Share

74. Cemburu

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Adhitama mendekat ke Risha, hendak menyentuh pundak tapi Risha lebih dulu menoleh.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Adhitama.

Seharusnya sejak dulu Adhitama menunjukkan perhatian seperti ini ke Risha.

"Menurutmu?" balas Risha.

"Lily akan baik-baik saja, aku yakin dia tidak mengidap penyakit seperti itu."

"Apa kamu Tuhan?" ketus Risha. "Tidak usah lagi bicara padaku."

Risha meninggalkan Adhitama masuk ke ruang perawatan Lily. Dia cukup terpukul meski penyakit Lily belum pasti.

Hari berikutnya Lily sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, Dokter membawakan beberapa lembar surat untuk proses administrasi Lily nanti.

Risha sendiri masih cemas dengan kondisi Lily, sehingga dia membiarkan saja Adhitama terus membersamai mereka.

Risha tidak menolak saat Adhitama menjemputnya dan Lily di rumah sakit. Risha sadar tidak mungkin terus merepotkan Niki yang juga memiliki urusan sendiri.

"Jadi kapan kita ke Jakarta Bunda?"

Suara Lily yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (19)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
hahaha ..sama2 cemburu ....
goodnovel comment avatar
vieta_novie
ada yg panas tp bukan kompor...xixixi.. itu lah rasa nya ketika ga dianggap....sakit kan tama??
goodnovel comment avatar
5t4r
hahay... cembokur...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   75. Mau Tinggal Di Mana?

    Risha dan Haris benar-benar pergi ke ruang kerja Risha, meninggalkan Adhitama sendirian. Saat sampai di ruang kerja, Risha memegangi kening karena merasa sangat pusing. Haris memperhatikan Risha. Haris mengerti bagaimana perasaan Risha saat ini. “Aku sudah memberikan surat cerai ke Mas Tama, tapi dia tetap tidak mau menandatanganinya,” ucap Risha sambil menatap Haris. “Lalu apa rencanamu sekarang?” tanya Haris. Risha mengembuskan napas kasar karena merasa beban hidupnya kembali berat karena kedatangan Adhitama. Risha pikir setelah dia muncul lagi, Adhitama akan dengan sukarela bercerai darinya, tapi ternyata pria itu malah bersikap sebaliknya. “Aku tidak bisa melakukan ini sendiri, jadi aku akan minta saja pengacara untuk mengurusnya,” jawab Risha. Haris mengangguk-angguk mendengar jawaban Risha, lalu kembali mendengar adik angkatnya itu bicara. “Aku juga bingung dan takut dengan kondisi Lily. Bagaimana kalau Lily sakit seperti Papa?” tanya Risha sambil menatap send

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   76. Berdebat

    Risha berpikir sejenak mendengar pilihan Lily yang ternyata di luar dugaan. Risha hendak buka suara, tapi Adhitama lebih dulu bicara ke Lily. "Kalau cuma kolam ikan koi, Papa bisa buatkan untuk Lily, halaman belakang rumah kita besar, bahkan kalau mau Papa buatkan play ground." Kening Risha berkerut mendengar tawaran Adhitama ke Lily. Entah kenapa jika ke putrinya pria itu mau banyak bicara. Risha tak ingin Lily sampai terpengaruh bujukan Adhitama, dia sudah membuka mulut hendak berkomentar tapi kini giliran Haris yang bicara. "Di rumah Paman sudah ada kolam, kita tinggal beli ikan koinya," ucap Haris. Haris memandang Adhitama yang memicingkan mata setelah bicara ke Lily. Wajah Adhitama sudah masam. Sementara itu Risha bingung karena dua pria yang satu meja makan dengannya ini malah seperti memperebutkan Lily. Kini Lily bingung memilih, anak itu sampai menggaruk kepala lantas menoleh ke Risha. "Bunda aku bingung milihnya," cicit Lily. "Kalau begitu kita tinggal di

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   77. Kita Sudah Bukan Siapa-siapa

    Risha melihat pintu kamar yang biasa ditempati Haris di rumahnya tidak tertutup, Risha lantas membuka pintu itu lebar-lebar lalu masuk.Risha tak kaget mendapati Adhitama duduk di atas ranjang. Dia membiarkan saja Adhitama dan berjalan menuju lemari untuk mengambil selimut baru.Adhitama juga hanya memandangi Risha tanpa bicara. Adhitama kesal melihat perhatian Risha yang begitu besar ke Haris.“Kamu itu sebenarnya tahu tidak,kalau Haris punya perasaan ke kamu?”Risha yang memeluk selimut sambil melangkah menuju pintu kaget mendengar pertanyaan Adhitama.Adhitama sudah jauh berbeda. Apa sekarang mengajaknya bicara menjadi hobi pria itu?Lalu ke mana saja dulu? Kenapa saat Risha meminta penjelasan mulut Adhitama selalu saja bungkam?Bahkan selama dua tahun menikah, Risha yang sering mengajak Adhitama bicara lebih dulu.“Bukan urusanmu, berhentilah mengajakku bicara! Kamu sekarang bawel dan mengganggu,” ketus Risha.“Berhenti!” Adhitama memberikan perintah dan Risha seketika membeku di

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   78. Tidak Memiliki Perasaan

    Pagi harinya Risha tampak sudah bersiap-siap. Dia membetulkan rok Lily lalu menggandeng anak itu menuju pintu rumah.“Apa sudah mau berangkat?” tanya Haris.Seperti apa yang Risha bilang kemarin, dia ingin ke sekolah Lily untuk meminta izin untuk Lily libur beberapa hari.Risha belum sempat menjawab pertanyaan Haris, saat Adhitama muncul kemudian menawarkan diri mengantar.“Biar aku antar,” ucap Adhitama.Risha menoleh Adhitama, lalu membalas, “Tidak usah, aku pergi sendiri saja.”“Bagaimana kalau aku yang antar?” Kini giliran Haris menawarkan diri.Tentu saja Risha menolak ke dua tawaran itu karena tidak mau terjadi masalah lagi. Risha tegas memilih pergi sendiri bersama Lily.Risha meminta Lily untuk pamit ke Adhitama dan Haris dan anak itu dengan patuh mencium tangan keduanya bergantian.Risha memandang Adhitama dan Haris bergantian. Dia berencana mengusir baik Adhitama dan Haris dari rumahnya setelah pulang nanti.Risha takut jika sampai ada tetangga yang melihat ada dua pria mengi

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   79. Membuat Orang Penasaran

    Akhirnya hari itu tiba. Hari di mana Risha bersama Lily juga Adhitama dan Haris berangkat ke Jakarta.Sejak pagi Lily terlihat senang meski kondisi tubuh gadis kecil itu sebenarnya masih kurang sehat.“Nanti di pesawat aku mau melihat awan yang banyak,” celoteh Lily sebelum mereka masuk pesawat.“Iya, nanti lihat awan yang cantik sepertimu,” balas Haris yang kebetulan sedang memangku Lily.Lily tertawa senang, tapi interaksi Lily dan Haris membuat Adhitama sedikit tidak senang.Risha membiarkan saja. Dia tersenyum tipis memikirkan kini Lily seperti memiliki dua orang bodyguard, karena baik Haris ataupun Adhitama sama-sama tidak ada yang mau mengalah untuk mendekati Lily.Setengah jam kemudian mereka sudah masuk pesawat. Risha memilih duduk di kursi sendiri, sedangkan Lily bersama Adhitama dan Haris. Risha memilih duduk terpisah karena kemarin terjadi perdebatan soal tempat duduk dan membuat Risha pusing memikirkannya.Bahkan tadi saat hendak duduk, Adhitama dan Haris juga berebut kare

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   80. Alasan Menghilang

    Lily melepas pelukan kakek Roi dan tersenyum lebar. Anak itu merasa senang karena sebentar lagi bisa mewujudkan keinginannya berenang bersama ikan koi.“Cucu kakek cantik sekali, ayo masuk-masuk! Kakek sudah meminta pembantu membuatkan makanan yang enak buat Lily,” ucap Kakek Roi.Risha mensejajari Adhitama yang berdiri tak jauh dari mobil. Risha tampak ragu tapi Adhitama menoleh dan mengajaknya ke dalam.Saat hampir masuk ke rumah Risha dan Adhitama sama-sama menatap Arin dan Rara yang masih berdiri di dekat pintu.Mereka tak saling menyapa.Baik Arin dan Rara tertegun menatap Risha. Segala angan-angan mereka tentang warisan kini hancur lebur.Risha melihat Kakek Roi yang sangat bahagia saat berjalan bersama Lily. Langkahnya terhenti melihat Lily yang juga sangat senang bisa bertemu pria tua itu.“Nona, mari saya perlihatkan kamar yang akan Non Lily tempati,” ucap pelayan sopan.Risha terkejut mendengar ucapan pelayan, lalu mengangguk dan pergi ke kamar Lily yang disebutkan oleh pemb

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   81. Senang Bertemu Lagi

    Tanpa Risha sadari saat mengucapkan kalimat itu ke Arin, Adhitama ternyata menyusul Risha turun dan mendengar apa yang wanita itu katakan. Risha bersikap biasa setelah bicara, dia lantas meninggalkan Arin dan Rara menuju halaman di mana Kakek Roi dan Lily berada. Risha tak peduli dengan konflik ataupun drama di antara keluarga Mahesa. Apalagi jika itu menyangkut harta. Risha pikir Adhitama selama ini hanya memanfaatkannya. Risha membuang napas kasar mencoba untuk merubah suasana hati. Dia tersenyum, menyapa Kakek Roi yang terlihat duduk bersisian dengan Lily sambil memberi makan ikan. “Bunda!” Lily menyapa Risha dan membuat Kakek Roi ikut menoleh. “Bunda, besok bikinin kolam di rumah,” rengek anak itu. Risha mengerutkan kening, dia lantas duduk di samping Lily lalu menggeleng. “Mau dibikin di mana? Sudah tidak ada tempat di rumah,”jawab Risha. “Di kamar aku boleh kok Bund.” "Sekalian aja ternak lele di kamar," balas Risha. Kakek Roi tertawa terbahak-bahak mendengar j

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   82. Tidur Bersama?

    Sementara itu setelah makan malam Risha memilih menemani Lily bermain di kamar. Hingga saat jam menunjukkan pukul sembilan. Risha meminta Lily naik ke ranjang untuk tidur.“Sekarang Lily bobok biar besok badannya kembali segar terus Lily bisa main lagi,” ucap Risha sambil membetulkan letak selimut di kaki Lily.Ranjang milik Lily berukuran kecil dan sempit, sehingga Risha tidak bisa berbaring di dekat Lily. Dia hanya duduk di tepian ranjang untuk memastikan Lily tidur.“Bunda pergi aja sana,” kata Lily tiba-tiba. Padahal Risha baru akan mengambil buku cerita di tas anak itu.“Bunda belum bacain buku cerita buat Lily, kenapa sudah disuruh pergi?” tanya Risha sambil menatap Lily.“Nggak usah, Bunda. Aku bisa tidur kok, nggak usah dengerin buku cerita,” jawab Lily tetap memaksa Risha untuk pergi.Risha bingung mendengar ucapan Lily, apalagi anak itu bersikap tak seperti biasanya.“Sudah sana, Bunda. Bunda ke kamar sama Papa aja.” Lily memaksa agar Risha segera pergi dari kamarnya.Risha

Bab terbaru

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Pindah

    Perasaan Haris tak karuan, apalagi Alma tak langsung menjawab pertanyaannya. “Aku baik-baik saja. Lagi pula aku sudah biasa hidup sederhana,” ujar Alma menjawab pertanyaan Haris. Haris terkejut. Dia malah tampak seperti orang putus asa di mata Alma, hingga istrinya itu tiba-tiba memeluk dirinya. “Kita pasti bisa melewati ini semua, semua akan baik-baik saja,” ucap Alma sambil mengusap lembut punggung Haris. Alma bahkan masih bisa memulas senyuman hangat. Haris tiba-tiba merasa bersalah karena sudah membohongi Alma, tapi mau bagaimana lagi, dia harus membuat Rara kalah dan pergi jauh dari kehidupannya dan Alma untuk selamanya. ** Keesokan harinya. Haris dan Alma sudah mengemas barang mereka, keduanya menemui pembantu dan membuat mereka bingung karena Haris dan Alma membawa koper. “Kami pamit dulu, Bi,” kata Haris. “Memangnya Tuan mau ke mana? Liburan?” tanya pembantu. Haris dan Alma saling tatap, lalu Haris menjawab, “Mulai saat ini kami akan pindah dari rumah ini.”

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Menguji Kesetiaan

    Hari itu karena masih belum mendapat sekretaris pengganti, Haris pergi makan siang di kantin. Saat sedang makan. Rara tiba-tiba mendekati Haris karena melihat pria itu duduk sendirian. “Kamu sendirian?” tanya Rara lalu langsung duduk di kursi yang berhadapan dengan Haris. Haris terkejut Rara muncul di sana dan langsung duduk, tapi dia membiarkan saja. “Selamat untuk pernikahanmu,” ucap Rara. “Terima kasih,” balas Haris singkat. Haris melanjutkan makan. Dia tidak memedulikan keberadaan Rara di depannya. Namun, saat Haris masih sibuk makan, tiba-tiba Rara kembali bicara. “Apa kamu yakin kalau Alma mencintaimu bukan karena hartamu?” tanya Rara memancing. Haris melirik tajam pada Rara, lalu membalas, “Jangan berpikiran buruk apalagi menjelek-jelekkan istriku.” “Aku tidak menjelekkan, hanya saja semua orang juga berpikir sama denganku,” ujar Rara sambil melirik ke samping. Rara yakin karyawan yang berada di sana sedang memperhatikannya dan Haris. Haris ingin mengaba

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Sekretaris Yang Cocok

    Pagi itu, Haris sedang menatap layar laptopnya. Ketukan pintu pelan membuatnya menoleh. Kepala HRD Mahesa melangkah masuk dengan membawa map tebal."Selamat pagi, Pak Haris," sapa wanita itu sopan."Pagi. Silakan duduk, Bu Mira," jawab Haris sambil berdiri dari kursi empuknya menuju sofa.Haris bersikap biasa, seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka. Padahal dulu dia pernah marah ke wanita itu.Mira tersenyum kecil sambil membuka map di tangannya. "Saya ke sini untuk membahas soal sekretaris baru yang akan ditugaskan ke Bapak. Ada beberapa kandidat yang sudah kami seleksi, tapi kami ingin tahu lebih detail mengenai kriteria yang Bapak inginkan."Haris menyandarkan punggung dan melipat tangan di depan dada. "Maaf, aku lupa bilang semoga tidak terlambat memberitahu, yang paling penting aku ingin sekretarisku berjenis kelamin laki-laki."Mira terlihat sedikit terkejut. "Oh, apakah ada alasan khusus, Pak?""Alasannya simpel," jawab Haris dengan nada tenang. "Aku lebih nyaman bekerj

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Mimpi?

    Pagi pertama sebagai pengantin baru terasa berbeda. Haris membuka mata perlahan, mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya yang masih berat. Sinar matahari yang menyusup melalui sela-sela tirai kamar membuat Haris menyadari bahwa hari baru telah tiba. Di sisinya, Alma masih terlelap dengan posisi miring ke arahnya, wajah wanita itu terlihat damai dan polos. Haris tersenyum sendiri, tangannya bergerak lembut membelai rambut istrinya. "Alma, bangun, ini sudah pagi," bisik Haris. Suaranya hangat namun cukup untuk membuat Alma mengerutkan kening kecil. "Hmm... ya ampun, maaf aku bangun kesiangan," jawab Alma sambil bergeser sedikit sambil berusaha membuka matanya. "Tidak apa-apa! Hari ini spesial, hari pertama kita jadi suami-istri," kata Haris sambil terkekeh. Mendengar itu, Alma membuka matanya lebar, dia menatap Haris yang tersenyum penuh cinta di depannya. Pipi Alma langsung merona. "Kita sudah menikah ya? Rasanya masih seperti mimpi buatku." Haris mengangguk sambil mera

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Malam Pertama

    Haris benar-benar menunggu Alma. Dia berdiri di kamar sambil melihat Alma mengambil baju di lemari juga beberapa barang pribadi lainnya.“Sudah?” tanya Haris ketika Alma berjalan ke arahnya.“Sudah,” jawab Alma dengan kedua tangan penuh pakaian.Haris membantu membawa pakaian Alma dan kembali ke kamarnya.“Aku mau mandi dulu, setelah itu nanti kamu,” kata Alma sambil meletakkan pakaiannya di sofa.Haris hanya mengangguk dan menuruti keinginan Alma.Alma masuk kamar mandi dan membersihkan diri, baru setelahnya bergantian dengan Haris. Alma agak canggung, apalagi saat keluar dari kamar mandi Haris memandangnya tanpa berkedip.Alma tak mau menatap wajah Haris, dia langsung duduk dan membiarkan pria itu masuk ke kamar mandi.Saat Haris masih di kamar mandi, Alma bingung harus melakukan apa. Bahkan dia takut naik ke ranjang, sehingga memilih duduk di sofa yang ada di kamar sambil menyalakan televisi.Alma merasa aneh. Jantungnya berdegup tak karuan, sampai-sampai dadanya berdebar cepat kar

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Pernikahan

    Hari itu pernikahan Haris dan Alma digelar. Acara pernikahan mereka dilakukan secara sederhana, hanya keluarga yang diundang. Apalagi mereka sama-sama sudah tidak punya orang tua, sehingga tamu yang datang pun beberapa saja.Mereka melangsungkan akad di KUA, lalu setelahnya menikmati jamuan di rumah Haris dengan hidangan yang bisa dibilang cukup Istimewa.“Selamat, ya.” Risha memberikan ucapan selamat lagi pada Alma sambil memberikan kado pernikahan untuk wanita itu dan Haris.“Terima kasih,” balas Alma dengan senyum penuh kebahagiaan.Kakek Roi juga datang ke acara itu. Dia memberikan hadiah untuk Haris dan Alma sambil memberikan doa tulusnya.“Terima kasih.” Haris menerima pemberian Kakek Roi.“Semoga pernikahan kalian langgeng,” ucap pria tua itu sambil menepuk lengan Haris.Haris mengangguk. Dia merasa sangat bersyukur, begitu juga dengan Alma yang terus berterima kasih.Mereka makan bersama, suasananya begitu hangat dan kekeluargaan, meski hanya sedikit orang yang datang. Lalu Li

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Kebaya Yang Pas

    Haris tertawa terbahak-bahak setelah Alma menceritakan tentang kecemasannya. Alma tidak memberitahu Haris bahwa pikirannya itu berasal dari ucapan Rara.“Apa kamu ingat golongan darah orang tuamu?” tanya Haris.“O dan B,” balas Alma.“Lalu golongan darahmu sendiri?”“B.” Alma menjawab singkat seperti orang yang takut membuat kesalahan.“Jadi coba kamu pikir, golongan darahku A, berapa persen kemungkinan aku ini sedarah denganmu? Ada-ada saja,” kata Haris.Pria itu lantas menutup laptopnya dan berdiri.“Sudah jangan berpikiran macam-macam, aku senang kamu bisa sampai di sini,” ujar Haris. “Tidak ada staf yang menggunjingmu lagi ‘kan?” tanyanya sambil merapikan rambut Alma yang sedikit berantakan.Alma merasa berdebar lagi seperti pagi tadi, pipinya bersemu merah.“Kita bisa pergi sekarang ‘kan?” Alma mundur satu langkah, dia tersenyum canggung lalu membalikkan badan.Alma buru-buru berjalan menjauhi Haris sambil memegang erat tali tas yang melingkar di depan dada.Haris buru-buru menyu

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Tes DNA?

    Pagi itu untuk pertama kali Haris merasa senang duduk di meja makan.Pembantu terus saja menggoda dengan berkata masakan Alma memang sangat luar biasa.Alma sendiri tersenyum malu mendengar pujian itu, dia duduk tepat di seberang Haris. Alma sesekali memandang pada Haris, pria mapan, tampan dan baik hati itu masih tidak dia percayai memiliki perasaan padanya.“Sepertinya makananmu itu tidak akan berkurang kalau kamu hanya melihatku, dan tidak menyuapkannya ke dalam mulut,” ucap Haris tanpa memandang ke Alma.Mendengar itu pembantu rumah tidak bisa menyembunyikan senyum, sedangkan Alma menunduk menahan malu.“Ini sudah berkurang banyak,” jawab Alma seraya menyembunyikan rasa malu.**Setelah sarapan Haris berangkat ke kantor dan Alma mengantarnya sampai ke depan.Meskipun ragu, tapi Alma memberanikan diri meminta izin ke Haris untuk pulang ke rumahnya hari itu.“Aku harus membereskan rumah, aku juga meninggalkan cucian piring kotor, jika tidak diurus bisa-bisa berjamur,” kata Alma.Ala

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Memelukmu

    Alma tak menyangka Haris akan menahannya di rumah pria itu. Dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menerima dan mengikuti apa keinginan Haris. Bahkan seperti apa yang pria itu katakan, sudah ada banyak baju untuknya di sana.Meskipun agak canggung kepada pembantu rumah, tapi Alma mencoba untuk bersikap baik.Seperti pagi itu, dia bangun pagi lantas pergi ke dapur untuk membantu menyiapkan sarapan.Awalnya pembantu rumah Haris kaget bahkan memohon Alma untuk tidak melakukan itu. Namun, Alma bersikeras, dia berkata tidak mau menumpang dan makan secara cuma-cuma di sana.“Sudah sewajarnya, karena Mba Alma calon istri Tuan Haris.”Ucapan pembantu membuat Alma menghentikan gerakan tangannya memotong wortel, dia menoleh karena kaget.Bagaimana bisa pembantu rumah tahu kalau dia calon istri Haris?“Apa Pak Haris bilang aku ini calon istrinya?” tanya Alma setengah tak percaya.“Iya, dia bahkan meminta kami menjaga Mba Alma seperti menjaga keluarga sendiri,” kata pembantu itu. “Syukurlah kare

DMCA.com Protection Status