Home / Pernikahan / Aku Ingin Bercerai, Pak CEO! / 89. Kebaikan Hati dan Selingkuh

Share

89. Kebaikan Hati dan Selingkuh

Author: Adinasya Mahila
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Risha memilih diam karena tak ingin lagi banyak bertanya ke Adhitama yang ujungnya hanya menunjukkan bahwa perasaannya ke pria itu masih ada.

Risha menoleh ke arah pintu ruangan di mana tindakan pengambilan sum-sum tulang belakang Lily sedang berlangsung.

Risha memandang jam di ponselnya lantas berpikir kenapa waktu berjalan sangat lambat. Risha merasa sudah lama berada di luar dan bahkan banyak bicara dengan Adhitama.

Saat gelisah masih merundung Risha, ternyata seseorang datang menghampiri dan memanggil namanya.

"Sha!"

Risha menoleh ke sumber suara, tatapannya berubah saat melihat Haris ada di sana.

"Kak Haris!"

Tak ayal Adhitama yang ikut menoleh saling tatap dengan Haris.

Keduanya tak saling bertegur sapa, Haris lebih memilih langsung berbicara pada Risha untuk menanyakan kondisi Lily.

"Dokter sedang melakukan tindakan di dalam," jawab Risha.

"Tenang saja! Seandainya Lily bener-bener sakit kita bawa saja dia berobat ke Singapura atau Malaysia," kata Haris. "
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (13)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
ini kenapa ga jujur aja ke tama
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Ada rahasia ini Kasihan Lily dan kasihan Tama juga
goodnovel comment avatar
vieta_novie
lagi² Tama salah paham..kali ini ma ayah kandungnya...tyt ada masa lalu yg Tama ga tau... sayang nya perkiraan kakek roi salah, Arin & anak² nya ga sebaik yg dikira...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   90. Papa Di Mana?

    Di malam yang sama Risha berada di kamarnya yang ada di rumah Haris. Risha tampak melamun, padahal dia sedang memegang ponsel yang menayangkan live penjualan produk My Lily oleh staffnya. Risha sempat membaca komentar dari konsumennya tadi. Kebanyakan dari mereka melayangkan protes karena krim pagi My Lily sangat susah didapat dan harus memakai cara pra pesan lebih dulu. Mereka juga menyayangkan kenapa My Lily tidak memiliki reseller sehingga mereka bingung jika kehabisan produk. Risha juga tadi sempat membaca ada konsumen yang kesal karena dia hanya melakukan live sekali dan setelahnya tidak pernah lagi. Namun, bukan hal itu yang membuat Risha melamun. Melainkan ucapan Adhitama soal peristiwa kebakaran yang menimpa pria itu puluhan tahun lalu. “Apa selama ini dia salah paham? Jelas-jelas aku yang membawanya keluar dari pondok itu saat kebakaran, tapi kenapa bisa dia malah mengira itu Sevia?” Risha berpikir keras, hingga bertanya-tanya kenapa Sevia mengaku-ngaku kala

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   91. Tidur Satu Kamar

    Risha mengintip dari jendela rumah lantas keluar saat melihat Adhitama di depan pagar rumah Haris.Adhitama ternyata tidak berbohong dan hal itu membuat Risha sangat terkejut dan buru-buru meminta satpam rumah membuka pagar.“Sejak kapan kamu ada di sini?” tanya Risha. Dia memandang satpam yang menunduk kemudian meninggalkannya dan Adhitama.“Sejak tadi,” jawab Adhitama.Udara berembus kencang, Risha merasakan hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang.“Masuklah, di sini dingin,” ucap Risha dengan kening berkerut.Adhitama mengangguk dan berjalan masuk ke rumah Haris, hingga saat kakinya baru saja menginjak ruang tamu, dia melihat Lily berlari menghampirinya.“Papa!” Lily berteriak mendekati Adhitama lalu memeluk.Adhitama membuka tangan lebar lalu mendekap erat Lily ke dalam pelukannya.“Kok badannya Papa dingin?” tanya Lily saat memeluk Adhitama.“Iya karena terkena AC mobil,” jawab Adhitama lalu melepas pelukan agar bisa memandang wajah Lily.“Ke kamar Lily, yuk. Biar Papa nggak di

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   92. Penasaran

    Adhitama tak menjawab pertanyaan Haris. Dia mengabaikan pria itu lalu membuka pintu mobil. Namun, Haris dengan sigap merebut kunci mobil dari tangan Adhitama. "Apa yang kamu lakukan? Apa kamu sedang menantangku berkelahi?" Adhitama bertanya dengan kesal. "Iya, ayo segera pergi dari sini, aku tidak ingin Risha melihatmu babak belur," ketus Haris. Adhitama diam, dia akhirnya masuk ke dalam mobil dan membiarkan Haris mengemudi. Sementara itu Risha masih memerhatikan. Dia masuk kembali dan langsung menuju kamar untuk menemani Lily tidur setelah mobil Adhitama yang dikendarai Haris mulai meninggalkan rumah.Risha berpikir Haris pasti hendak mengantar Adhitama pulang. Risha mencoba tenang tapi entah kenapa tidak bisa kembali memejamkan mata. Dia masih gelisah melihat Adhitama pucat tadi. Di sisi lain, Adhitama yang berada satu mobil bersama Haris tampak memejamkan mata. Pria itu menyandarkan punggungnya dan sesekali masih terbatuk. Adhitama tak peduli Haris mau membawanya k

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   93. Kondisi

    Risha menggelengkan kepala pelan saat sadar dia tidak boleh bertanya yang macam-macam ke Lily. Dia lantas mengalihkan pembicaraan meski masih seputar bagaimana bisa Lily mendengar Rara berbicara seperti itu. “Aku bangun tidur terus nyari Bunda, eh malah hampir saja salah masuk kamar,” ucap Lily dengan polosnya.Risha tersenyum kemudian membelai rambut Lily. Percakapan dengan anaknya sedikit meredam rasa cemas Risha yang akan mendengar penjelasan dari dokter soal kondisi Lily nanti.Risha masih menunggu, dia menoleh ke kanan dan kiri kemudian melihat jam.Risha heran kenapa dokter belum muncul juga, hingga dia memutuskan mendekat ke meja perawat.Risha menanyakan ke perawat karena ini sudah lebih dari lima belas menit dari waktu perjanjiannya bertemu dokter itu.Perawat menatap heran, membuat Risha merasa diremehkan.Apa waktunya dinilai tidak berharga?Saat Risha masih menunggu jawaban dari si perawat, dokter tampak datang dan tersenyum. Dokter itu memberi kode ke perawat dan langsun

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   94. Yang Pria Itu Pilih

    Sevia benar-benar masuk rumah sakit karena terpleset di lokasi pemotretan. Wanita itu merintih kesakitan seolah mengalami cidera parah, bahkan terlalu berlebihan dengan berkata jika kakinya patah.“Ini tidak patah, hanya memar saja,” kata dokter karena Sevia terus saja histeris.Sevia juga mengalami lecet di beberapa titik di tangan dan kaki, tapi tidak buruk. Dia tidak mengalami kondisi fatal.Namun, kejadian jatuhnya Sevia terlanjur viral di berbagai media masa. Ini karena adanya rekaman video yang tersebar.Sevia masih terus mengeluh kesakitan, dia bahkan memarahi dokter yang sedang memeriksa.“Tapi ini sakit. Aku yang tahu kondisiku, enak banget hanya bilang memar!” amuk Sevia.Dokter hanya bisa sabar menghadapi Sevia, dia tidak peduli dengan ocehan Sevia karena yang terpenting dia sudah menjalankan tugasnya dengan baik.“Hubungi Mas Adhitama suruh ke sini.” Sevia merengek meminta Tere untuk menghubungi Adhitama.“Buat apa? Lagi pula sudah ada aku, kenapa harus merepotkan Pak Adhi

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   95. Rumah Itu Masih Sama

    Adhitama tak menjawab pertanyaan Risha, dia membuang muka ke arah jendela restoran dan melihat Andre sudah sampai di sana menggunakan ojek daring. Andre tampak membetulkan tatanan rambutnya lebih dulu sebelum bergegas mendekat ke meja Adhitama untuk meminta kunci mobil pria itu. Andre tak lupa menyapa Risha juga Lily. Bahkan senyuman manis Andre dibalas dengan senyuman tak kalah manis oleh Lily. Setelah Andre pergi membawa mobilnya, Adhitama meminta kunci mobil Haris yang Risha bawa. Meskipun terlihat malas, tapi Risha memberikannya ke Adhitama. Pria itu dan Lily bangun dari kursi lalu berjalan bergandengan menuju pintu. Saat sampai di dekat mobil, Risha yang merasa kesal karena pertanyaannya tidak dijawab oleh Adhitama memilih memersilahkan Lily duduk di depan bersama pria itu. "Lily duduk saja di depan sama Papa, biar Bunda di belakang," kata Risha. Lily girang kemudian membuka pintu bagian depan, sedangkan Adhitama hanya memandang datar Risha yang melengos tak sudi

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   96. Aku Akan Datang

    Sevia mencoba terus menghubungi Adhitama. Dia sangat kesal karena Pria itu tidak mau datang ke rumah sakit menjenguknya. Untuk yang kesekian kali, Sevia berusaha menghubungi Adhitama, hingga dia sangat terkejut karena nomornya malah diblokir. “Ap-apa maksudnya ini? Bagaimana bisa Mas Adhitama melakukan ini?” Sevia begitu emosi karena Adhitama benar-benar mengabaikannya. Sevia saat ini sudah dipindah di ruang inap. Dia yang duduk di ranjang pesakitan melihat Tere yang sibuk menerima panggilan karena banyaknya awak media yang penasaran dengan kondisi Sevia saat ini. Tere mengakhiri panggilan, lalu menghampiri Sevia yang masih memandangnya. “Kamu harus membuat konferensi pers untuk menjelaskan kondisimu saat ini. Bagaimana kalau besok? Bukankah dokter bilang besok kamu sudah boleh pulang?" Tere bertanya pada Sevia setelah menjelaskan. Dia tak menyangka pertanyaan yang biasa saja menurutnya itu bisa membuat Sevia sangat murka. “Aku itu masih sakit, apa kamu tidak bisa

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   97. Tamparan

    Sevia kebingungan tetapi karena tak ingin sampai Risha berpikir dirinya takut, akhirnya Sevia kembali membalas pesan Risha. Dia memberitahukan rumah sakit tempatnya dirawat sekarang. [Baiklah, aku akan datang besok.] Sevia membaca pesan dari Risha, entah kenapa dia takut sampai tangannya gemetar, meski begitu dia berusaha tetap tenang. ** Keesokan harinya. Risha berniat menitipkan Lily ke rumah Kakek Roi. Selain karena Pria tua itu terus menanyakan kapan mereka menginap lagi, Risha juga merasa lebih aman menitipkan Lily di sana. Setidaknya ada banyak pembantu yang bisa membantu mengawasi. “Nanti di sana Lily jangan nakal, ya. Harus nurut sama Buyut,” ucap Risha menjelaskan. Lily mengangguk mendengar ucapan Risha. “Memangnya kamu mau ke mana?” Adhitama yang dulu sama sekali tak peduli pada Risha, kini sampai ingin tahu alasan Risha ingin menitipkan Lily. “Aku ada urusan penting, kamu tidak perlu tahu,” jawab Risha, “kamu juga tidak perlu mengantar kami,” ucap Risha k

Latest chapter

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Pindah

    Perasaan Haris tak karuan, apalagi Alma tak langsung menjawab pertanyaannya. “Aku baik-baik saja. Lagi pula aku sudah biasa hidup sederhana,” ujar Alma menjawab pertanyaan Haris. Haris terkejut. Dia malah tampak seperti orang putus asa di mata Alma, hingga istrinya itu tiba-tiba memeluk dirinya. “Kita pasti bisa melewati ini semua, semua akan baik-baik saja,” ucap Alma sambil mengusap lembut punggung Haris. Alma bahkan masih bisa memulas senyuman hangat. Haris tiba-tiba merasa bersalah karena sudah membohongi Alma, tapi mau bagaimana lagi, dia harus membuat Rara kalah dan pergi jauh dari kehidupannya dan Alma untuk selamanya. ** Keesokan harinya. Haris dan Alma sudah mengemas barang mereka, keduanya menemui pembantu dan membuat mereka bingung karena Haris dan Alma membawa koper. “Kami pamit dulu, Bi,” kata Haris. “Memangnya Tuan mau ke mana? Liburan?” tanya pembantu. Haris dan Alma saling tatap, lalu Haris menjawab, “Mulai saat ini kami akan pindah dari rumah ini.”

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Menguji Kesetiaan

    Hari itu karena masih belum mendapat sekretaris pengganti, Haris pergi makan siang di kantin. Saat sedang makan. Rara tiba-tiba mendekati Haris karena melihat pria itu duduk sendirian. “Kamu sendirian?” tanya Rara lalu langsung duduk di kursi yang berhadapan dengan Haris. Haris terkejut Rara muncul di sana dan langsung duduk, tapi dia membiarkan saja. “Selamat untuk pernikahanmu,” ucap Rara. “Terima kasih,” balas Haris singkat. Haris melanjutkan makan. Dia tidak memedulikan keberadaan Rara di depannya. Namun, saat Haris masih sibuk makan, tiba-tiba Rara kembali bicara. “Apa kamu yakin kalau Alma mencintaimu bukan karena hartamu?” tanya Rara memancing. Haris melirik tajam pada Rara, lalu membalas, “Jangan berpikiran buruk apalagi menjelek-jelekkan istriku.” “Aku tidak menjelekkan, hanya saja semua orang juga berpikir sama denganku,” ujar Rara sambil melirik ke samping. Rara yakin karyawan yang berada di sana sedang memperhatikannya dan Haris. Haris ingin mengaba

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Sekretaris Yang Cocok

    Pagi itu, Haris sedang menatap layar laptopnya. Ketukan pintu pelan membuatnya menoleh. Kepala HRD Mahesa melangkah masuk dengan membawa map tebal."Selamat pagi, Pak Haris," sapa wanita itu sopan."Pagi. Silakan duduk, Bu Mira," jawab Haris sambil berdiri dari kursi empuknya menuju sofa.Haris bersikap biasa, seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka. Padahal dulu dia pernah marah ke wanita itu.Mira tersenyum kecil sambil membuka map di tangannya. "Saya ke sini untuk membahas soal sekretaris baru yang akan ditugaskan ke Bapak. Ada beberapa kandidat yang sudah kami seleksi, tapi kami ingin tahu lebih detail mengenai kriteria yang Bapak inginkan."Haris menyandarkan punggung dan melipat tangan di depan dada. "Maaf, aku lupa bilang semoga tidak terlambat memberitahu, yang paling penting aku ingin sekretarisku berjenis kelamin laki-laki."Mira terlihat sedikit terkejut. "Oh, apakah ada alasan khusus, Pak?""Alasannya simpel," jawab Haris dengan nada tenang. "Aku lebih nyaman bekerj

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Mimpi?

    Pagi pertama sebagai pengantin baru terasa berbeda. Haris membuka mata perlahan, mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya yang masih berat. Sinar matahari yang menyusup melalui sela-sela tirai kamar membuat Haris menyadari bahwa hari baru telah tiba. Di sisinya, Alma masih terlelap dengan posisi miring ke arahnya, wajah wanita itu terlihat damai dan polos. Haris tersenyum sendiri, tangannya bergerak lembut membelai rambut istrinya. "Alma, bangun, ini sudah pagi," bisik Haris. Suaranya hangat namun cukup untuk membuat Alma mengerutkan kening kecil. "Hmm... ya ampun, maaf aku bangun kesiangan," jawab Alma sambil bergeser sedikit sambil berusaha membuka matanya. "Tidak apa-apa! Hari ini spesial, hari pertama kita jadi suami-istri," kata Haris sambil terkekeh. Mendengar itu, Alma membuka matanya lebar, dia menatap Haris yang tersenyum penuh cinta di depannya. Pipi Alma langsung merona. "Kita sudah menikah ya? Rasanya masih seperti mimpi buatku." Haris mengangguk sambil mera

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Malam Pertama

    Haris benar-benar menunggu Alma. Dia berdiri di kamar sambil melihat Alma mengambil baju di lemari juga beberapa barang pribadi lainnya.“Sudah?” tanya Haris ketika Alma berjalan ke arahnya.“Sudah,” jawab Alma dengan kedua tangan penuh pakaian.Haris membantu membawa pakaian Alma dan kembali ke kamarnya.“Aku mau mandi dulu, setelah itu nanti kamu,” kata Alma sambil meletakkan pakaiannya di sofa.Haris hanya mengangguk dan menuruti keinginan Alma.Alma masuk kamar mandi dan membersihkan diri, baru setelahnya bergantian dengan Haris. Alma agak canggung, apalagi saat keluar dari kamar mandi Haris memandangnya tanpa berkedip.Alma tak mau menatap wajah Haris, dia langsung duduk dan membiarkan pria itu masuk ke kamar mandi.Saat Haris masih di kamar mandi, Alma bingung harus melakukan apa. Bahkan dia takut naik ke ranjang, sehingga memilih duduk di sofa yang ada di kamar sambil menyalakan televisi.Alma merasa aneh. Jantungnya berdegup tak karuan, sampai-sampai dadanya berdebar cepat kar

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Pernikahan

    Hari itu pernikahan Haris dan Alma digelar. Acara pernikahan mereka dilakukan secara sederhana, hanya keluarga yang diundang. Apalagi mereka sama-sama sudah tidak punya orang tua, sehingga tamu yang datang pun beberapa saja.Mereka melangsungkan akad di KUA, lalu setelahnya menikmati jamuan di rumah Haris dengan hidangan yang bisa dibilang cukup Istimewa.“Selamat, ya.” Risha memberikan ucapan selamat lagi pada Alma sambil memberikan kado pernikahan untuk wanita itu dan Haris.“Terima kasih,” balas Alma dengan senyum penuh kebahagiaan.Kakek Roi juga datang ke acara itu. Dia memberikan hadiah untuk Haris dan Alma sambil memberikan doa tulusnya.“Terima kasih.” Haris menerima pemberian Kakek Roi.“Semoga pernikahan kalian langgeng,” ucap pria tua itu sambil menepuk lengan Haris.Haris mengangguk. Dia merasa sangat bersyukur, begitu juga dengan Alma yang terus berterima kasih.Mereka makan bersama, suasananya begitu hangat dan kekeluargaan, meski hanya sedikit orang yang datang. Lalu Li

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Kebaya Yang Pas

    Haris tertawa terbahak-bahak setelah Alma menceritakan tentang kecemasannya. Alma tidak memberitahu Haris bahwa pikirannya itu berasal dari ucapan Rara.“Apa kamu ingat golongan darah orang tuamu?” tanya Haris.“O dan B,” balas Alma.“Lalu golongan darahmu sendiri?”“B.” Alma menjawab singkat seperti orang yang takut membuat kesalahan.“Jadi coba kamu pikir, golongan darahku A, berapa persen kemungkinan aku ini sedarah denganmu? Ada-ada saja,” kata Haris.Pria itu lantas menutup laptopnya dan berdiri.“Sudah jangan berpikiran macam-macam, aku senang kamu bisa sampai di sini,” ujar Haris. “Tidak ada staf yang menggunjingmu lagi ‘kan?” tanyanya sambil merapikan rambut Alma yang sedikit berantakan.Alma merasa berdebar lagi seperti pagi tadi, pipinya bersemu merah.“Kita bisa pergi sekarang ‘kan?” Alma mundur satu langkah, dia tersenyum canggung lalu membalikkan badan.Alma buru-buru berjalan menjauhi Haris sambil memegang erat tali tas yang melingkar di depan dada.Haris buru-buru menyu

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Tes DNA?

    Pagi itu untuk pertama kali Haris merasa senang duduk di meja makan.Pembantu terus saja menggoda dengan berkata masakan Alma memang sangat luar biasa.Alma sendiri tersenyum malu mendengar pujian itu, dia duduk tepat di seberang Haris. Alma sesekali memandang pada Haris, pria mapan, tampan dan baik hati itu masih tidak dia percayai memiliki perasaan padanya.“Sepertinya makananmu itu tidak akan berkurang kalau kamu hanya melihatku, dan tidak menyuapkannya ke dalam mulut,” ucap Haris tanpa memandang ke Alma.Mendengar itu pembantu rumah tidak bisa menyembunyikan senyum, sedangkan Alma menunduk menahan malu.“Ini sudah berkurang banyak,” jawab Alma seraya menyembunyikan rasa malu.**Setelah sarapan Haris berangkat ke kantor dan Alma mengantarnya sampai ke depan.Meskipun ragu, tapi Alma memberanikan diri meminta izin ke Haris untuk pulang ke rumahnya hari itu.“Aku harus membereskan rumah, aku juga meninggalkan cucian piring kotor, jika tidak diurus bisa-bisa berjamur,” kata Alma.Ala

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Memelukmu

    Alma tak menyangka Haris akan menahannya di rumah pria itu. Dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menerima dan mengikuti apa keinginan Haris. Bahkan seperti apa yang pria itu katakan, sudah ada banyak baju untuknya di sana.Meskipun agak canggung kepada pembantu rumah, tapi Alma mencoba untuk bersikap baik.Seperti pagi itu, dia bangun pagi lantas pergi ke dapur untuk membantu menyiapkan sarapan.Awalnya pembantu rumah Haris kaget bahkan memohon Alma untuk tidak melakukan itu. Namun, Alma bersikeras, dia berkata tidak mau menumpang dan makan secara cuma-cuma di sana.“Sudah sewajarnya, karena Mba Alma calon istri Tuan Haris.”Ucapan pembantu membuat Alma menghentikan gerakan tangannya memotong wortel, dia menoleh karena kaget.Bagaimana bisa pembantu rumah tahu kalau dia calon istri Haris?“Apa Pak Haris bilang aku ini calon istrinya?” tanya Alma setengah tak percaya.“Iya, dia bahkan meminta kami menjaga Mba Alma seperti menjaga keluarga sendiri,” kata pembantu itu. “Syukurlah kare

DMCA.com Protection Status