Home / Pernikahan / Aku Ingin Bercerai, Pak CEO! / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!: Chapter 81 - Chapter 90

268 Chapters

81. Senang Bertemu Lagi

Tanpa Risha sadari saat mengucapkan kalimat itu ke Arin, Adhitama ternyata menyusul Risha turun dan mendengar apa yang wanita itu katakan. Risha bersikap biasa setelah bicara, dia lantas meninggalkan Arin dan Rara menuju halaman di mana Kakek Roi dan Lily berada. Risha tak peduli dengan konflik ataupun drama di antara keluarga Mahesa. Apalagi jika itu menyangkut harta. Risha pikir Adhitama selama ini hanya memanfaatkannya. Risha membuang napas kasar mencoba untuk merubah suasana hati. Dia tersenyum, menyapa Kakek Roi yang terlihat duduk bersisian dengan Lily sambil memberi makan ikan. “Bunda!” Lily menyapa Risha dan membuat Kakek Roi ikut menoleh. “Bunda, besok bikinin kolam di rumah,” rengek anak itu. Risha mengerutkan kening, dia lantas duduk di samping Lily lalu menggeleng. “Mau dibikin di mana? Sudah tidak ada tempat di rumah,”jawab Risha. “Di kamar aku boleh kok Bund.” "Sekalian aja ternak lele di kamar," balas Risha. Kakek Roi tertawa terbahak-bahak mendengar j
Read more

82. Tidur Bersama?

Sementara itu setelah makan malam Risha memilih menemani Lily bermain di kamar. Hingga saat jam menunjukkan pukul sembilan. Risha meminta Lily naik ke ranjang untuk tidur.“Sekarang Lily bobok biar besok badannya kembali segar terus Lily bisa main lagi,” ucap Risha sambil membetulkan letak selimut di kaki Lily.Ranjang milik Lily berukuran kecil dan sempit, sehingga Risha tidak bisa berbaring di dekat Lily. Dia hanya duduk di tepian ranjang untuk memastikan Lily tidur.“Bunda pergi aja sana,” kata Lily tiba-tiba. Padahal Risha baru akan mengambil buku cerita di tas anak itu.“Bunda belum bacain buku cerita buat Lily, kenapa sudah disuruh pergi?” tanya Risha sambil menatap Lily.“Nggak usah, Bunda. Aku bisa tidur kok, nggak usah dengerin buku cerita,” jawab Lily tetap memaksa Risha untuk pergi.Risha bingung mendengar ucapan Lily, apalagi anak itu bersikap tak seperti biasanya.“Sudah sana, Bunda. Bunda ke kamar sama Papa aja.” Lily memaksa agar Risha segera pergi dari kamarnya.Risha
Read more

83. Menemui Dokter Spesialis

Adhitama menggeleng menolak tuduhan Lily. Dia bingung sekaligus malu karena Lily tahu jantungnya sedang berdebar-debar. Apa ini? Kenapa dia bisa salah tingkah saat seorang anak kecil menanyakan pertanyaan seperti itu padanya? Adhitama tak bisa menjawab pertanyaan Lily, dia hanya diam sambil memandangi wajah anak itu. Hingga Risha akhirnya keluar dari kamar mandi. Risha masih memakai bajunya yang tadi, tapi tampak segar karena sudah mandi. "Bunda!" Sapaan Lily berhasil mencairkan rasa tegang yang Risha alami. Risha lega melihat Lily karena sekarang dia tak harus berduaan bersama Adhitama di kamar. Risha cepat-cepat mengambil baju ganti kemudian masuk lagi ke kamar mandi. Adhitama dan Lily hanya memandangi tingkah Risha, sampai Adhitama bertanya apa Lily tidak mandi juga, karena hari itu mereka harus pergi ke rumah sakit. "Mandi, nanti nunggu Bunda," balas Lily. Adhitama tersenyum tipis, dia mengusap punggung Lily lantas anak itu kembali menyandarkan kepala di dada
Read more

84. Menempatkan Di Neraka

Setelah mendengar dan melakukan perjanjian dengan dokter, Adhitama, Risha dan Lily keluar dari ruang pemeriksaan. Risha dan Adhitama menggandeng Lily di tengah, mendengarkan celotehan anak itu dan keinginan Lily yang tiba-tiba saja mengajak pergi ke kebun binatang. "Ayolah, Bunda. Lily mau ke kebun binatang, mau lihat hewan-hewan seperti saat sama Paman Haris.” Lily terus merengek sambil sesekali menghentak-hentakkan kaki. Risha terlihat bingung karena Lily merengek. Bukannya dia tak mau menuruti permintaan Lily, tapi dia terlalu malas jika harus pergi bersama Adhitama. "Papa masih ada urusan, Papa harus bekerja, kapan-kapan saja ya!" Risha menolak dengan halus. Lily menoleh Adhitama, mata cantiknya memandang memelas ke sang papa. "Papa sibuk?" tanya Lily manja. "Tidak begitu," balas Adhitama. Lily merasa memiliki dukungan, dia lantas kembali merengek pada Risha. “Ayolah, Bunda!” Lily terus membujuk bahkan hampir menangis. Risha tak punya pilihan dan berujung m
Read more

85. Mencoba Memprovokasi

Risha sejenak mengurungkan niat untuk pergi. Dia menoleh Adhitama yang menatapnya. Bahkan meski terdengar ingin percaya, tapi bagi Risha masih tak ada sorot kejujuran di mata Adhitama. Risha tidak bisa melihat perasaan Adhitama. Mungkin hati Risha sudah mati untuk bisa merasakan juga. "Jadi, apa kamu ingin bilang aku harus menyelamatkan nyawamu dulu supaya kamu bisa bersikap baik padaku?" Risha menatap dingin Adhitama sambil tersenyum sumbang. Risha tergelak ironi lantas kembali berkata," Bahkan kalaupun aku benar-benar pernah menyelamatkan nyawamu, aku tidak akan pernah memintamu untuk bersikap baik padaku sekarang." Risha berpaling pergi meninggalkan Adhitama. Dia mendekati Lily lantas mengajak anak itu kembali berjalan melihat binatang lain. Adhitama sendiri tertegun, dia merasa kejujurannya tentang alasan dibalik sikapnya ke Sevia tak berarti apapun bagi Risha. Adhitama merasa hatinya sakit. Dia frustasi memikirkan cara agar Risha bisa luluh kembali. Sungguh A
Read more

86. Jujur?

Lily tertidur pulas setelah puas dan lelah mengelilingi kebun binatang. Anak itu berada di pangkuan Risha yang tadi baru saja berdebat dengan Adhitama lagi.Risha ingin pergi ke rumah Haris karena sudah berjanji ke kakak angkatnya itu. Namun, Adhitama tak mau mengantar.Adhitama berkata bahwa Lily butuh istirahat untuk tindakan medis yang akan dilakukan besok.Risha mulai kesal menghadapi sikap Adhitama yang mulai menjadikan Lily sebagai alasan, kali ini Risha memang tidak bisa egois karena alasan yang diberikan Adhitama memang masuk akal.“Apapun yang ingin kamu tunjukkan sekarang, aku tetap tidak akan goyah dengan keputusan menginginkan perpisahan,” kata Risha.“Aku tidak akan melepasmu,” balas Adhitama dingin. “Apalagi sekarang ada Lily di antara kita.”Risha tertawa perih.“Apa kamu melakukan ini karena tahu Kakek Roi ingin menyerahkan 50 persen hartanya ke Lily?” tanya Risha. Dia enggan berbasa-basi lagi.Berbeda dari Adhitama, Risha memang lebih terbuka. Selain itu, Risha memilik
Read more

87. Hak Sebagai Suami

Risha diam mendengar Adhitama mengatakan suka padanya. Risha bingung, dia menatap heran pria itu dan malah bertanya apa dia tidak salah dengar.“Sha, aku sudah menurunkan egoku, jadi dengarkan aku!” kata Adhitama.“Kamu bahkan tidak menggunakan kata tolong, ucapanmu itu seperti perintah bukannya permintaan.” Meski menjawab dengan ketus, tapi dada Risha berdebar tak karuan mengingat ucapan Adhitama sebelumnya.“Aku meminta hakku sebagai suami, hak untuk didengarkan,” ucap Adhitama lagi.Risha membuang muka. Bersyukur bukan hak lain yang Adhitama minta.Namun, Risha masih pada pendirian. Dia tidak ingin sedikitpun membuka hati lagi untuk Adhitama.“Berkata menyukaiku tidak akan bisa mengobati rasa sakit yang sudah kamu buat. Menyukaiku juga tidak akan membuatku mengurungkan niat berpisah darimu,” kata Risha. “ Sebenarnya aku datang ke Jakarta tidak hanya untuk memeriksakan Lily, aku juga ingin mengajukan perceraian denganmu,”imbuhnya.“Aku tidak akan pernah setuju, aku tidak akan melepa
Read more

88. Terbuka

Seperti apa yang sudah dijadwalkan, Risha akhirnya datang ke rumah sakit bersama Adhitama untuk pengambilan sampel sum-sum tulang belakang Lily.Di sana Lily tampak ketakutan dan menangis sampai tak mau lepas dari gendongan Risha.“Nggak mau, Bunda.” Lily menangis saat perawat memintanya berbaring.“Nggak papa, itu hanya bentar kok. Lily jangan nangis, ya.” Risha berusaha membujuk sambil melepas rangkulan tangan Lily di lehernya tapi tak berhasil.“Lily, Lily mau cepat sembuh, kan? Lily juga hebat dan kuat, jadi jangan takut.” Adhitama membantu menenangkan dan membujuk putrinya.Lily sesenggukan saat menoleh Adhitama, terlihat jelas ketakutan karena dia tahu akan disuntik.“Papa pegangin tangan Lily biar tidak takut, Lily kan sudah pernah disuntik? Rasanya sama kok kayak digigit semut." Adhitama masih membantu Risha membujuk Lily.Adhitama dan Risha saling beradu pandang, sebelum Risha membuang muka ke arah lain.Setelah banyak orang yang membujuk akhirnya Lily mau. Anak itu menganggu
Read more

89. Kebaikan Hati dan Selingkuh

Risha memilih diam karena tak ingin lagi banyak bertanya ke Adhitama yang ujungnya hanya menunjukkan bahwa perasaannya ke pria itu masih ada. Risha menoleh ke arah pintu ruangan di mana tindakan pengambilan sum-sum tulang belakang Lily sedang berlangsung. Risha memandang jam di ponselnya lantas berpikir kenapa waktu berjalan sangat lambat. Risha merasa sudah lama berada di luar dan bahkan banyak bicara dengan Adhitama. Saat gelisah masih merundung Risha, ternyata seseorang datang menghampiri dan memanggil namanya. "Sha!" Risha menoleh ke sumber suara, tatapannya berubah saat melihat Haris ada di sana. "Kak Haris!" Tak ayal Adhitama yang ikut menoleh saling tatap dengan Haris. Keduanya tak saling bertegur sapa, Haris lebih memilih langsung berbicara pada Risha untuk menanyakan kondisi Lily. "Dokter sedang melakukan tindakan di dalam," jawab Risha. "Tenang saja! Seandainya Lily bener-bener sakit kita bawa saja dia berobat ke Singapura atau Malaysia," kata Haris. "
Read more

90. Papa Di Mana?

Di malam yang sama Risha berada di kamarnya yang ada di rumah Haris. Risha tampak melamun, padahal dia sedang memegang ponsel yang menayangkan live penjualan produk My Lily oleh staffnya. Risha sempat membaca komentar dari konsumennya tadi. Kebanyakan dari mereka melayangkan protes karena krim pagi My Lily sangat susah didapat dan harus memakai cara pra pesan lebih dulu. Mereka juga menyayangkan kenapa My Lily tidak memiliki reseller sehingga mereka bingung jika kehabisan produk. Risha juga tadi sempat membaca ada konsumen yang kesal karena dia hanya melakukan live sekali dan setelahnya tidak pernah lagi. Namun, bukan hal itu yang membuat Risha melamun. Melainkan ucapan Adhitama soal peristiwa kebakaran yang menimpa pria itu puluhan tahun lalu. “Apa selama ini dia salah paham? Jelas-jelas aku yang membawanya keluar dari pondok itu saat kebakaran, tapi kenapa bisa dia malah mengira itu Sevia?” Risha berpikir keras, hingga bertanya-tanya kenapa Sevia mengaku-ngaku kala
Read more
PREV
1
...
7891011
...
27
DMCA.com Protection Status