Share

117. Aku Belum Siap

last update Last Updated: 2024-09-08 17:33:01

Malam itu Risha bersiap tidur setelah menelepon Lily untuk mengabarkan keberadaannya. Dia melebarkan selimut untuk menutupi tubuhnya sambil melirik ke Adhitama yang sejak tadi terus menatap lekat padanya.

“Mas, ini sudah malam, buruan tidur. Apa obatnya nggak bikin ngantuk?” tanya Risha yang berusaha menyembunyikan rasa malu.

Adhitama hanya tersenyum tipis, dia membalas ucapan Risha dengan berkata,” Aku masih ingin melihatmu.”

“Besok ‘kan masih bisa lihat,” balas Risha. Dia mengurungkan niat berbaring karena Adhitama mengejaknya bicara.

“Jadi setiap hari aku bisa melihatmu? Kamu nggak akan pergi-pergi lagi?” Adhitama mengambil kesempatan mengulik isi hati Risha.

“Ya, tergantung.” Risha mengedikkan bahu, dia tidak mau Adhitama memanfaatkan momen seperti ini dan membuatnya tidak berdaya.

“Tergantung bagaimana?”

“Tergantung Mas Tama baik nggak sama aku, sayang nggak sama aku, aku nggak mau di PHP.” Risha bicara dengan nada sindiran, dia membuang muka kemudian melirik Adhitama yang malah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (15)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
hahaha soo swet
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Modus Tama minta ulang lagi ciuman nya hihih
goodnovel comment avatar
5t4r
hahaha....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   118. Pria Yang Kecewa

    Siang itu Sevia terlihat gelisah karena tidak mendengar kabar dari Anwar sejak kemarin. Dia ketakutan dan cemas jika sampai Anwar gagal lalu malah menyeret namanya. Sevia juga sudah mencoba menghubungi pria itu, tapi nomornya tidak aktif sampai membuatnya semakin panik. Akibatnya Sevia sampai tidak fokus bekerja, dia bahkan sampai terkena marah Tere. “Kamu ini kenapa, sih? Kamu tahu nggak? Kamu sudah melakukan banyak kesalahan seharian ini!” amuk Tere saat mereka ada di mobil untuk pulang. Sevia hanya menatap datar ke Tere dan tak menunjukkan kegelisahannya sama sekali. “Aku yang kena omelan orang PH dan dibilang nggak becus ngurus kamu!” Tere benar-benar tak habis pikir karena pekerjaan Sevia semakin hari semakin berantakan. Tere terus mengomel sepanjang perjalanan sampai lelah karena Sevia tidak menanggapi satu pun rasa kesalnya. Hingga Tere membahas sesuatu setelah beberapa saat yang lalu tampak membaca pesan di ponselnya. “Ada berita yang menyebut kalau Pak Adhitama ke

    Last Updated : 2024-09-08
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   119. Ayo Kita Usahakan

    Setelah pergi mengantar Lily menemui Risha, Haris berangkat bekerja seperti biasa. Namun, sayangnya dia tidak berkonsetrasi sama sekali sampai membuat Alma harus bolak-balik mencetak beberapa dokumen karena Haris selalu salah membubuhkan tandatangan. Alma masuk ruangan Haris membawa dokumen yang ketiga kalinya dia cetak. Dia menatap Haris yang sepetrti melamun, lalu berjalan mendekat ke meja Haris untuk meminta tandatangan. “Ini berkasnya, Pak. Tandatangannya di sini, ya.” Alma sampai menunjuk ke tempat yang harus ditandatangani agar Haris tidak salah tandatangan lagi. Kali ini Alma memilih menunggu untuk memastikan Haris tak salah lagi. Haris menatap sekilas ke Alma, lalu menandatangani berkas itu. Alma merasa lega, sekarang sudah benar dan dia tidak perlu kembali mencetak dokumen itu. Alma menutup berkas itu dan hendak membawanya keluar, tapi melihat Haris yang wajahnya murung membuat Alma penasaran. Dia merasa perlu menanyakan tentang kondisi atasannya ini. “Apa An

    Last Updated : 2024-09-09
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   120. Kamar Untuk Lily

    Adhitama sangat terkejut mendengar ucapan Risha. Dia malah bingung harus bagaimana karena Risha tiba-tiba berkata mau membuat adik untuk Lily. “Tunggu sebentar, aku belum siap. Aku takut tidak bisa melakukannya dengan baik,” ujar Adhitama. Risha mengulum bibirnya mendengar ucapan Adhitama. Dia tiba-tiba saja merasa malu. “Em ... itu, ya nggak sekarang juga,” balas Risha, “lagi pula kamu masih sakit.” Adhitama terlihat salah tingkah, begitu juga dengan Risha. Keduanya sama-sama malu seolah hal itu baru pertama kali akan mereka lakukan. “Aku mau masak dulu, tolong jagain Lily. Takut dia bangun dan menangis lagi,” ujar Risha karena bingung harus bagaimana. Adhitama hanya mengangguk, lalu menatap Risha yang pergi. Saat Risha sudah keluar dari kamar. Adhitama mengumpat dalam hati karena geram dengan ucapannya sendiri. Dia merutuk karena tidak tepat merespon ucapan Risha. Adhitama menatap Lily yang tidur, hingga berpikir jika sudah waktunya Lily memiliki kamar sendiri. A

    Last Updated : 2024-09-09
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   121. Memutus Hubungan

    Pagi itu kediaman Adhitama kembali seperti empat tahun yang lalu, bedanya kini ada suara riang dari gadis kecil yang selalu membuat seisi rumah bahagia, juga kehangatan yang lebih terasa. Adhitama baru saja keluar dari kamar mandi, dia senang mendapati Risha sibuk mengambilkan baju ganti untuknya. "Lily di mana?" tanya Adhitama sambil mengeringkan rambut. "Tadi aku antar ke bawah dulu, katanya mau minum susu," balas Risha. Dia menoleh sebentar dan tampak malu melihat Adhitama bertelanjang dada. Risha menggelengkan kepala pelan. "Minggu lalu belum pakai yang ini 'kan?" tanya Risha seraya memperlihatkan setelan jas ke Adhitama. "Harusnya Mas Tama ikut caraku menyusun baju-baju supaya dalam minggu itu nggak pakai baju yang sama dua kali." Risha bicara lagi. Risha meletakkan jas Adhitama ke atas ranjang setelah itu berniat mencarikan suaminya dasi dengan warna yang serasi. Namun, tak Risha duga Adhitama lebih dulu merapatkan tubuh dan memeluknya dari belakang. Risha ka

    Last Updated : 2024-09-10
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   122. Meminta Maaf

    Sementara itu setelah Adhitama berangkat ke kantor tadi, Risha mengajak Lily pergi ke rumah Kakek Roi untuk menitipkan anak itu di sana.Kakek Roi tentu tidak akan menolak permintaan tolong Risha, karena kedatangan Lily jelas akan membuat suasana rumah menjadi sangat ceria.Risha dan Kakek Roi kini duduk di ruang keluarga membahas soal kondisi Adhitama, sedangkan Lily sendiri bermain di depan bersama pembantu.“Kondisi Mas Tama sudah jauh lebih baik, jadi Kakek tidak perlu cemas,”ujar Risha menjelaskan. “ Bahkan Mas Tama sudah memaksa masuk kerja,” imbuhnya.Kakek Roi bisa bernapas lega mendengar cerita Risha. Pria tua itu mengangguk-angguk dengan wajah penuh syukur.“Baguslah, dengan begini aku bisa tenang,” balas Kakek Roi. Pria itu mempersilahkan Risha meminum teh yang baru saja pelayan sajikan sebelum bicara lagi.“Kamu sendiri bagaimana, Sha? Apa kamu masih ingin tinggal di Jogja? Bagaimana kalau tinggal di rumah ini saja?”Risha terkejut mendengar tawaran Kakek Roi, hampir saja

    Last Updated : 2024-09-10
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   123. Membalas Perbuatanmu

    Sevia pergi ke gedung Mahesa Grup setelah mendengar cerita Tere tentang Adhitama yang memutuskan kontraknya menjadi Brand Ambassador. Wanita tak tahu malu itu cuek dengan banyaknya orang yang menatap padanya. Dia berjalan santai melewati meja resepsionis begitu saja dengan gaya angkuh dan sombong. Namun, Sevia tak menduga ternyata resepsionis itu tidak tinggal diam. Si resepsionis mengejar lalu menghentikan langkahnya. “Apa maksudnya ini? Apa kamu berani padaku?” Sevia menghardik sambil menatap kesal. “Maaf, Anda mau menemui siapa?” Resepsionis itu bertanya dengan sangat sopan meski tahu kalau Sevia pasti ke sana mencari Adhitama. Sevia tertawa hambar mendengar pertanyaan resepsionis, lantas membalas, “Apa aku perlu menjelaskan padamu?” Resepsionis itu masih memulas senyuman ramah kemudian menjelaskan, “Begini Bu, Pak Adhitama bilang kalau beliau hari ini hanya akan menemui orang yang sudah membuat janji dengannya. Jadi, jika Anda belum membuat janji, lebih baik Anda memb

    Last Updated : 2024-09-10
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   124. Tidak Sempurna

    Saat pintu terbuka, tidak hanya Risha yang kaget melihat pemandangan di ruang kerja Adhitama. Andre yang berdiri di sebelah Risha bahkan membungkam mulut menggunakan sebelah tangan.Mereka syok menyaksikan apa yang sedang Sevia dan Adhitama lakukan.“Risha!” Adhitama mendorong tubuh Sevia menjauh. Wajahnya merah menahan amarah dan takut jika Risha kecewa.“Ini tidak seperti apa yang kamu lihat,” kata Adhitama.Risha diam, tangannya mengepal erat di sisi badan.Pikiran Risha sejenak kosong, beruntung dia tidak sampai limbung atau pingsan.Tidak!Tidak mungkin Risha jatuh hanya karena melihat hal semacam ini. Risha terlalu kuat jika hanya untuk menghadapi ular betina seperti Sevia.“Kamu bisa meninggalkan kami,” kata Risha ke Andre lalu melangkah masuk.Tatapan mata Risha tertuju pada Adhitama kemudian Sevia yang terlihat jelas di matanya sedang tersenyum miring.Risha menghentikan langkah, dia kemudian menoleh Andre dan memberi perintah ke sekretaris Adhitama itu,” Tolong, tutup rapat

    Last Updated : 2024-09-11
  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   125. Jangan Memberi Tawaran!

    Adhitama menggeleng, sedangkan Risha masih saja menatap curiga. “Aku benar-benar tidak pernah bersentuhan dengan Sevia,” ucap Adhitama. Kini dia berusaha sebisa mungkin menjelaskan pada Risha untuk menghindari kesalahpahaman. “Tidak pernah bersentuhan apa? Niki pernah mengirim foto Mas Tama sedang memapah Sevia masuk klinik!” bantah Risha yang kesal. "Aku bahkan sempat berpikir dia hamil." Adhitama diam mendengar ucapan Risha, dia ingin menceritakan kebodohannya, tapi urung dan malah berakhir menyipitkan mata curiga. “Kamu memata-mataiku?” tanya Adhitama penasaran. “Buat apa mata-matain Mas Tama! Tidak usah mengalihkan pembicaraan, Mas mengelak karena tidak mau disalahkan!” amuk Risha. “Sekarang maunya Mas Tama bagaimana?” tanya Risha dengan nada suara tinggi. Belum juga Adhitama membalas, tapi Risha sudah ingin berdiri. Menyadari hal itu Adhitama tak tinggal diam dan langsung mencekal pergelangan tangan Risha. Adhitama masih mendapatkan tatapan kesal dari Risha, kemudian wanit

    Last Updated : 2024-09-11

Latest chapter

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Happy Family : END

    Risha dan Adhitama berjalan beriringan masuk ke sekolah Lily pagi itu. Mereka terlihat beberapa kali berhenti untuk berbicara dengan orangtua teman Lily yang juga datang ke sekolah.Hari itu acara kelulusan murid digelar, Risha sudah tidak sabar melihat bagaimana penampilan putri kecilnya di atas pentas.Risha duduk sambil harap-harap cemas menunggu acara dimulai.“Dia tidak akan membuat kesalahan ‘kan?” tanya Risha sambil meremas tangan. Padahal Lily yang akan tampil, tapi dia yang grogi.Adhitama yang melihat Risha beberapa kali menggigit bibir bawah hanya tersenyum, dia meraih tangan sang istri yang ada di atas paha lalu menggenggamnya erat.“Dingin sekali, kenapa kamu yang gugup begini?” tanya Adhitama.“Aku hanya khawatir. Lihat saja banyak orang begini, bagaimana kalau dia takut hingga membuat kesalahan. Dia pasti sedih dan bisa kehilangan rasa percaya diri, ini penampilan pertamanya di depan banyak orang,” jawab Risha.“Kamu harus yakin ke Lily, dia pasti bisa. Calon penerus Ma

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 11 : Menikah?

    Sore itu, Andre duduk di meja kerjanya sambil menatap layar laptop. Pekerjaan hari itu hampir selesai, tetapi ada satu hal lagi yang harus dia urus sebelum meminta izin pulang ke Adhitama.Andre melihat jam di tangannya, sudah hampir pukul lima sore. Andre menarik napas dalam-dalam sebelum berdiri dan melangkah ke ruangan Adhitama.“Pak, apa saya bisa bicara sebentar?” kata Andre, mencoba terdengar tenang meskipun ada sedikit kegugupan di suaranya.Adhitama yang masih berkutat dengan layar laptop menjawab, “Tentu. Ada apa?”“Saya mau minta izin, Pak. Lusa rencananya saya ingin mengambil cuti untuk jalan-jalan sebentar. Sudah lama saya tidak liburan."Adhitama sedikit terkejut mendengar permintaan Andre. Dia menghentikan pekerjaannya sejenak lalu memandang sekretarisnya itu. “Jalan-jalan? Ke mana? Memang kamu sudah punya pacar?” goda Adhitama.Andre tertawa kecil mendengar pertanyaan sang atasan. Pemuda itu sedikit berkilah dengan menjawab, “Memang pergi jalan-jalan harus bersama pacar

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 10 : Pulang Bersama

    Seminggu kemudian Alma dan Haris mengadakan syukuran atas kelahiran anak mereka.Syukuran di rumah mereka berjalan meriah. Tamu-tamu yang datang silih berganti, membawa suasana hangat penuh canda tawa.Alma, yang baru saja melahirkan putra pertamanya, tampak bahagia menyambut satu per satu tamu yang hadir.Andre melangkah masuk dengan senyum kecil di wajah. Berbaur dengan tamu-tamu lain yang sebagian besar dia kenal. Namun, saat melihat sosok gadis yang tengah mengobrol di sudut lain ruangan, Andre segera berjalan mendekatinya. Ia sudan lama tak bertemu dengan Mahira, tapi dia sebenarnya sudah menduga pasti akan bertemu dengan Mahira di rumah Alma."Andre! Lama nggak ketemu. Apa kabar?" tanya Mahira sambil tersenyum lebar.Andre mengangguk kecil. "Baik. Kamu gimana?""Aku? Baik juga. Ngomong-ngomong, kabar mamamu gimana? Sehat kan?""Sehat kok," jawab Andre.Mereka terlihat canggung, Mahira bahkan ingin menjauh tapi entah kenapa ada perasaan yang membuatnya ingin terus mengobrol denga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 9 : Satu Malam Indah

    Risha baru saja keluar dari kamar Lily malam itu. Dia berjalan pelan sambil memandang pintu ruang kerja Adhitama. Risha ragu mungkinkah Adhitama masih berada di sana atau sudah kembali ke kamar mereka. Risha mengedikkan bahu, memilih mempercepat langkah menuju kamar tidur. Baru saja menutup pintu, Adhitama membuat Risha terkejut karena sudah berada di dalam. “Astaga Mas Tama!” pekik Risha setelah sebelumnya berjengket karena kaget. “Kamu itu kenapa?” Adhitama terkekeh kecil lalu menekuk tangan di depan dada. “Aku pikir Mas masih di ruang kerja,” balas Risha sambil naik ke atas ranjang lalu duduk di samping Adhitama. “Apa ada masalah lagi di Mahesa?” tanyanya penuh perhatian. “Tidak ada, hanya mengecek dan memastikan sesuatu.” Adhitama membalas sambil melingkarkan tangan melewati punggung Risha, memberi isyarat kalau dia ingin memeluk istrinya itu. “Bagaimana Pembangunan kantor dan pabrik barumu? Bukankah seharusnya bulan depan pabrik sudah bisa mulai beroperasi?” tanya Adhitama

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 8 : Kode Ke Suami

    “Sudah sayang, kamu sudah cantik!”Ucapan Adhitama membuat Risha menoleh dan tersenyum. Adhitama berjalan mendekat pada Risha yang masih mematut diri di depan cermin, memeluk pinggang lalu mencium pundak istrinya itu.“Lily sudah siap?” tanya Risha sambil memandang Adhitama dari pantulan kaca di hadapannya.“Sudah, dia senang sekali mendengar kita mau mengajaknya pergi belanja,” balas Adhitama. “Ternyata semua wanita sama, suka sekali dengan hal berbau materi,” imbuhnya.Risha tertawa lebar, dia memutar tubuh lalu memandang Adhitama yang semakin hari semakin terlihat menawan di matanya.“Jadi selama ini Mas Tama pikir aku ini matre? Begitu?” goda Risha.“Hm .. bagaimana aku menjawab? Yang pasti aku bahagia bisa memberimu segalanya.” Adhitama meraih pinggang Risha. Menarik tubuh wanita itu hingga menempel padanya.“Aku hanya butuh Mas cintai dan jadikan satu-satunya wanita di dalam hidup Mas Tama,” ujar Risha. Senyum tipis dan tatapan matanya yang penuh cinta melenakan Adhitama hingga

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Pantas Bahagia

    Andre sedang duduk di meja kerjanya, memeriksa laporan yang harus diserahkan ke Adhitama saat atasannya itu baru saja datang.Andre langsung berdiri dan menyapa dengan sopan. “Selamat pagi, Pak.”"Pagi, ikut ke ruanganku, ada yang mau aku bicarakan," ucap Adhitama seraya melangkah masuk.Andre mengangguk, dia berdiri dari kursinya kemudian menyusul Adhitama. Meskipun terdengar serius, tapi raut Adhitama tidak tampak mengintimidasi."Aku mendengar dari pengacara kalau masalah dengan ayahmu itu belum ada titik temu, bagaimana perkembangannya?” tanya Adhitama.Andre menarik napas dalam sebelum menjawab. “Sebenarnya semalam saya bertemu dengannya, yang bisa saya baca dia mulai terlihat khawatir. Mungkin karena saya bilang bekerja di Mahesa dan memiliki dukungan penuh dari perusahaan.”Adhitama tersenyum tipis. “Baguslah kalau begitu. Orang seperti Papamu itu biasanya hanya menggertak. Kalau ada yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk bicara, aku pasti akan membantu,” ucapnya.“Terima kasih,

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Tidak Akan Menang

    Di tengah hujan gerimis yang mengguyur kota, Mahira duduk di kursi penumpang mobil Andre sambil membuka jendela, membiarkan angin segar bercampur bau aspal basah masuk ke dalam mobil.Di tengah perjalanan menuju kos, tiba-tiba Mahira berkata, “Apa bisa berhenti sebentar di minimarket depan? Aku mau beli beberapa makanan buat stok di kos.”Andre mengangguk tanpa banyak bicara, lalu memutar setir ke arah minimarket yang Mahira maksud. Mobil itu melambat dan berhenti di depan minimarket yang terlihat ramai. Mahira keluar lebih dulu, lalu menoleh ke Andre yang masih duduk di kursi kemudi.“Yuk, ikut," ajaknya. Andre sebenarnya malas keluar mobil, tapi entah kenapa dia mengiyakan saja ajakan Mahira."Kamu kalau mau beli sesuatu boleh. Aku traktir, kamu pilih apa aja yang kamu mau.” Senyum Mahira mengembang. Pikirnya, Andre sudah banyak membantu jadi tidak ada salahnya mengeluarkan beberapa puluh ribu untuk membelikan pemuda itu sesuatu.Andre menghela napas sambil menggeleng. "Nggak usah.

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Bisakah Perasaan Berubah?

    Mahira duduk di ruang kecil kantor My Lily, matanya terus melirik jam dinding. Risha belum juga datang, dan dia sudah tidak sabar untuk meminta izin pada ibunda Lily itu.Meski terdengar keterlaluan, tapi Mahira berniat mengajukan diri agar diizinkan melakukan live penjualan sepanjang hari.Mahira masih menunggu dengan cemas, hingga Risha muncul dengan senyum maanis.“Pagi,” sapa Risha ke semua stafnya. Wanita itu berjalan ke ruang kerjanya dan disusul oleh Mahira.“Bu Risha, permisi. Apa saya boleh bicara?”Ucapan Mahira membuat Risha menghentikan langkah lalu menoleh.“Bicara apa?” tanya Risha dengan kening berkerut halus.“Begini Bu Risha. Saya mau meminta izin, boleh tidak hari ini saya mengambil alih live dari pagi sampai petang? Maksimal delapan jam.”Risha mengangkat alis, kaget dengan permintaan itu. “Kenapa tiba-tiba kamu ingin live selama itu?”Mahira menarik napas panjang, matanya sedikit berkaca-kaca. “Saya butuh uang, Bu. Papa saya … papa saya ditangkap polisi.”Risha ter

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Andre - Mahira : Fakir Miskin

    Lain di mulut lain di hati. Meski terlihat tak peduli, nyatanya Andre tidak benar-benar bisa mengabaikan Mahira. Malam itu, meskipun memaksakan diri untuk tidur, pikiran Andre tetap berkelana, memikirkan Mahira dan apa yang mungkin sedang terjadi.Pagi harinya, Andre bangun dengan perasaan yang masih sama. Namun, dia tetap berusaha untuk tidak memperlihatkan perasaannya kepada siapapun, termasuk ibunya.Andre bangkit dari tempat tidur dengan mata berat. Ponselnya tergeletak di meja dengan layar hitam tanpa notifikasi baru. Dia memegangnya lagi, ragu sejenak sebelum mengetik pesan lain untuk Mahira.[Kalau kamu butuh bantuan, bilang aja.]Setelah mengirim pesan itu, Andre termenung, berharap balasannya kali ini datang.Namun, keheningan tetap mengisi ruang kamarnya. Andre mendesah berat, merasa bersalah tapi masih enggan mengakui."Apa aku harus ke sana langsung?" gumamnya. Pikiran tentang Mahira di kos seorang diri terus menghantui Andre.***Matahari baru saja muncul, memancarkan sin

DMCA.com Protection Status