sevia enggan menjawab, dia memilih me
Baca selengkapnya

73. Kemungkinan Kondisi Lily

Setelah perawat memberitahu, Risha dan Adhitama bergegas menemui dokter yang menangani Lily. Risha duduk bersisian dengan Adhitama di depan dokter, dia harap-harap cemas mendengar apa yang akan dokter katakan. “Sebelumnya saya ingin bertanya lagi, dari keluarga pihak ayah atau ibu ya yang memiliki history kanker?” tanya dokter. “Dari saya Dok, ayah saya meninggal karena leukimia,” jawab Risha sambil meremat tas yang ada di pangkuan. Adhitama terkejut mendengar jawaban Risha, pernyataan Risha dan pertanyaan dokter membuat pikiran Adhitama semakin ke mana-mana. “Sebenarnya ada apa dengan Lily? Bagaimana hasil tesnya?” tanya Adhitama tak sabaran karena cemas. "Bukankah dia baik-baik saja?" Dokter menatap Adhitama dan Risha bergantian, lalu menjelaskan, “Ini hanya kemungkinan saja, karena bagaimanapun tanpa pemeriksaan menyeluruh, saya tidak bisa mendiagnosa."Risha dan Adhitama diam mendengarkan."Untuk itu saya sarankan Lily menjalani pemeriksaan lebih dalam, tapi sayangnya
Baca selengkapnya

74. Cemburu

Adhitama mendekat ke Risha, hendak menyentuh pundak tapi Risha lebih dulu menoleh. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Adhitama. Seharusnya sejak dulu Adhitama menunjukkan perhatian seperti ini ke Risha. "Menurutmu?" balas Risha. "Lily akan baik-baik saja, aku yakin dia tidak mengidap penyakit seperti itu." "Apa kamu Tuhan?" ketus Risha. "Tidak usah lagi bicara padaku." Risha meninggalkan Adhitama masuk ke ruang perawatan Lily. Dia cukup terpukul meski penyakit Lily belum pasti. Hari berikutnya Lily sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, Dokter membawakan beberapa lembar surat untuk proses administrasi Lily nanti. Risha sendiri masih cemas dengan kondisi Lily, sehingga dia membiarkan saja Adhitama terus membersamai mereka. Risha tidak menolak saat Adhitama menjemputnya dan Lily di rumah sakit. Risha sadar tidak mungkin terus merepotkan Niki yang juga memiliki urusan sendiri. "Jadi kapan kita ke Jakarta Bunda?" Suara Lily yang
Baca selengkapnya

75. Mau Tinggal Di Mana?

Risha dan Haris benar-benar pergi ke ruang kerja Risha, meninggalkan Adhitama sendirian. Saat sampai di ruang kerja, Risha memegangi kening karena merasa sangat pusing. Haris memperhatikan Risha. Haris mengerti bagaimana perasaan Risha saat ini. “Aku sudah memberikan surat cerai ke Mas Tama, tapi dia tetap tidak mau menandatanganinya,” ucap Risha sambil menatap Haris. “Lalu apa rencanamu sekarang?” tanya Haris. Risha mengembuskan napas kasar karena merasa beban hidupnya kembali berat karena kedatangan Adhitama. Risha pikir setelah dia muncul lagi, Adhitama akan dengan sukarela bercerai darinya, tapi ternyata pria itu malah bersikap sebaliknya. “Aku tidak bisa melakukan ini sendiri, jadi aku akan minta saja pengacara untuk mengurusnya,” jawab Risha. Haris mengangguk-angguk mendengar jawaban Risha, lalu kembali mendengar adik angkatnya itu bicara. “Aku juga bingung dan takut dengan kondisi Lily. Bagaimana kalau Lily sakit seperti Papa?” tanya Risha sambil menatap send
Baca selengkapnya

76. Berdebat

Risha berpikir sejenak mendengar pilihan Lily yang ternyata di luar dugaan. Risha hendak buka suara, tapi Adhitama lebih dulu bicara ke Lily. "Kalau cuma kolam ikan koi, Papa bisa buatkan untuk Lily, halaman belakang rumah kita besar, bahkan kalau mau Papa buatkan play ground." Kening Risha berkerut mendengar tawaran Adhitama ke Lily. Entah kenapa jika ke putrinya pria itu mau banyak bicara. Risha tak ingin Lily sampai terpengaruh bujukan Adhitama, dia sudah membuka mulut hendak berkomentar tapi kini giliran Haris yang bicara. "Di rumah Paman sudah ada kolam, kita tinggal beli ikan koinya," ucap Haris. Haris memandang Adhitama yang memicingkan mata setelah bicara ke Lily. Wajah Adhitama sudah masam. Sementara itu Risha bingung karena dua pria yang satu meja makan dengannya ini malah seperti memperebutkan Lily. Kini Lily bingung memilih, anak itu sampai menggaruk kepala lantas menoleh ke Risha. "Bunda aku bingung milihnya," cicit Lily. "Kalau begitu kita tinggal di
Baca selengkapnya

77. Kita Sudah Bukan Siapa-siapa

Risha melihat pintu kamar yang biasa ditempati Haris di rumahnya tidak tertutup, Risha lantas membuka pintu itu lebar-lebar lalu masuk.Risha tak kaget mendapati Adhitama duduk di atas ranjang. Dia membiarkan saja Adhitama dan berjalan menuju lemari untuk mengambil selimut baru.Adhitama juga hanya memandangi Risha tanpa bicara. Adhitama kesal melihat perhatian Risha yang begitu besar ke Haris.“Kamu itu sebenarnya tahu tidak,kalau Haris punya perasaan ke kamu?”Risha yang memeluk selimut sambil melangkah menuju pintu kaget mendengar pertanyaan Adhitama.Adhitama sudah jauh berbeda. Apa sekarang mengajaknya bicara menjadi hobi pria itu?Lalu ke mana saja dulu? Kenapa saat Risha meminta penjelasan mulut Adhitama selalu saja bungkam?Bahkan selama dua tahun menikah, Risha yang sering mengajak Adhitama bicara lebih dulu.“Bukan urusanmu, berhentilah mengajakku bicara! Kamu sekarang bawel dan mengganggu,” ketus Risha.“Berhenti!” Adhitama memberikan perintah dan Risha seketika membeku di
Baca selengkapnya

78. Tidak Memiliki Perasaan

Pagi harinya Risha tampak sudah bersiap-siap. Dia membetulkan rok Lily lalu menggandeng anak itu menuju pintu rumah.“Apa sudah mau berangkat?” tanya Haris.Seperti apa yang Risha bilang kemarin, dia ingin ke sekolah Lily untuk meminta izin untuk Lily libur beberapa hari.Risha belum sempat menjawab pertanyaan Haris, saat Adhitama muncul kemudian menawarkan diri mengantar.“Biar aku antar,” ucap Adhitama.Risha menoleh Adhitama, lalu membalas, “Tidak usah, aku pergi sendiri saja.”“Bagaimana kalau aku yang antar?” Kini giliran Haris menawarkan diri.Tentu saja Risha menolak ke dua tawaran itu karena tidak mau terjadi masalah lagi. Risha tegas memilih pergi sendiri bersama Lily.Risha meminta Lily untuk pamit ke Adhitama dan Haris dan anak itu dengan patuh mencium tangan keduanya bergantian.Risha memandang Adhitama dan Haris bergantian. Dia berencana mengusir baik Adhitama dan Haris dari rumahnya setelah pulang nanti.Risha takut jika sampai ada tetangga yang melihat ada dua pria mengi
Baca selengkapnya

79. Membuat Orang Penasaran

Akhirnya hari itu tiba. Hari di mana Risha bersama Lily juga Adhitama dan Haris berangkat ke Jakarta.Sejak pagi Lily terlihat senang meski kondisi tubuh gadis kecil itu sebenarnya masih kurang sehat.“Nanti di pesawat aku mau melihat awan yang banyak,” celoteh Lily sebelum mereka masuk pesawat.“Iya, nanti lihat awan yang cantik sepertimu,” balas Haris yang kebetulan sedang memangku Lily.Lily tertawa senang, tapi interaksi Lily dan Haris membuat Adhitama sedikit tidak senang.Risha membiarkan saja. Dia tersenyum tipis memikirkan kini Lily seperti memiliki dua orang bodyguard, karena baik Haris ataupun Adhitama sama-sama tidak ada yang mau mengalah untuk mendekati Lily.Setengah jam kemudian mereka sudah masuk pesawat. Risha memilih duduk di kursi sendiri, sedangkan Lily bersama Adhitama dan Haris. Risha memilih duduk terpisah karena kemarin terjadi perdebatan soal tempat duduk dan membuat Risha pusing memikirkannya.Bahkan tadi saat hendak duduk, Adhitama dan Haris juga berebut kare
Baca selengkapnya

80. Alasan Menghilang

Lily melepas pelukan kakek Roi dan tersenyum lebar. Anak itu merasa senang karena sebentar lagi bisa mewujudkan keinginannya berenang bersama ikan koi.“Cucu kakek cantik sekali, ayo masuk-masuk! Kakek sudah meminta pembantu membuatkan makanan yang enak buat Lily,” ucap Kakek Roi.Risha mensejajari Adhitama yang berdiri tak jauh dari mobil. Risha tampak ragu tapi Adhitama menoleh dan mengajaknya ke dalam.Saat hampir masuk ke rumah Risha dan Adhitama sama-sama menatap Arin dan Rara yang masih berdiri di dekat pintu.Mereka tak saling menyapa.Baik Arin dan Rara tertegun menatap Risha. Segala angan-angan mereka tentang warisan kini hancur lebur.Risha melihat Kakek Roi yang sangat bahagia saat berjalan bersama Lily. Langkahnya terhenti melihat Lily yang juga sangat senang bisa bertemu pria tua itu.“Nona, mari saya perlihatkan kamar yang akan Non Lily tempati,” ucap pelayan sopan.Risha terkejut mendengar ucapan pelayan, lalu mengangguk dan pergi ke kamar Lily yang disebutkan oleh pemb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
27
DMCA.com Protection Status