Home / Pernikahan / Aku Ingin Bercerai, Pak CEO! / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!: Chapter 111 - Chapter 120

269 Chapters

111. Risha Menghilang

Pagi itu di tempat lain, Kakek Roi mengundang beberapa orang datang ke rumah karena enggan sarapan sendiri. Akhirnya dia berinisiatif mengundang pengacara Adhitama dan Risha untuk sarapan bersamanya. Dua pengacara itu terlihat sungkan dan canggung, apalagi Kakek Roi meminta mereka datang pagi-pagi ke sana. “Ayo dimakan, jangan sungkan. Setelah ini kita pergi main golf,” kata Kakek Roi saat melihat dua pengacara itu masih diam karena bingung. “Sebenarnya saya penasaran. Apa ada yang perlu dibicarakan sampai Pak Roi mengundang saya ke sini?” tanya pengacara Risha karena dia tahu kalau pria di depannya adalah pengacara Adhitama. Kakek Roi menatap pengacara Risha, lalu memandang ke pengacara Adhitama yang menunggu jawaban darinya. “Aku tahu kalau Tama dan Risha mau bercerai,” ucap Kakek Roi lalu meletakkan alat makan di atas piring. Jemarinya saling bertautan, lalu sikunya bertumpu di meja agar punggung tangan bisa menyangga dagu. Kakek Roi diam menyangga dagu sambil menunggu reaksi
Read more

112. Dugaan Benar

Risha akhirnya sadar. Dia mencoba bangun tapi kepalanya terasa masih sangat pening. Risha membuka mata dengan sempurna, hingga baru menyadari kalau dia duduk di lantai dengan kedua tangan terikat dan mulutnya dibungkam. Risha menggerakkan pergelangan tangan, berharap ikatan talinya mengendur tapi nihil. Dia ingin berteriak tapi tidak bisa. Risha begitu panik dan takut hingga dua bola matanya tampak berkaca-kaca, dia terus berusaha melonggarkan ikatan di tangannya tapi hal itu malah membuat kulitnya tergores dan memerah. Risha ingin sekali menangis. Dia berdoa dalam hati semoga selamat dan baik-baik saja. Saat Risha masih begitu ketakutan, dia mendengar suara seorang pria dari luar kamar. “Mana nih bayarannya!” “Tenang, nih buat kalian.” Risha mendengar suara beberapa pria hingga membuatnya semakin panik. Risha mendengar suara para pria itu pamit pergi, hingga setelah itu Risha mendengar suara dering telepon dan membuat Risha menajamkan pendengaran agar bisa mendengar
Read more

113. Aku Datang

Ternyata suara mobil yang Risha dengar benar-benar suara mobil Adhitama. Pria itu datang ke rumah tempat Risha disekap membawa tas berisi uang yang diinginkan pria di telepon tadi. Adhitama masuk rumah itu, hingga bertemu pria yang menculik Risha dan ternyata pria itu adalah Anwar. “Di mana Risha?” tanya Adhitama saat bertatapan dengan Anwar. Anwar tersenyum miring, lantas melirik ke tas yang dibawa Adhitama. “Serahkan apa yang aku inginkan dulu!” perintah Anwar sambil mengulurkan tangan memberi isyarat agar Adhitama melempar tas itu ke arahnya. Adhitama melirik tas yang dipegang, lalu menatap ke Anwar lagi. “Lepaskan Risha lebih dulu, baru kuberikan yang kamu mau,” balas Adhitama. Dia tidak mau bertindak bodoh dengan langsung memberikan uang itu tanpa melihat Risha. “Aku tidak sedang bernegosiasi denganmu! Sudah syukur aku hanya meminta tebusan!” Anwar kesal karena Adhitama tak langsung memberikan uang itu. "Bisa saja aku melakukan hal yang tidak bisa kamu bayangkan ke wanita
Read more

114. Banyak Yang Ingin Aku Katakan

Risha masih berada di rumah sakit. Dia cemas menunggu Andre yang sedang mendonorkan darahnya untuk Adhitama selesai.Risha tampak memegang ponsel yang tadi sempat dia pinjam dari Andre, kemudian mencoba menghubungi Haris.“Halo.” Suara Haris terdengar.“Kak, ini aku Risha.”“Risha? Bagaimana kondisimu? Kamu baik-baik saja ‘kan?” tanya Haris terdengar panik dari seberang panggilan.“Iya, aku baik-baik saja,” jawab Risha dengan suara parau, setelah itu dia kembali menangis sampai terisak.Risha menceritakan apa yang terjadi pada Haris soal penculikan dan juga Adhitama yang kini terluka.“Tolong bantu aku menjaga Lily dulu sampai aku pulang,” ujar Risha kemudian.“Kamu tenang saja, aku akan menjaganya dengan baik,” balas Haris penuh rasa iba.Risha mengakhiri panggilan itu setelah mendapat jawaban, dia lalu menatap tangannya yang agak pucat. Risha tadi mencuci tangan berulang sampai noda darah Adhitama bisa bersih sempurna.Risha masih duduk di sana seorang diri, saat polisi datang memba
Read more

115. Menunggu

Risha ingin menyentuh tangan Adhitama, tapi mengurungkan niat. Dia kembali menangis menyesali keputusannya untuk kembali. Risha pikir seharusnya dia menghilang saja tanpa perlu muncul lagi hanya untuk menunjukkan dirinya sudah bisa berdiri di atas kaki sendiri. Jika saja dia tidak kembali maka Sevia tidak akan mungkin berbuat nekat ingin membuatnya celaka. Adhitama terluka menjadi pukulan bagi Risha. "Bangunlah! Aku mohon, aku masih ingin bicara banyak," lirih Risha. Dia terus memandangi wajah Adhitama dan kembali menangis sampai mencengkram erat baju di depan dada. "Mas Tama!" Risha meratap memanggil nama Adhitama. Risha puas menumpahkan air mata, dia sadar tidak boleh berlama-lama di sana lantas keluar. Risha menerima baju kiriman Haris kemudian pergi untuk membersihkan diri. Hanya sebentar Risha pergi karena dia tidak ingin meninggalkan Adhitama terlalu lama. Risha sudah kembali lagi ke depan ruang ICU saat Adhitama hendak dipindahkan ke ruang rawat inap. "Masih bel
Read more

116. Aku Istrimu

Risha terkejut mendengar Adhitama bertanya siapa dirinya, dia bingung dan termangu di posisinya. "Mas Tama," lirih Risha. "Ini aku, Risha," balasnya. "Risha siapa?" Dada Risha terasa sakit mendengar Adhitama bertanya seperti itu lagi. "Aku Risha, istrimu!" "Jadi aku masih suamimu?" tanya Adhitama. Dia memulas senyum membuat Risha semakin bingung karena sikapnya. Risha yang sejak kemarin tidak bisa fokus masih diam mencerna ucapan Adhitama, tak lama dia seketika menangis sambil mendekat ke arah Adhitama dan memukul kaki pria itu. Risha menunduk, menangis sampai pundaknya bergetar, hingga Adhitama meraih tangannya barulah Risha mengangkat kepala. "Apa aku tidak bisa mendapat pelukan?" Adhitama bertanya tapi menarik tangan Risha agar semakin dekat dengannya. Risha mengangguk, dia memeluk tubuh Adhitama yang masih berbaring dan menyandarkan kepala ke dada bidang pria itu. "Aku nggak akan bisa hidup kalau sesuatu terjadi padamu, Mas!" ucap Risha sambil mencoba meredam t
Read more

117. Aku Belum Siap

Malam itu Risha bersiap tidur setelah menelepon Lily untuk mengabarkan keberadaannya. Dia melebarkan selimut untuk menutupi tubuhnya sambil melirik ke Adhitama yang sejak tadi terus menatap lekat padanya.“Mas, ini sudah malam, buruan tidur. Apa obatnya nggak bikin ngantuk?” tanya Risha yang berusaha menyembunyikan rasa malu.Adhitama hanya tersenyum tipis, dia membalas ucapan Risha dengan berkata,” Aku masih ingin melihatmu.”“Besok ‘kan masih bisa lihat,” balas Risha. Dia mengurungkan niat berbaring karena Adhitama mengejaknya bicara.“Jadi setiap hari aku bisa melihatmu? Kamu nggak akan pergi-pergi lagi?” Adhitama mengambil kesempatan mengulik isi hati Risha.“Ya, tergantung.” Risha mengedikkan bahu, dia tidak mau Adhitama memanfaatkan momen seperti ini dan membuatnya tidak berdaya.“Tergantung bagaimana?”“Tergantung Mas Tama baik nggak sama aku, sayang nggak sama aku, aku nggak mau di PHP.” Risha bicara dengan nada sindiran, dia membuang muka kemudian melirik Adhitama yang malah
Read more

118. Pria Yang Kecewa

Siang itu Sevia terlihat gelisah karena tidak mendengar kabar dari Anwar sejak kemarin. Dia ketakutan dan cemas jika sampai Anwar gagal lalu malah menyeret namanya. Sevia juga sudah mencoba menghubungi pria itu, tapi nomornya tidak aktif sampai membuatnya semakin panik. Akibatnya Sevia sampai tidak fokus bekerja, dia bahkan sampai terkena marah Tere. “Kamu ini kenapa, sih? Kamu tahu nggak? Kamu sudah melakukan banyak kesalahan seharian ini!” amuk Tere saat mereka ada di mobil untuk pulang. Sevia hanya menatap datar ke Tere dan tak menunjukkan kegelisahannya sama sekali. “Aku yang kena omelan orang PH dan dibilang nggak becus ngurus kamu!” Tere benar-benar tak habis pikir karena pekerjaan Sevia semakin hari semakin berantakan. Tere terus mengomel sepanjang perjalanan sampai lelah karena Sevia tidak menanggapi satu pun rasa kesalnya. Hingga Tere membahas sesuatu setelah beberapa saat yang lalu tampak membaca pesan di ponselnya. “Ada berita yang menyebut kalau Pak Adhitama ke
Read more

119. Ayo Kita Usahakan

Setelah pergi mengantar Lily menemui Risha, Haris berangkat bekerja seperti biasa. Namun, sayangnya dia tidak berkonsetrasi sama sekali sampai membuat Alma harus bolak-balik mencetak beberapa dokumen karena Haris selalu salah membubuhkan tandatangan. Alma masuk ruangan Haris membawa dokumen yang ketiga kalinya dia cetak. Dia menatap Haris yang sepetrti melamun, lalu berjalan mendekat ke meja Haris untuk meminta tandatangan. “Ini berkasnya, Pak. Tandatangannya di sini, ya.” Alma sampai menunjuk ke tempat yang harus ditandatangani agar Haris tidak salah tandatangan lagi. Kali ini Alma memilih menunggu untuk memastikan Haris tak salah lagi. Haris menatap sekilas ke Alma, lalu menandatangani berkas itu. Alma merasa lega, sekarang sudah benar dan dia tidak perlu kembali mencetak dokumen itu. Alma menutup berkas itu dan hendak membawanya keluar, tapi melihat Haris yang wajahnya murung membuat Alma penasaran. Dia merasa perlu menanyakan tentang kondisi atasannya ini. “Apa An
Read more

120. Kamar Untuk Lily

Adhitama sangat terkejut mendengar ucapan Risha. Dia malah bingung harus bagaimana karena Risha tiba-tiba berkata mau membuat adik untuk Lily. “Tunggu sebentar, aku belum siap. Aku takut tidak bisa melakukannya dengan baik,” ujar Adhitama. Risha mengulum bibirnya mendengar ucapan Adhitama. Dia tiba-tiba saja merasa malu. “Em ... itu, ya nggak sekarang juga,” balas Risha, “lagi pula kamu masih sakit.” Adhitama terlihat salah tingkah, begitu juga dengan Risha. Keduanya sama-sama malu seolah hal itu baru pertama kali akan mereka lakukan. “Aku mau masak dulu, tolong jagain Lily. Takut dia bangun dan menangis lagi,” ujar Risha karena bingung harus bagaimana. Adhitama hanya mengangguk, lalu menatap Risha yang pergi. Saat Risha sudah keluar dari kamar. Adhitama mengumpat dalam hati karena geram dengan ucapannya sendiri. Dia merutuk karena tidak tepat merespon ucapan Risha. Adhitama menatap Lily yang tidur, hingga berpikir jika sudah waktunya Lily memiliki kamar sendiri. A
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
27
DMCA.com Protection Status